Minggu, April 28, 2024
Google search engine
BerandaDisbudpar AcehTradisi Cuko Oek, Cukur Rambut Bayi di Aceh

Tradisi Cuko Oek, Cukur Rambut Bayi di Aceh

Biasanya cukur rambut di usia bayi tujuh hari atau saat tali pusarnya sudah terlepas”

Di dalam sebuah talam tersusun buah-buahan, ketan, telur, padi dan beras. Ada juga dua hati ayam dan dua alat cukur.

Di tengahnya, ada sebuah gelas berisi air tepung yang dicampur beberapa jenis dedaunan, yaitu daun manik manoe, naleung sambo, oen senijuek, (sejenis rumput upas-upasan, rumput belulang/sambau, daun cocor bebek).

Semua itu disiapkan untuk melaksanakan tradisi Cuko Oek atau cukur rambut bayi yang berlangsung di Meunasah Baet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar pada Senin (11/9/2023).

Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Aceh secara turun temurun sebagai bentuk syukur dan doa atas kelahiran sang buah hati. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari ke-7 bayi.

Rizqia Mecca Alfatunnisa, bayi yang baru berusia 10 hari ini merupakan buah hati dari Ade Irma dan Khafiz Mubaraq, warga Meunasah Baet Aceh Besar. Mecca sedang dipangku oleh Tokoh Adat Gampong Meunasah Baet, Ainun yang akrab disapa Makyeuk.

“Biasanya cukur rambut di usia bayi tujuh hari atau saat tali pusarnya sudah terlepas,” kata Makyeuk Tokoh Adat Gampong.

Makyeuk memotong rambut si kecil dengan halus, setelah dicukur, rambut bayi dimasukan ke dalam kelapa, prosesi ini dilakukan sambil membacakan doa dan shalawat.

Makyeuk mengatakan tradisi ini bertujuan membersihkan atau menyucikan rambut si kecil dari segala macam najis pasca persalinan dan diharapkan nantinya si kecil akan tumbuh sehat dan dijauhkan dari berbagai macam penyakit.

Ia menyarankan setelah dicukur, kepala bayi dioles dengan air daun cabai untuk mendinginkan kulitnya dan mencegah gatal-gatal saat rambut tumbuh kembali. Kemudian, rambut tersebut ditimbang dan sedekah yang diberikan sesuai dengan timbangan.

“Ini sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat yang diberikan-Nya,” katanya.

Usai cukuran, sang bayi ditepung tawari atau pesijuek dengan air tepung beras yang dicampur dengan daun-daun tadi. Selanjutnya, prosesi peucicap dengan memberikan sedikit buah-buahan yang telah dipotong halus, Kemudian setelah selesai prosesi pesijuak dan pecicap, sang bayi segera dimandikan.

Meskipun zaman sudah semakin modern, mereka tetap menjaga tradisi ini
Khafiz (32) ayah mecca mengatakan bahwa ia merasa senang dan bangga bisa melanjutkan tradisi ini.

“Ini adalah warisan dari nenek moyang kita, yang harus kita lestarikan,” katanya.

Ia berharap bahwa dengan melakukan tradisi ini, anaknya akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, sholehah, dan berbakti kepada orang tua dan Allah.

“Ini adalah doa kami sebagai orang tua, semoga Allah mengabulkan, Amin,” tuturnya.

Usai prosesi Cuko Oek ini, Mecca tanpak tidur pulas di pangkuan ibunya. Sementara sanak saudara yang hadir menyaksikan prosesi ini pun dipersilakan mencicipi hindangan yang disediakan. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER