Sabtu, Desember 21, 2024
spot_img
BerandaAcehSuluk, Momentum Bersihkan Hati Sehatkan Jasmani dan Rohani

Suluk, Momentum Bersihkan Hati Sehatkan Jasmani dan Rohani

Jamaah suluk di Dayah Darul Aman Aceh Besar pada Sabtu sore (25/3/2023), tampak masih berlarut dengan zikir, kemudian membaca doa dan bershalawat bersama. Shalawat tersebut sebagai tanda bahwa rangkaian suluk sore itu berakhir.

Mereka bergegas mempersiapkan penganan untuk berbuka puasa. Sore itu, suasana di sudut ruangan tersusun rak dan perlalatan dapur. Para ibu sedang sibuk mempersiapkan penganan berbuka puasa. Ada yang sedang membuat rujak, maupun menyiapkan minuman berbuka. Suasananya nyaris sunyi, jemaah tidak banyak berbicara antara satu sama lain.

Wakil Ketua Yayasan Dayah Darul Aman Teungku Saifullah mengatakan, sebanyak 80 jamaah laki-laki maupun perempuan larut dalam ibadah. Jamaah suluk ini didominasi oleh wanita paruh baya. Peserta suluk bukan hanya dari warga sekitar maupun santri saja, tapi ada juga peserta datang khusus dari berbagai kabupaten di Aceh.

Setiap jamaah wajib melakukan suluk minimal sepuluh hari, maksimal 40 hari. Jamaah dapat memilih sesuai kemampuan dan keinginan. Aktivitas suluk di antaranya melaksanakan shalat fardhu, shalat qadha. shalat tarawih, shalat sunat qabliah maupun ba’diah. Shalat sunat dhuha dan tahajud, tawajjuh, membaca Alquran dan membaca nazam obat hati Tarekat Naqsabandiyah.

Dalam pelaksaan suluk, tidak hanya memenuhi kebutuhan rohani, namun juga diimbangi oleh kebutuhan jasmani. Para jamaah juga melaksanakan riyadhah pagi, yaitu bergotong rotong bersama sebelum melaksanakan shalat sunat dhuha.

Saifullah mengatakan, para peserta suluk telah disediakan dapur umum yang setiap harinya untuk menyiapkan makanan berbuka dan sahur. Selama mengikuti suluk peserta hanya membayar biaya makan dan minum. Bila suluknya sepuluh hari, maka mereka cukup menyerahkan Rp 160.000 saja.

Saat berbuka puasa tiba, mereka bergegas berbuka puasa, porsi makan jamaah suluk sangatlah kecil. Mereka hanya makan sedikit nasi dengan menu yang disediakan. Sore itu jamaah berbuka dengan menu nasi dengan kuah lemak buah labu,campuran jagung dan kacang panjang. Terkadang hanya ada sepotong tempe atau tahu. Sesekali terlihat ada sebutir kurma dalam piring makan mereka.

Memang ada pantangan yang tidak boleh dimakan selama mengikuti suluk, seperti menu yg mengandung darah seperti jenis ikan, daging, dan telur, itu semata-mata untuk memperlemah nafsu, dan melatih diri agar perjalanan zikir tersebut bisa berjalan lancar. Makan makanan berdarah juga berdampak pada rasa kantuk. Sedangkan jamaah suluk dituntut untuk sedikit tidur dan mesti banyak beribadah dan berzikir.

Seperti yang dirasakan oleh salah satu Jamaah suluk, Salwiah berusia 62 tahun, berasal Kota Sabang, kegiatan ini merupakan tahun ke empat ia mengikuti pelaksanaan Suluk di Dayah Darul Aman. Alasan Salwiah mengikuti suluk untuk meningkatkan ibadahnya dan mendapatkan ketenangan hati.

Terlebih dengan kondisinya di usia senja, ia juga mengatakan bahwa tujuan dia dalam memenuhi urusan duniawi sudah berhasil seperti menyekolahkan anak-anaknya hingga selesai dan menikahkan anak-anaknya. Sehingga dia hanya memfokuskan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
“Saya senang mengikuti suluk ini karena selain mendekatkan diri kepada Allah efeknya kepada kesehatan jiwa, dan raga, karena kita juga menjaga pola makan, tidak makan yang macam-macam, jadi badan pun terasa ringan, “kata Salwiah.

Bagi mereka yang terbiasa dengan suluk, seolah-olah mereka telah mendapatkan kelezatan berzikir, nikmatnya beribadah, merasa tenang, dan tenteram jiwanya. Namun tak jarang bagi mereka yang baru pertama melaksanakan suluk tentu memiliki tantangan, sebab berhari-hari dalam kegiatan yang sama, dengan waktu tidur yang sangat minim.

Selain itu, jamaah lainnya, Wirda, 23 tahun, asal Meulaboh, salah satu Pengajar di Dayah Darul Aman. Ini pengalaman pertama bagi Wirda mengikuti Suluk. Pengalaman pertama mengikuti suluk bagi Wirda memang terasa berat. Namun ia mencoba beradaptasi. Kini Wirda baru mencoba mengambil masa suluk selama sepuluh hari. Jika sudah mulai beradaptasi maka akan dilanjutkan ke sepuluh hari berikutnya.

“Saya mengikuti suluk ini untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampunan, serta memperbaiki akhlak, menghindari lalai dengan kehidupan dunia dengan mengikuti suluk kita jadi tenang dan ibadah semakin meningkat,” kata Wirda.

Bagi Wirda, mengikuti suluk ini panggilan hati, dan tidak harus menunggu siap atau tidak atau bahkan menunggu lanjut usia. Suluk menjadi proteksi bagi diri selain berdampak pada kesehatan fisik dan juga pada kesehatan mental.
“ Di usia muda ini, bagi saya suluk momentum kita memperbaiki akhlak,jika hati bersih, dan pikiran pun jernih. Selain meraih ketenangan seakan merasa ada keseimbangan dalam hidup,” tuturnya.

Usai berbuka puasa bersama, para jamaah pun bergegas berwudhu untuk melaksanakan ibadah shalat magrib. (*)

 

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER