
“Ketika kami mulai mendapat amanah, angka kemiskinan di Pidie Jaya mencapai dua digit, kini berada di satu digit”
—————–
“Di kabupaten kita ini hanya tersisa dua desa tertinggal saat ini,” kata Said Mulyadi, Wakil Bupati Pidie Jaya.
Dalam obrolan dengan Waspadaaceh.com, Rabu (10/5/2023), Said Mulyadi mengatakan, sebagai wakil bupati, dia mengemban tugas melakukan pengawasan dan mengkoordinasikan semua SKPA untuk bergerak bersama membangun Pidie Jaya.
Jadi menurutnya, keberhasilan kabupaten itu memperkecil jumlah desa tertinggal dari puluhan menjadi hanya tersisa dua desa, serta berhasil menurunkan angka kemiskinan dari dua digit menjadi satu digit, tak lain berkat koordinadinasi dan kolaborasi semua stakeholder, termasuk dukungan Forkopimda Pidie Jaya.
“Ketika kami mulai mendapat amanah, angka kemiskinan di Pidie Jaya mencapai 24 persen. Kini berada di angka 18 persen. Itu karena koordinasi yang baik,” lanjut Said Mulyadi.
Said mengatakan, diminta atau tidak diminta, sebagai wakil bupati dia memang harus menjalankan tugas pengawasan, koordinasi dan kolaborasi untuk keberhasilan pembangunan di Pidie Jaya. “Itu memang tupoksi saya sebagai wakil bupati,” lanjut Said Mulyadi.
Karena dinilai memiliki integritas sebagai wakil bupati mendampingi Bupati Aiyub Abbas dalam menjalankan roda pemerintahan di Pidie Jaya, Said Mulyadi berhasil menerima SMSI Award 2023 dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aceh.
Siapakah sosok Said Mulyadi? Berikut rekam jejaknya yang didokumentasikan SMSI Aceh.
Dr.H. Said Mulyadi, S.E.,M.Si, merupakan sosok mantan birokrat yang pandai membawa diri dalam pergaulan politik. Ia mampu memberikan kontribusi besar dalam kepemimpinan Bupati Aiyub Abbas dalam menakhodai Pidie Jaya.
Said Mulyadi yang akrab disapa Waled, pertama kali terjun ke dunia politik praktis, ketika dipinang oleh Partai Aceh, mendampingi Aiyub Abbas dalam Pilkada 2014. Tentu banyak pihak yang sempat ragu hubungan keduanya bisa langgeng. Karena dalam banyak kasus, perhelatan politik pascakonflik di Aceh, melahirkan pasangan kepala daerah yang tidak awet.
Kisah-kisah tidak harmonisnya hubungan gubernur dan wakil gubernur, serta bupati dan wakil bupati telah menjadi pembicaraan umum. Bahkan seringkali diwartakan media massa. Tetapi hal itu tidak terjadi di Pidie Jaya. Aiyub Abbas yang merupakan mantan kombatan GAM Wilayah Pidie, dapat menyelesaikan masa kepemimpinannya di Pidie Jaya dengan gemilang bersama Waled.
Pada Pilkada Pidie Jaya 2019, Aiyub Abbas kembali meminta Said Mulyadi mendampinginya sekali lagi. Said sempat menolak karena dia berpikir Abuwa Muda—sapaan terhadap Aiyub—harus mencarikan pelanjut kepemimpinan di Partai Aceh. Tetapi Abuwa menolak mencari pendamping lain. Dia tak ingin ke lain hati karena sangat nyaman dengan Said Mulyadi. Waled dinilai mampu menjadi partner kerja sekaligus mitra politik yang asyik. Waled tidak menjegal dari belakang, serta selalu punya gagasan-gagasan menarik dalam upaya membangun Pidie Jaya.
Rekor baru dicatat keduanya. Aiyub Abbas dan Said Mulyadi, yang mampu menakhodai Pidie Jaya untuk periode kedua tanpa gejolak antara keduanya. Hebatnya lagi, kini Aiyub turut merekomendasikan supaya Said maju pada Pilkada 2024 sebagai calon bupati.
Untuk mencapai jabatannya sekarang sebagai wakil bupati, Said yang kelahiran Ule Gle, 31 Desember 1963 tersebut tidak memulainya dari nol. Dia belajar berbagai dinamika birokrasi dan politik, semenjak muda. Serangkaian pendidikan yang ia tempuh semenjak kuliah juga berkaitan dengan ekonomi.
Ia mulai menimba ilmu di Akademi Keuangan Perbankan Indonesia (AKPI) Banda Aceh tahun 1985. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Banda Aceh pada tahun 1990. Meski sudah berstatus sarjana, ia belum merasa cukup. Said kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang magister pada Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) Universitas Syiah Kuala (USK) tahun 1999.
Di dunia birokrasi, ia mulai bekerja sebagai staf Kantor Camat Ulim pada tahun 1989 sampai 1994. Dalam perjalanan karirnya ia pernah menjadi Kabag Umum, selanjutnya menjadi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pidie sepanjang 2007-2009. Kemudian diangkat kembali sebagai Kadisperindagkop Pidie untuk masa jabatan 2009-2011. Dari dinas, dia diminta membantu Pemkab Pidie sebagai Asisten Administrasi Umum Sekretariat Kabupaten Pidie dari 2011-2012.
Sebagai pamungkas kecemerlangannya di dunia birokrasi, pada 2012 dia ditetapkan sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Pidie hingga 2014. Kiprahnya sebagai Sekda Pidie menarik perhatian Partai Aceh. Mereka membutuhkan calon Wakil Bupati Pidie Jaya yang cakap, memiliki pengalaman di birokrasi, berintegritas, dan low profile. Semua syarat tersebut ada pada Waled. Mereka pun menjalin komunikasi, yang akhirnya kedua belah pihak sepakat bekerja bersama membangun Pidie Jaya. Mereka memulainya pada Pilkada 2014.
Suami dari Hj. Syarifah Hasnah, S.E.,M.M, bekerja dengan baik sebagai wakil bupati. Dia mengombinasikan ilmu birokrasi yang telah lama digeluti, dengan pengatahuan politik yang sejak muda telah ia pelajari. Sembari terus melaksanakan tugas sebagai Wakil Bupati Pijay (Pidie Jaya), yang semakin hari semakin besar kepercayaan yang harus ia dulang dari Abuwa, ternyata ada satu impian yang belum ia gapai. Yaitu gelar akademik menjadi doktor.
Ia pun mendaftarkan diri ke universitas untuk mengambil Studi Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, Jawa Timur.
Hal menarik dari Waled, meskipun sangat sibuk melaksanakan tugas negara, sekaligus menempuh studi di ujung timur Pulau Jawa, tidak membuatnya kehabisan energi melayani rakyat, sekaligus membina birokrasi.
Setiap masalah ditanganinya dengan kepala dingin. Ia kerap berdiskusi dengan stakeholder terkait tentang masalah yang membutuhkan penyelesaian. Dia mencari masukan-masukan, bila ada kebijakan yang sedang disusun. Ia kemudian mengelaborasikannya dengan pikiran-pikiran yang ia hasilkan dari serangkaian pendidikan, serta pengalaman, dan kemudian mendiskusikannya dengan Aiyub Abbas.
“Setiap masalah harus ditemukan penyebab dan harus ada penyelesaian. Dunia birokrasi tidak boleh tanpa solusi. Ini selalu saya tekankan kepada aparatur pemerintahan. demikian juga ketika berhadapan dengan DPRK, Pemkab Pijay mengedepankan komunikasi yang baik, intensif, dengan tujuan besarnya, tercapainya tujuan pembangunan,” sebut Waled pada sebuah diskusi pada akhir April 2023.
Tentang kiprah Waled di Pidie Jaya diakui oleh banyak pihak. Bahkan kabar tentang kinerjanya sampai ke tingkat Provinsi Aceh.
Atas kemampuan Said Mulyadi menjaga harmonisasi dengan Aiyub Abbas, serta ketekunannya ikut membangun Pidie Jaya, Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aceh memilih dia sebagai penerima SMSI Aceh Award (SAA) 2023 untuk kategori: Wakil Kepala Daerah Insipiratif dan Solutif.
Penyerahan SAA 2023 dilakukan di Parkside Hotel, Takengon, Aceh Tengah, pada Senin malam (8/5/2023. SMSI Award 2023 diserahkan langsung Ketua Umum SMSI Pusat Firdaus, didampingi Ketua SMSI Aceh Aldin Nainggolan. (*)
Waspada Aceh on TV