Jumat, November 29, 2024
spot_img
BerandaOpiniTergerus Media Online, Harian MedanBisnis Riwayatmu Kini

Tergerus Media Online, Harian MedanBisnis Riwayatmu Kini

“Sabtu, 30 Maret 2019, menjadi hari paling bersejarah di dunia pers nasional khususnya di Sumatera Utara. Surat kabar ekonomi pertama di Sumut ini ‘tumbang’ akibat tergerus eksistensi media sosial dan online”

Catatan: Sulaiman Achmad

Harian MedanBisnis menjadi salah satu media cetak bertajuk ekonomi versi lokal rasa nasional, namun memiliki edaran yang cukup luas.

Di bawah bendera PT Kasih Karunia MedanBisnis, koran ini mulai cetak pada Juli 2000 silam di Medan, Sumatera Utara. Selain di Sumatera Utara, koran ini berekspansi ke Sabang, Banda Aceh dan beberapa wilayah Aceh lain, hingga seluruh pelosok daerah di Sumatera, seperti Pekanbaru dan Jakarta.

Koran ekonomi ini, terakhir dibandrol Rp2.500.Koran full colour (berwarna) dengan kualitas kertas yang bagus, menjadikannya berkelas, meski dijual dengan harga murah berbanding koran umum lokal lainnya yang tampil dalam halaman hitam putih.

Perhari, distribusi koran ini mencapai rata-rata 13.000 eksemplar, tertinggi 15.000 eksemplar.Tirasnya cukup tinggi untuk ukuran koran ekonomi lokal karena segmentasi pasar koran menyasar kalangan menengah atas. Seperti kalangan pengusaha, pelaku industri, ekonom, analis, konsultan, bankir, broker hingga profesional muda.

Penulis sebagai Jurnalis MedanBisnis

Pengalaman penulis, yang juga bekerja sebagai jurnalis di koran ini, sangat sulit sebenarnya jika mendapat tugas liputan, yang harus bersentuhan langsung ke masyarakat termasuk ke pelosok daerah terpencil di Sumut. Karena menyebut nama MedanBisnis, banyak masyarakat tidak mengetahuinya. Masyarakat justru familiar dengan nama itu seperti nama lembaga konsultan bisnis.

Saat media sosial atau dunia internet masih belum terlalu eksis seperti saat ini, sekitar tahun 2007 hingga 2009, penulis saat itu mendapat tugas meliput yang harus berurusan dengan masyarakat.Ya, ketika itu meliput aktifitas penertiban ternak kaki empat di Kota Medan.

Peraturan Wali Kota kala itu melarang semua hewan kaki empat diternakkan di kota metropolitan, Medan.Alhasil ketika itu, Dinas Peternakan dan Kelautan Kota Medan (kini Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Medan) fokus pertama menertibkan ternak babi.

Singkatnya, di lapangan ketika penertiban dilakukan oleh petugas gabungan di kawasan Kecamatan Medan Tuntungan, terjadi konflik aksi lempar batu dan berujung anarkis. Penulis terjebak dalam situasi di antara kerumunan warga yang kontra dengan petugas.

Penulis bahkan sempat diinterogasi warga karena membawa camera digital poket sebagai salah satu sarana jurnalistik. Penulis dicurigai sebagai intelijen dari pihak petugas. “Saya dari MedanBisnis, opung!”. Jawab penulis kepada warga yang bertanya. Warga lalu balik bertanya, apa itu MedanBisnis. Warga mengira itu LSM atau lembaga konsultan.

Setelah dijelaskan dan kebetulan penulis juga bersama seorang wartawan media lokal bersuku Karo bermarga Ginting, masyarakat menjadi paham. Ginting saat itu membantu menjelaskan bahwa kehadiran kami hanya untuk meliput situasi jalannya penertiban berlangsung. Bantuan itu berbuah hasil positif, karena teman wartawan yang mampu berbahasa daerah membuat penulis dipercaya warga.

Lain lagi, ketika penulis, mendapat tugas untuk meliput progres pembangunan Bandara Kualanamu yang beroperasi sekitar tahun 2012. Saat itu, sebelum resmi beroperasi di pertengahan tahun 2013, jalan ke Kualanamu masih sulit diakses. Perjalanan ke Kualanamu saat itu harus mengantri, karena masih sekitar seperempat jalan yang beroperasi. Ya, sebagian akses jalan lainnya masih diblokir warga akibat permasalahan ganti rugi.

Penulis saat itu harus mengakses jalan melalui jalan lintas Tanjung Morawa menuju Kota Lubukpakam. Dari pusat kota, menuju Kualanamu melalui pintu belakang di Kecamatan Beringin, Lubukpakam. Akses jalan cukup jauh.Saat itu penulis menggunakan sepeda motor bersama photografer Dedi Ginting. (Dedi kini sudah bertugas di Kompas TV).

Dalam perjalanan, penulis masih banyak menemukan blokade warga sekitar terhadap truk muatan proyek yang dinilai mengganggu dan merusak jalan.Penulis tidak kesulitan menemui penanggungjawab proyek Bandara Kualanamu saat itu, yakni Wisnu Budi Setianto. Wisnu merupakan pegawai PT AP 2 yang mendapat tugas sebagai penanggungjawab proyek. Penulis hanya cukup mengenalkan diri sendiri karena MedanBisnis cukup dikenal di kalangan menengah atas.

Saat itu proses interview dan pengumpulan data berlangsung lancar. Selama sepekan lebih, MedanBisnis selalu menampilkan berita mengenai progres Kualanamu dalam headline utama depan ketika itu.Hingga sampai proses pemindahan secara detil Bandara Polonia yang lama terletak di Lanud Soewondo Medan ke Kualanamu pada tahun 2013 silam.

Penulis saat itu mendapat tugas mengikuti berbagai tahapan pemindahan bandara. Bersama rekan wartawan lain, penulis berangkat ke Bandara Polonia tanpa membawa kendaraan mulai pukul 21.00 WIB.Wara-wiri sembari memperhatikan dan memotret proses pemindahan.

Petugas mulai melakukan pemindahan fisik seperti meja dan lain-lain menggunakan angkutan darat. Sedangkan hal yang bersifat penting seperti perangkat server komputer maskapai, diangkut menggunakan pesawat. Saat itu, navigasi Polonia dan Kualanamu serta server maspakai tidak boleh padam sama sekali. Secara teknis, perangkat di Kualanamu harus terpasang dan terkoneksi lebih dulu sebelum Polonia “dipadamkan”.

Meskipun rangkaian proses itu dilakukan di saat penerbangan terakhir.Penulis saat itu bersama seluruh staf maskapai serta Menteri BUMN, Dahlan Iskan, didampingi direksi PT AP 2 yang saat itu turut serta mengawasi langsung di lapangan.

Penulis ikut bersama rombongan, menumpang pesawat gratis.Hanya butuh waktu 15 menit terbang menggunakan pesawat dari Polonia ke Kualanamu. Jika melalui jalur darat dengan situasi lalulintas tidak terlalu macet butuh waktu sekitar 90 menit. Saat itu, MedanBisnis sudah dikenal di bandara dan maskapai.

Penulis tidak kesulitan harus mengenalkan nama media. Apalagi, beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia, Lion Air hingga Sriwijaya Air menjalin kerjasama dengan MedanBisnis.

Dalam beberapa tahun penulis juga sudah berpergian ke berbagai daerah dan ke luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia, dengan melekat sebagai jurnalis MedanBisnis. Begitu juga perjalanan jurnalistik di dalam negeri. Beberapa diantaranya Sabang, Banda Aceh, Meulaboh, Sinabang, Biereun, Langsa, Nias, Pekanbaru, Batam, Bintan, Lampung, Jakarta hingga Bali.

Penghargaan dan pelatihan, penulis juga telah beberapa kali mendapatkannya sebagai jurnalis MedanBisnis. Penghargaan telah menerima beberapa kali anugerah dan memenangi lomba karya tulis seperti dari PT Pertamina MOR I serta berbagai pelatihan termasuk jurnalistik kelistrikan, jurnalis cerdas membaca anggaran hingga jurnalisme konflik.

Secara sadar, penulis menilai MedanBisnis merupakan satu-satunya media ekonomi di Sumut dengan porsi 70% berita ekonomi dan sisanya berita umum mencakup politik, hukum hingga pendidikan. Apalagi MedanBisnis juga telah memiliki nama yang cukup baik di daerah bahkan tingkat nasional.

Ketika masih bertugas, penulis bahkan pernah dicari secara khusus oleh Menteri BUMN, Dahlan Iskan, yang ketika itu berkunjung ke Medan. Dahlan ingin tahu seberapa greget penulis saat itu. Karena Dahlan yang tokoh pers nasional itu juga merupakan pengusaha media Jawapos Group, yang medianya juga beredar di berbagai daerah namun tidak ada koran ekonomi seperti MedanBisnis.

MedanBisnis Membesarkan Nama Penulis

Penulis menyadari, MedanBisnis telah membesarkan nama penulis secara pribadi dan hingga dikenal oleh banyak orang. Sejak bergabung tahun 2008 hingga 31 Maret 2019, penulis telah menjadi pribadi jurnalis yang siap diturunkan ke berbagai situasi di lapangan saat dibutuhkan kantor.

Masih banyak pengalaman yang menantang, yang belum termuat dalam artikel ini. Penulis terfokus pada topik awal, yakni media cetak yang padam tergerus media sosial (medsos) dan media online atau siber.

Sebelum marak dan lancar medsos dan media online seperti saat ini, koran masih menjadi idola masyarakat untuk mengetahui update terkini informasi. Namun kini, setiap orang yang memiliki gadget mampu mengakses informasi melalui media sosial dan mampu pula menjadi sebagai “wartawan” dadakan meski tidak memahami jurnalistik, untuk menyampaikan informasi atau unek-uneknya secara lebih cepat.

MedanBisnis Berusaha Bertahan

Kabar mengenai PT Kasih Karunia MedanBisnis akan tutup, sebenarnya sudah disampaikan secara resmi oleh Wakil Pemimpin Umum, Paul Kusuma, sejak pertengahan tahun 2018. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk menggenjot marketing koran dan iklan hingga perampingan karyawan.

Termasuk upaya MedanBisnis yang berada di bawah naungan Harian Analisa Grup ini, dengan mengurangi halaman hingga memperkecil ukuran koran, untuk menekan cost atau biaya cetak karena harga kertas yang terus melambung.

Pak Paul, begitu kami menyebutnya, yang dikenal dekat dengan semua wartawan dan selalu wellcome ini pun sudah sejak lama menyiapkan situs berita www.medanbisnisdaily.com, sebagai pendukung koran. Namun langkah itu tidak cukup. Cost produksi koran yang besar memaksa MedanBisnis cetak tetap pada posisi tidak mampu bertahan.

Di sisi lain, meski situs berita ini ternyata berhasil dan kini menduduki peringkat 5 besar website berita di Sumut, berdasarkan survei dan statistik dari https://www.alexa.com,namun kondisi MedanBisnis cetak memang harus diakhiri.

Pengumuman melalui rapat besar yang wajib dihadiri seluruh karyawan digelar pada medio Maret 2019. Saat itu, semua elite pempinan koran hadir. Termasuk Pemimpin Perusahaan, Johan, Pemimpin Redaksi, Bersihar Lubis serta Redaktur Pelaksana, Nurhalim Tanjung.Pak Paul menyampaikan bahwa telah diputuskan mulai 1 April 2019, Harian MedanBisnis berhenti cetak.

Artinya, 30 Maret 2019 koran terakhir terbit. 30 Maret jatuh pada hari Sabtu. MedanBisnis sebenarnya terbit setiap hari, tapi sudah mulai berhenti cetak untuk setiap edisi Minggu pada tahun lalu, saat perusahaan mulai menghemat cost produksi.

Berbagai pembahasan juga sudah dilakukan untuk upaya terakhir. Termasuk mengundang semua wartawan daerah dari Aceh sampai seluruh Sumut. Upaya tetap kandas. Koran harus tutup per 1 April 2019. Akibat penjualan koran yang tidak lagi untung dan tidak memungkinkan menaikan harga jual, ditambah pemasukan iklan yang tidak sebanding dengan biaya produksi.

MedanBisnis akan tetap hadir memberikan informasi ke masyarakat melalui www.medanbisnisdaily.com.

Selamat Tinggal Harian MedanBisnis

Hingga kini penulis yang telah bergabung dengan Harian MedanBisnis sekitar 12 tahun, masih belum memastikan akan berada di posisi mana. Penulis masih menunggu, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Penulis hanya ingin berpamitan dan berterima kasih, terutama kepada seluruh pimpinan perusahaan dan jajaran pimpinan redaksi Harian MedanBisnis, yang telah memberi kepercayaan penulis untuk bisa menjadi bagian dari harian ini.

Tidak lupa terimakasih penulis kepada semua mitra, sahabat dan narasumber yang telah memberi kepercayakan kepada penulis untuk menjadi bagian dari karya-karya penulis selama menjadi jurnalis di Harian MedanBisnis.

Ada kesedihan yang mendalam pada semua wartawan Harian MedanBsinis, termasuk juga penulis. Apa yang terjadi esok hari? Tentu semua itu sudah menjadi bagian dan skenario jalanNya.

“Selamat tinggal, nafas mu, keberanian mu, warna mu, kolom mu, huruf mu selalu melekat di hati.””Saya masih merasa belum memberikan tenaga dan pikiran yang maksimal untuk MedanBisnis. Terimakasih telah mempercayakan saya menjadi bagian dari keluarga besar. Tak lupa ucapan terimakasih untuk sahabat karib ayah saya, om Nurhalim Tanjung, yang dahulu membawa saya bergabung ke harian tercinta ini.” (***)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER