Banda Aceh (Waspada Aceh) – Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Safrizal ZA, menegaskan bahwa investasi merupakan elemen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh.
Safrizal menyampaikan hal itu dalam wawancara khusus dengan Waspada Aceh, di Pendopo Gubernur Aceh, Jumat malam (24/1/2025). Safrizal menyebutkan, mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) saja tidak cukup untuk menggerakkan perekonomian secara optimal.
“Secara nasional, sektor swasta memiliki kontribusi sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan APBN. Jika APBA Aceh sebesar Rp11 triliun, maka kita membutuhkan kontribusi sektor swasta hingga sepuluh kali lipat agar ekonomi bergerak dan membuka lapangan kerja,” ujar Safrizal.
Karena itu, menurutnya, sektor swasta harus mengambil peran lebih besar dalam pengembangan ekonomi Aceh. Baik di sektor UMKM, sektor industri, pertanian, peternakan, maupun pertambangan.
Safrizal menjelaskan bahwa sektor pertanian dan kehutanan saat ini menjadi kontributor terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh. Namun, sektor ini cenderung stabil tanpa pertumbuhan yang signifikan, sehingga pengembangan sektor lain, seperti industri dan pertambangan, sangat dibutuhkan.
“Sektor industri adalah sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Jika satu pabrik saja bisa mempekerjakan 3.000 hingga 4.000 orang, maka dengan tiga pabrik saja, belasan ribu masyarakat Aceh bisa bekerja,” jelasnya.
Safrizal juga menekankan pentingnya optimalisasi sektor pertambangan, terutama di wilayah pantai barat yang kaya akan mineral, batu bara, dan emas. Namun, ia mengingatkan bahwa perizinan harus diberikan kepada pihak yang kompeten agar tidak menghambat perkembangan sektor tersebut.
“Tentunya pertambangan ini dilakukan di tempat yang diizinkan. Ini yang perlu diatur,” sebutnya.
Berdasakan pengalamannya menjadi dua pejabat gubernur di dua daerah yang ekonominya dihidupkan dunia pertambangan maka di Aceh skalanya itu kecil.
“Mungkin skalanya nomor 6 atau 7 di sektor pertambangan, sangat tidak maksimal. Padahal sektor ini kalau mau direvitilisasi atau dihidupkan maka dia akan menempati nomor satu bahkan akan mengkontribusikan dalam PDRB,” sebutnya.
Kenyamanan Berinvestasi Prioritas
Di samping menghidupkan industri dan pertambangan, Pj Gubernur Aceh juga menyoroti pentingnya menciptakan iklim investasi yang nyaman untuk menarik investor.
Meski Aceh dikenal aman dengan tingkat kriminalitas rendah, tantangan seperti pungutan liar, retribusi tak jelas, dan praktik suap-menyuap harus dihilangkan.
“Kita harus memastikan tidak ada pungutan liar yang membebani investor sebelum mereka menghasilkan. Ini harus disingkirkan,” tegas Safrizal.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kenyamanan investor yang sudah menanamkan modalnya di Aceh. Kebijakan yang mendukung keberlanjutan investasi, termasuk kemudahan izin usaha, harus menjadi prioritas.
“Khusus untuk tambang, di Aceh perizinan cukup diberikan oleh gubernur, tidak perlu melalui kementerian. Ini adalah keunggulan yang harus dimanfaatkan untuk mempermudah proses investasi,” sebutnya.
Karena itu, Safrizal mengajak seluruh pihak untuk bersinergi mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh melalui investasi yang inklusif dan berkelanjutan. (*)