Banda Aceh (Waspada Aceh) – Muhammad Mursi yang meninggal dunia dalam penjara pada Senin (17/6/2019), tak hanya dikenal sebagai Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis, tapi juga adalah seorang guru besar yang pernah berkunjung ke Aceh.
Sebagaimana dikutip dari laman BBC Indonesia, Mursi kuliah di jurusan teknik Universitas Kairo pada 1970-an sebelum pindah ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan program doktoral dan meraih gelar PhD.
Saat menjadi Presiden Mesir, dia pernah mengutamakan melafalkan azan daripada melanjutkan pidato penting.
Rekaman video yang diunggah ke situs YouTube pada Juni 2013 memperlihatkan, Mursi tengah berpidato dan menghentikan pidatonya saat waktu menunjukkan shalat tiba.
Biasanya, di negara-negara Muslim, ketika orang yang menyampaikan sambutan mendengar azan, dia akan berhenti sejenak hingga suara azan selesai berkumandang.
Tapi dalam video yang diunggah oleh situs berita Mesir Almogaz, Mursi tampak menirukan suara azan itu keras-keras, seperti yang biasa dilakukan oleh seorang muazin.
Rekaman video memperlihatkan, hadirin menirukan dengan lirih azan yang dilantunkan Mursi.
Sekitar sebulan setelah kejadian itu, militer mengambilalih kekuasaan dan melengserkan Mursi. Kudeta itu memberi jalan bagi Jenderal Abdel Fattah al-Sisi untuk naik ke tampuk kekuasaan.
Setelah ditumbangkan, Mursi ditahan dan menjalani proses hukum.
Mursi diadili bersama 14 pejabat senior Ikhwanul Muslimin yang dituduh menghasut para pendukung untuk membunuh seorang wartawan dan dua demonstran dari kubu oposisi. Dia juga dituduh memerintahkan penyiksaan dan penahanan terhadap pemrotes lainnya.
Ketika tsunami menerjang Aceh pada Desember 2004, banyak organisasi asing atau internasional mengirim bantuan atau personel, termasuk di antaranya Mursi.
Mursi bahkan mengunjungi Aceh sebagai bagian dari satu misi bantuan kemanusiaan.
Foto yang beredar di media sosial menunjukkan Mursi bersama beberapa orang, difoto dengan latar belakang satu kawasan yang rusak berat di Aceh. (BBC Indonesia)
