Banda Aceh (Waspada Aceh) – Terhitung hingga 3 Juni 2022, sudah tiga maskapai membuka kembali penerbangan yang melayani rute Medan-Banda Aceh (PP). Tiga maskapai penerbangan itu, yakni Lion Air, Citilink dan AirAsia (perdana 3 Juni). Tentu selain masakapai penerbangan Garuda Indonesia.
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) mendorong AirAsia, selain membuka kembali penerbangan Banda Aceh – Medan, diharapkan juga membuka rute Banda Aceh-Malaysia atau Kuala Lumpur (KL).
“Kita mencatat, banyak wisatawan Malaysia yang masuk ke Aceh, salah satunya ke Banda Aceh. Namun, melalui penerbangan Medan. Harusnya, potensi ini besar, rute Banda Aceh bisa dikembangkan lagi ke Malaysia atau Kuala Lumpur (PP),” kata Wakil Ketua DPRA, Hendra Budian, Selasa (31/5/2022), kepada Waspadaaceh.com.
Politisi Partai Golkar ini menilai Aceh dan Malaysia memiliki ikatan emosional sejarah yang kuat dan paling dikenal pada masa sejarah peradaban Islam Kesultanan Samudera Pasai di Aceh. Selain itu, persamaan dalam syariat Islam yang kuat, membuat wisata Aceh dan Malaysia sama-sama menarik.
“Untuk itu, kita mendorong potensi tersebut didukung dengan transportasi yang mumpuni, dengan rute Kuala Lumpur-Banda Aceh. Kita punya wisata islami dan halal yang dikenal tidak hanya nusantara tapi di dunia, sama juga dengan Malaysia. Ini merupakan potensi. Apalagi, bisa saling bertukar informasi pengembangan wisata,” ungkap politisi muda potensial yang dikenal dinamis dan aktif ini.
Hendra menyatakan dengan dibukanya AirAsia rute Banda Aceh-Medan, akan mendongkrak kembali tingkat kunjungan wisatawan ke negeri Serambi Mekkah. Namun, jika rute Banda Aceh-Kuala Lumpur juga dibuka, maka akses wisatawan internasional pun akan terbuka lebar dan tidak lagi harus melalui Kualanamu, Medan.
“Sebelumnya, hanya Lion Air Grup yang mendominasi penerbangan dari Medan ke Banda Aceh. Harga tiketnya pun luar biasa, bisa 1 jutaan rupiah. Baru-baru ini, Citilink sudah membuka kembali rute yang sama. Kini ditambah AirAsia, maka mobilitas wisatawan ke Aceh akan semakin besar didukung ongkos yang murah,” ujarnya.
Dia menilai jika satu wilayah rute dilayani oleh beberapa maskapai maka harga jual tiket tentunya akan lebih ekonomis karena akan ada persaingan. Namun, jika satu rute hanya dilayani satu maskapai harga tiket juga akan mahal, karena potensi monopoli pasar.
“Namun, kita melihat dari sisi pariwisata. Semakin banyak maskapai yang masuk, potensi pengembangan pariwisata Aceh akan semakin besar. Apalagi, saat ini Pemerintah Aceh sedang gencar mempromosikan pariwisata Aceh seperti event terakhir Tour de Aceh (TDA) rute Banda etape 2, hingga rute Takengon di etape 1. Kita akan mendukung dari DPRA,” ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa dengan potensi pengembangan pariwisata, maka peluang peningkatan prekonomian daerah juga semakin besar. Dengan meningkatkan prekonomian daerah, maka kesejahteraan warga juga meningkat pesat.
“Pasca pandemi, ini momentum Aceh bangkit dari sektor ekonomi melalui pariwisata. Kita DPRA, akan mendukung penuh apalagi Aceh bisa setara atau melebihi dari Bali untuk destinasi wisata nasional maupun dunia,” jelasnya. (sulaiman achmad)