Banda Aceh (Waspada Aceh) – Strategi digital marketing untuk mempromosikan destinasi wisata di Aceh dinilai belum optimal.
Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Mukhlis Yunus, yang juga dewan pakar Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Kita Kreatif) USK, dalam seminar laporan akhir penelitian tentang analisis strategi digital marketing di Aceh, Rabu (10/12/2024).
“Minimnya pemanfaatan media sosial dan website oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh telah mengurangi interaksi digital dengan calon wisatawan. Dampaknya, informasi tentang destinasi wisata Aceh kurang tersebar luas,” kata Prof. Mukhlis Yunus.
Menurutnya, strategi digital marketing yang efektif sangat diperlukan untuk menjangkau wisatawan, khususnya dari luar Aceh. Evaluasi strategi pemasaran yang ada, melalui analisis Segmenting, Targeting, and Positioning (STP) serta analisis SWOT, dinilai mampu menyasar pasar yang lebih spesifik dan meningkatkan kunjungan.
Potensi Destinasi WisataÂ
Dalam paparannya, Mukhlis menyoroti banyak destinasi wisata di Aceh yang belum terekspos, salah satunya Desa Alue Naga di Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Desa ini memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata maritim, budaya, dan ekonomi kreatif.
“Keindahan alam, budaya lokal, serta keramahan penduduk menjadikan Alue Naga sebagai destinasi yang layak dikomersialisasikan. Sayangnya, promosi digital masih sangat minim,” jelasnya.
Desa Alue Naga kini menjadi desa binaan Pusat Riset Kita Kreatif USK, yang bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mengembangkan potensinya.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pemasukan daerah dari sektor pariwisata sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat setempat.
Meldi Kesuma, salah satu peneliti dalam seminar tersebut, menambahkan bahwa masyarakat lokal perlu dilibatkan aktif dalam pengembangan pariwisata melalui peningkatan keterampilan dan pemanfaatan teknologi.
“Ini penting agar masyarakat tidak hanya menjadi objek, tetapi juga subjek utama dalam industri pariwisata,” ujar akademisi bergelar doktor ini.
Mukhlis juga menegaskan bahwa digital marketing bisa menjadi alat promosi yang efisien dan efektif. “Dengan digital marketing, audiens dari luar negeri pun bisa dijangkau, dan biayanya jauh lebih murah dibanding pemasaran konvensional. Selain promosi, strategi ini juga bisa membangun hubungan yang lebih erat dengan wisatawan,” tambahnya.
Melihat besarnya potensi wisata di Aceh, penerapan strategi digital marketing menjadi langkah penting untuk mendongkrak sektor pariwisata. Jika dikelola maksimal, bukan tidak mungkin Aceh akan menjadi destinasi wisata unggulan, sejajar dengan Bali.
Pemerintah Aceh dan pihak terkait diharapkan segera berbenah agar pariwisata Aceh dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional. “Dengan strategi yang tepat, Aceh memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu destinasi wisata utama di Indonesia,” tutup Prof. Mukhlis. (*)