Banda Aceh (Waspada Aceh) – Meski pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, tarif labi-labi di Banda Aceh tidak naik.
Salah seorang sopir labi-labi, Efendi saat dijumpai waspadaaceh.com, di Banda Aceh, Kamis (15/9/2022) mengatakan alasan tidak menaikan tarif labi-labi meski BBM naik dengan berbagai pertimbangan, salah satunya sulitnya mencari penumpang.
“Meski BBM naik, tarifnya tidak naik. Seperti contoh, rute Masjid Raya Baiturrahman-Darussalam tarifnya tetap Rp5 ribu dari dulu sampai sekarang,” ucapnya.
Sebanyak 10 unit labi-labi yang mangkal di seputaran Pasar Aceh dan Masjid Raya Baiturrahman, kata Efendi, sepakat untuk tidak menaikkan tarif angkutan labi-labi. Dia mengkhawatirkan ketika menaikkan tarif, masyarakat tidak mau lagi memakai jasa angkutan mereka.
“Makanya BBM naik, ongkos tetap sama malah akan kita turunkan lagi,” ucapnya.
Jika dihitung-hitung kata Efendi, ini memang rugi karena antara pengeluaran dan pemasukan tidak sebanding. Apalagi sekarang, dia hanya mendapatkan penumpang dua atau tiga orang saja perharinya.
“Kalau dipikir-pikir rugi, dengan harga BBM yang semakin tinggi, cuman lebih rugi lagi tidak ada penumpang. Tidak kami naikan ongkos pun masyarakat tidak mau naik, lebih-lebih kami naikkan,” sebutnya.
Dia mengakui, penumpang labi-labi mulai berkurang sejak adanya bus Trans Koetaradja, namun berbanding terbalik keberadaan ojek online (ojol) dan becak tidak begitu berpengaruh, mengingat tarifnya labi-labi lebih murah.
“Sekarang penumpang sangat berkurang sejak adanya Trans Koetaradja. Dalam hal ini kami tertindas, namun bagi masyarakat lain merasa terbantu dengan kehadiran bus ini,” sebutnya.
Untuk mensiasati hal itu, kata Efendi, saat ini dia dan sopir labi-labi lainnya memanfaatkan waktu istirahat bus Trans Koetaradja untuk mengangkut penumpang. Meski demikian, dia juga tidak menafikkan jika hari minggu penumpang labi-labi lumayan ramai, lantaran bus Trans Koetaradja tidak beroperasi seperti biasanya.
“Hari Minggu kami cari uang untuk menutupi hari-hari biasa,” tuturnya.
Dalam hal ini, dia tidak menyalahkan adanya bus Trans Koetaradja, namun ia berharap pemerintah membagi jam operasi Trans Koetaradja dan memberikan waktu dua jam kepada angkutan labi-labi untuk beroperasi mencari rezeki. (Kia Rukiah)