Banda Aceh (Waspada Aceh) – Allah SWT memerintah umat Islam wajib menjaga persaudaraan dan berusaha tidak saling berbuat zalim dengan sesamanya. Juga tidak boleh membiarkan seorang muslim pun dizalimi oleh orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Muslim itu bersaudara dengan muslim lainnya, tidak boleh ia menzaliminya dan tidak boleh ia membiarkannya.” (HR. Muslim).
Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Khairuddin, M.Ag menyampaikan hal itu dalam khutbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Jumat (13/12/24), bertepatan dengan 11 Jumadil Akhir 1446 H.
Khairuddin menguraikan, ketika kita melihat seorang muslim yang berkebutuhan, tidak boleh muslim yang berkecukupan diam saja, tidak membantunya. Maka kewajiban muslim yang berkecukupan untuk membantu muslim yang berkebutuhan tersebut.
Tidak boleh seorang muslim cuek tidak peduli dengan lingkungannya, sehingga kemudian orang kaya tambah kaya, si miskin pun tambah miskin.
“Ini bukanlah perkara yang dianjurkan, bahkan dilarang oleh Islam. Kewajiban seorang kaya berusaha untuk membantu saudara muslim lainnya yang berkebutuhan untuk memberikan sebagian rezeki yang Allah berikan kepadanya,” ungkapnya.
Menurut Khairuddin, di antara hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah kita merasakan ibarat satu tubuh, yang apabila sakit pada bagian suatu tubuh, maka semua tubuh merasakan sakit.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga.”
“Rasulullah juga memberikan gambaran tentang keeratan hubungan sesama muslim, saling mengasihi dan menyayangi antara sesama orang beriman itu seperti saling mencintai dan menyayangi terhadap dirinya sendiri,” jelasnya.
Pada bagian lain khutbahnya, Kahiruddin menyampaikan, selama dunia yang penuh dengan perbedaan, sikap ini memegang peranan penting dalam mencegah konflik yang dapat merusak persatuan. Menjaga persatuan bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi dengan iman dan taqwa sebagai landasan, kita dapat menghadapinya dengan bijaksana.
“Hari ini kita melihat solidaritas kaum Muslimin itu lagi diuji oleh Allah SWT dengan penjajahan Zionis Israel di Palestina. Solidaritas itu juga diuji dengan dikuasainya Masjidil Aqsha Al-Quds oleh Zionis Israel sejak tahun 1948,” ungkapnya.
Khairuddin menegaskan, komitmen mendukung pembebasan Al-Quds dari cengkeraman penjajahan Israel itu dilakukan oleh para perlawanan Palestina seperti Hamas (Palestina), Jihad Islam (Palestina), serta Faksi-Faksi Pejuang Palestina lainnya.
Kemudian kelompok-kelompok perlawanan lain di berbagai negara yang mempunyai tekad bersama untuk membebaskan Masjidil Aqsha dan bumi Palestina dari penjajahan Zionis Israel, yaitu: Hizbullah (Lebanon), Al-Hautsi (Yaman), Tentara Arab Suriah (Suriah), dan negara Republik Islam Iran.
“Sayangnya kaum muslimin lainnya, baik yang ada di tanah Arab maupun di tempat-tempat lainnya hanya menjadi penonton yang menyaksikan kehancuran dan penderitaan kaum Muslimin Palestina, tanpa ada reaksi yang konkrik dan signifikan untuk melawan pejajahan Zionis Israel tersebut,” tegasnya.
Khairuddin mengajak kaum muslim untuk berdoa kepada Allah SWT supaya membuka mata hati seluruh kaum Muslimin di seluruh dunia agar sadar, bahwa yang tertindas itu adalah saudara-saudara kita seiman, sehingga tergerak untuk ikut beperan aktif membantu saudara-saudara kita di Palestina. (b02)