Banda Aceh (Waspada Aceh) – Atletik Aceh masih mengandalkan dan mengharapkan Fuad Ramadhan untuk menggapai lagi medali emas di PON XX Papua yang akan digelar 2 – 13 Oktober 2021.
Fuad yang tetap pada nomor spesialisnya 400 meter bersama Burhan di lari 100 meter telah dipersiapkan melalui pemusatan latihan daerah (Pelatda). Pelatda sendiri dilaksanakan KONI Aceh sejak Oktober 2019, 2020 dan berlanjut mulai 2 Februari 2021 hingga akhir September atau saat akan berangkat berlomba di Papua.
Dua pelari Aceh itu begitu semangat, serius dan fokus dalam menjalani program latihan selama di Pelatda yang ditangani pelatih Firman Chairuddin.
Berlatih IntensifÂ
Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (Pengprov PASI) Aceh, Bachtiar Hasan, kepada wartawan belum lama ini menyebutkan, Fuad dan Burhan serius dan semangat menjalani Pelatda selama, meski di tengah ancaman pandemi corona virus desease (COVID-19).
Bachtiar mengatakan, meski hanya dua pelari, atletik tetap menjadi suatu cabang olahraga andalan bagi Aceh untuk meraih medali emas di PON Papua, sehingga dua atlet tersebut digembleng secara intensif dalam Pelatda.
“Alhamdulilah, dua atlet kita selama Pelatda tetap berlatih serius dan menerapkan protokol kesehatan,” ujar Bachtiar yang juga Wakil Ketua Umum III Bidang Pembinaan Prestasi KONI Aceh ini.
Selain ditempa sesuai program latihan yang telah dirancang pelatih untuk selama Pelatda, PASI Aceh juga telah melakukan uji lomba (try-in) terhadap atlet yang dipersiapkan ke PON Papua itu dengan menggelar kejuaraan daerah (Kejurda) November 2020.
Sebutnya, pagelaran Kejurda tersebut merupakan program kerja Pengprov PASI Aceh di 2020. “Event itu dijadikan ajang evaluasi bagi atlet Pelatda,” katanya.
Hasil dari Kejurda itupun, PASI Aceh mendapat masukan berharga untuk meningkatkan performan atlet untuk mencetak catatan waktu lebih bagus dalam masa waktu yang masih panjang sekitar 10 bulan lagi sebelum berlomba di Papua.
Mulai 2 Februari 2021, Fuad dan Burhan sebagai atlet prioritas satu kembali menjalani Pelatda sentralisasi secara intensif untuk meningkatkan terus progresnya hingga berlomba di PON.
Untuk melihat kemajuan yang dicapai, kekurangan dan kelemahan yang masih ada pada atlet selama Pelatda yang sudah dijalani, Bachtiar menyebutkan, pada Juni nanti dua pelarinya akan menjalani try-out (ujicoba) dan berlatih di Jakarta.
Ujicoba keluar dan berlatih di Jakarta memang sudah program untuk meningkatkan prestasi juga kesiapan menghadapi persaingan hebat dan ketat di Papua nanti.
Oleh karena itu, ia masih optimis dan tetap menargetkan Fuad dapat meraih kembali medali emas dan Burhan bisa masuk final.
Bachtiar yang juga Ketua Pelatda Atlet Aceh ke PON Papua ini berani memasang target tersebut melihat persiapan yang dilakukan melalui pemusatan latihan daerah selama ini serta rekam prestasi Fuad dan Burhan.
Fuad peraih medali emas PON XIX/2016 Jawa Barat, Burhan masuk final 100 meter dan emas nomor estafet pada Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) Sumatera di Bengkulu, November 2019. Multi event olahraga empat tahunan di Sumatera itu juga ajang prakualifikasi untuk lolos berlomba di PON Papua.
Dua Emas
KONI Aceh berharap atletik dapat meraih dua medali emas pada PON XX/2021 di Papua. Harapan itu disampaikan Ketua Umum KONI Aceh, Muzakir Manaf melalui Wakil Ketua Umum III Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Teuku Rayuan Sukma ketika membuka Kejurda di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, November 2020.
Rayuan menargetkan atletik dengan dua atlet nomor lari, Fuad Ramadhan 400 meter dan Burhan 100 meter harus mampu meraih dua medali emas di Papua.
“Kalau PON XIX/2016 Jawa Barat meraih medali emas, di Papua harus bisa dipertahankan dan tambah satu lagi menjadi dua emas,” ujar Rayuan memotivasi Pengprov PASI Aceh berserta atlet.
Jejak Prestasi Emas PON
Atletik Aceh memang tidak merajai perlombaan banyak nomor di pentas kejuaraan nasional dan PON, namun punya prestasi mengkilap di nomor lempar lembing, loncat tinggi dan lari 400 meter yang diraih dalam kurun waktu berbeda.
Beberapa kali perhelatan multi event olahraga nasional empat tahunan di tanah air ini, atlet Aceh berhasil meraih medali emas. Torehan itu dimulai pertama kali pada PON XI/1984 di Jakarta.
Prestasi fenomenal tersebut dicatat pertama kali oleh atlet lempar lembing putri, Taty Ratnaningsih dan berturut meraih medali emas PON XII/1989, XIII/1993 di Jakarta.
Atlet lempar lembing putri Aceh tersebut bukan hanya meraih emas di tiga kali secara berturut PON, juga meraih medali emas di SEA Games, sehingga menjadikannya ratu lempar lembing Asia Tenggara masa itu.
Berlalunya kejayaan Taty, namun prestasinya seperti menginspirasi dan memotivasi talenta atletik Aceh era berikutnya untuk mengukir capaian yang sama di pekan olahraga nasional.
Selang tiga PON atau 12 tahun kemudian, muncul atlet lompat tinggi, Syahrial yang mengukir prestasi mengejutkan, meraih medali emas pada PON XVII/2008 di Kalimantan Timur.
Syahrial saat itu juga mencatat prestasi spetakuler memecahkan rekor nasional dan PON, dengan lompatan 2,09 meter yang sebelumnya 2,04 meter atas nama Ketut Wuidiana dari Bali yang dicetak tahun 1985. Sedangkan Rekornas 2,08 meter atas nama Aria Yuniawan dari Nusa Tenggara Barat tahun 2001.
Kemudian, emas atletik Aceh jeda di PON XVIII/2012 Riau. Namun tradisi emas mulai lagi di delapan tahun kemudian, tapi kali ini dari nomor lari 400 meter, melalui Fuad Ramadan.
Fuad Ramadan bagai terinspirasi dan termotivasi dari prestasi Taty dan Syahrial, sehingga menjadikan sebagai estafet emas Aceh di pesta olahraga nasional. Fuad berhasil mempersembahkan medali emas PON XIX/2016 Jawa Barat.
Dia meraih emas setelah menuntaskan lintasan dengan catatan waktu 47,58 detik, sekaligus mengembalikan tradisi emas atletik Aceh di kancah PON. (ria)