Medan (Waspada Aceh) – Meski Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) telah mengumumkan kenaikan harga penjualan tahu dan tempe pada kisaran 10 – 20 persen, sebagai imbas naiknya harga kedelai, namun sejumlah pengusaha temped an tahu di Medan tidak menaikkan harga jual.
“Harga kedelai melambung, tapi kami tidak mungkin menaikkan harga tempe. Masyarakat juga saat ini lagi susah karena pandemi COVID-19. Jadi gak mungkin naik,” kata Irwan Sahputra, pengusaha tempe dengan merek WanTempeh kepada Waspadaaceh.com di Medan, Kamis (3/12/2020).
Pengusaha muda ini menambahkan, saat ini harga kedelai bisa mencapai Rp8.000/Kg untuk grade atau kelas-2 merek Bola Dunia. Sedangkan untuk grade-1 Mabar (Mb), bisa mencapai Rp9.000/Kg. Irwan mengakui ada kesulitan untuk mengatur agar harga tempe tidak naik, tapi pengusaha juga tidak rugi dan tetap bisa menjalankan usahanya.
Sebagaimana diketahui, Ketua Umum Gakoptindo, Aip Syarifuddin, mengatakan pihaknya memutuskan untuk menaikkan harga tahu dan tempe. Kenaikan tersebut, kata Aip Syarifuddin, merupakan usulan, desakan dan permintaan dari anggota perajin tempe dan tahu di berbagai wilayah di Indonesia.
“Gakoptindo sebagai wadah koperasi tahu tempe tingkat nasional mendukung usulan dari anggota-anggota perajin tempe tahu di seluruh Indonesia untuk menaikkan harga tempe dan tahu antara 10 sampai dengan 20 persen,” kata dia melalui siaran persnya.
Untuk itu, Gakoptindo menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat, khususnya konsumen tahu dan tempe di Indonesia.
Sementara, pengusaha tahu rumahan di Marelan, Medan, Suyatno mengatakan tidak bisa menaikan harga jual tahu karena rata-rata pembeli adalah ibu rumah tangga. Apalagi, pasar terbesar tahu yang diproduksinya adalah pasar tradisional di Belawan dan Marelan.
“Tidak bisa naik. Karena kalau dinaikan nanti dikomplain sama pembeli. Harga jual sekarang dua potong seribu rupiah. Gak mungkin dinaikan. Satu potong seribu rupiah. Paling ukurannya agak dikurangi sikit, tapi gak bisa juga terlalu banyak dikurangi,” ungkapnya.
Harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe, memang terjadi kenaikan yang cukup tajam sejak pandemi COVID-19. Sementara itu hampir semua kedelai yang digunakan untuk bahan baku tahu dan tempe di Indonesia, diimpor dari beberapa negara, seperti Amerika, Brazil dan beberapa negara lainnya. (sulaiman achmad)