“Tanaman kakao di Aceh tercatat luasnya 99.395 ha dengan produktivitas 720 kg/ha. Untuk meningkatkan produktivitasnya perlu dilakukan peremajaan tanaman kakao”
–Kadistanbun Aceh, Cut Huzaimah–
Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi kakao (coklat) di Indonesia bagian barat. Bahkan kakao Aceh dikenal memiliki kualitas baik karena cita rasanya yang khas. Tetapi sejauh ini produktivitas kakao di Aceh dinilai masih sangat rendah.
Padahal selama ini tanaman kakao di Aceh dapat memberikan dampak positif bagi para petani dan para pengusaha yang berkecimpung di sektor usaha kakao. Keberadaan komoditi itu juga dapat menciptakan lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat.Â
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, Cut Huzaimah kepada Waspadaaceh.com, Selasa (16/8/2022), luas lahan tanaman kakao di Aceh tercatat mencapai 99.395 Ha. Sedangkan produktivitas tanaman kakao di Aceh baru sekitar 720 Kg/Ha.
“Dari luas areal tersbeut sekitar 35 persen lebih merupakan tanaman yang berumur tua atau di atas 25 – 35 tahun yang produktivitasnya sudah menurun,” kata Cut Huzaimah.
Mengingat luas areal kakao di Aceh tidak sebanding dengan hasil produksinya, maka perlu dilakukan peremajaan kakao. Peremajaan ini, kata Cut Huzaimah, akan dilakukan di empat kabupaten, yaitu Pidie, Pidie Jaya, Aceh Timur dan Aceh Tenggara.

Menurutnya, peremajaan kakao ini akan dilakukan secara bertahap mulai tahun 2023 seluas 2.000 Ha. Lahan kakao seluas itu yang sudah mendapat persetujuan Menteri Pertanian RI untuk diremajakan di Provinsi Aceh.
“Peremajaan ini diusulkan oleh Pj Gubernur Aceh saat beraudensi dengan Menteri Pertanian. Alhamdulillah pak Menteri sepakat dan akan mendukung program tersebut,” tutur Kadistanbun Aceh.
Gerakan Massal Pemangkasan Kebun Kakao
Pemerintah Aceh kini terus berupaya menjadikan tanaman kakao sebagai salah satu produk pertanian unggulan di Aceh dan menjadikan Aceh sebagai penghasil kakao terbesar dengan kualitas terbaik di Sumatera, bahkan Indonesia.
Selain dukungan dari pemerintah juga diperlukan keseriusan dari petani kakao untuk merawat agar dapat meningkatkan produksinya. Petani kakao harus mau belajar dan meningkatkan keahliannya dalam berkebun kakao.
Distanbun Aceh, kata Cut Huzaimah, telah meluncurkan Gerakan Massal (Germas) pemangkasan kebun kakao di beberapa daerah di Aceh. Seperti di Pidie Jaya, Bireuen, Pidie dan beberapa daerah penghasil kakao lainnya.

Pihaknya yakin, melalui program Germas pemangkasan kakao ini dapat meningkatkan produktivitas kakao hingga dua kali lipat dari sebelumnya.
“Dengan pelaksanaan Germas kakao ini petani diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kakao dan menjadikan kakao Aceh sebagai yang terbaik di Sumatera,” sebutnya.
Saat ini, ucap Cut Huzaimah, produksi kakao di Aceh masih tergolong minim. Hal ini disebabkan masih banyak petani kakao yang mengelola perkebunan kakao secara tradisional. Pengetahuan petani saat ini masih minim tentang pengelolaan tanaman kakao yang tepat dan terpadu,
“Dengan adanya kegiatan ini (Germas) para petani diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao,” ajak Cut Huzaimah.
Di samping itu, tujuan pemangkasan, kata Cut Huzaimah, tidak hanya mampu meningkatkan produksi tetapi juga mampu mengondisikan kebun kakao agar lebih steril, karena cahaya matahari yang masuk tercukupi.
“Pasalnya, kakao sangat rentan dengan kelembaban yang tinggi sehingga munculnya jamur dan juga hama penyakit lainnya. Dengan masuknya sinar matahari yang cukup, kebun yang bersih dan tanaman yang terpangkas sesuai dengan standar teknis akan memberikan produksi yang maksimal,” terangnya. (Adv)