Minggu, Oktober 13, 2024
BerandaGaya HidupMenikmati Ramadhan di Tengah Bencana

Menikmati Ramadhan di Tengah Bencana

Penulis Dahrum, M Pd

Efek berdiam di rumah telah menggerogoti pendapatan, tak mampu lagi memenuhi kebutuhan. Tidak bisa leluasa lagi dalam bekerja, terutama pekerjaan yang harus melibatkan banyak orang

Bulan Ramadhan 1441 H tahun ini ada sedikit berbeda dari sebelumnya. Beratnya ujian yang harus dilalui akibat penyebaran Corona virus, wabah yang akhirnya ditetapkan sebagai Pandemi oleh WHO, karena menjangkiti secara global/mendunia.

Ramadhan kali ini nampaknya masih dibayangi oleh kabar berita, peristiwa berkenaan COVID-19 dan dampak yang ditimbulkan, menjadi tambahan amal tersendiri bagi ibadah kita. Salah satu dampaknya adalah harus banyak berdiam diri di rumah. Tentu saja ini tak perlu disesali, sebab ujian bisa datang dan pergi.

Kita dianjurkan untuk berdiam di rumah, agar penyebaran virus tidak meluas. Perasaan takut, rasa kehilangan berkumpul bersama teman-teman mengiringi hari-hari. Lumrah, sebagai manusia hal ini membawa rasa sedih di hati. Hanya saja, musibah ini harus dilalui dengan hati yang ikhlas dan sabar. Dengan berharap Ramadhan akan menghapus COVID-19 di seluruh dunia.

Efek berdiam di rumah telah menggerogoti pendapatan, tak mampu lagi memenuhi kebutuhan. Tidak bisa leluasa lagi dalam bekerja, terutama pekerjaan yang harus melibatkan banyak orang. Sebagian diantara saudara kita ada yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), ada juga yang dirumahkan sementara, belum jelas kapan kembali bekerja, karena COVID-19 belum sirna.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat 43% penderita virus Corona masuk dalam kategori orang tanpa gejala. Total kasus positif virus Corona di Indonesia mencapai 7.774 orang. (katadata.com, 24/4). Tampak jumlah kasus pasien positif COVID-19 semakin banyak dan terus meningkat. Sedangkan kategori orang tanpa gejala (OTG), Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Agus Wibowo, menyampaikan bahwa penderita virus Corona tersebut tak mengalami keluhan, seperti batuk, demam, dan sesak nafas. Alhasil banyak kasus penularan pandemi tersebut terjadi melalui mereka.

Sekedar info saja, bukan bermaksud menakuti, tapi lebih kepada sikap waspada dan hati-hati, di mana potensi penyebaran tak mudah dideteksi. Bahkan orang yang terlihat sehat pun memiliki peluang besar sebagai penyebar virus berbahaya ini. Pastinya tak ada solusi alternatif, selain tetap siaga dan mengikuti protokol kesehatan untuk penanganannya.

Pendapatan masyarakat mengalami penurunan. Bagi yang berprofesi sebagai penjual makanan dituntut lebih kreatif, menjaga kebersihan, kemasan yang aman dari kontaminasi dan berbasis transaksi online. Semua harus berinovasi mengikuti perubahan, bila tidak ingin omsetnya berkurang.

Semua pihak saat ini dituntut lebih sigap dalam bekerja, tak banyak teori dan basa-basi. Masyarakat butuh uluran bantuan agar beban hidup sedikit berkurang. Pemerintah harus mampu menjawab harapan rakyat, memberikan BLT dan penganggaran pada kegiatan yang banyak melibatkan pekerja atau padat karya sebagai solusi saat ini. Sehingga bulan Ramadhan tetap nyaman, meskipun di tengah ancaman virus Corona.

Bila eskalasi COVID-19 terus berlanjut beberapa bulan lagi, bukan saja keadaan ekonomi yang menurun. Tapi keadaan sosial masyarakat juga diperkirakan memburuk, mudah tersulut. Inilah yang paling berbahaya, sebab makin memperkeruh kondisi yang ada.

Kerja pemerintah kian berat dalam masa penanganan COVID-19. Di samping fokus penanganan pandemi, juga harus meningkatkan produksi dan distribusi bahan pangan. Kagiatan lain tarkait dengan melakukan manajemen terhadap potensi-potensi ancaman sosial di tengah masyarakat. Maka harus tetap siaga terhadap kemungkinan yang bakal terjadi.

[Amazingly Simple Graphic Design Software – Canva]

Tetap Siaga dan Peduli
Beberapa hari lalu ada Tausyiah yang diterbitkan oleh MPU Aceh, berkenaan dengan pelaksanaan ibadah tarawih selama COVID-19. Bila suatu daerah terkena wabah dengan intesitas berat, maka prosesi shalat bisa dilakukan di rumah, begitu sebaliknya dilakukan di masjid kalau kondisinya aman-aman saja.

Keadaan ini tergantung pada daerah masing-masing dan meminta agar kepala daerah yang menentukan kriteria terkendali atau tidak. Bila tidak terkendali, MPU meminta kepada masyarakat agar tidak melaksanakan kegiatan ibadah yang melibatkan orang banyak. Pola ibadah di bulan Ramadhan sedikit berbeda, mengutamakan keselamatan jiwa, maka harus tetap siaga dan waspada.

Tausyiah MPU menjadi pedoman bagi masyarakat, solusi beribadah di tengah wabah. Pernyataan itu mengisi kekosongan aturan fiqih tentang pelaksanaan ibadah puasa agar tetap terlaksana dan berpahala. Selanjutnya, meminta kepada masyarakat untuk menunaikan zakat, infak dan sedekah sebagaimana biasa, meningkatkan kepedulian pada fakir/miskin yang berdampak pandemi COVID-19.

Bulan ini juga merupakan bulan untuk meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama, saling memberi makanan untuk berbuka. Bulan dimudahkan rizki bagi orang-orang yang berusaha dengan keimanannya. Barangsiapa yang memberikan makanan untuk berbuka kepada orang-orang yang berpuasa, maka akan diampuni dosa-dosanya dan dibebaskan dari adzab api neraka serta memperoleh ganjaran pahala seperti orang-orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun. Merupakan tausyiah yang sering disampaikan oleh para Tengku saat Ramadhan tiba.

Selain semangat berbagi, aktivitas yang tak kalah menarik adalah meringankan pekerjaan orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya (pegawai atau pembantu), tentu saja lebih utama di bulan Ramadhan dan jadi kebiasaan di bulan berikutnya. Menurut referensi tentang keutamaan meringankan beban orang lain, bahwa Allah akan meringankan pemeriksaan/hisab pada hari kiamat. Kalau bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit.

Dalam kondisi yang labil (sebab COVID-19) saat ini sikap peduli pemimpin sangat diharapkan, membantu pemenuhan kebutuhan rakyat. Berbagai keluhan dan kecaman harus direspon dengan arif dan bijaksana. Adalah bentuk risiko yang harus diambil sejak ikrar bersedia mengemban amanah rakyat diucapkan.

Pemimpin yang baik dan peduli dinilai dari dampak kepemimpinannya terhadap rakyat, bukan dominan pada perilaku personalnya. Harus dibedakan antara kepribadian pemimpin dengan kebijakannya. Keburukan personal adalah urusan dia dengan Allah, sedangkan tindakan tegasnya menjadi nikmat/kemaslahatan bagi rakyat.

Begitulah saat Ahmad bin Hambal, sang imam mazhab dihukum pada masa penguasa Abbasiyah, khalifah Al Makmun, beliau berselisih dengan penguasa yang menyatakan Al-quran adalah mahkluk. Di penjara dan dihukum cambuk hingga hampir terlepas sendi bahunya.

Namun, ketika ditanya bagaimana pendapatnya terhadap perlakuaan sang khalifah, dengan tegas Imam Hambal menjawab, bahwa keburukan pribadi penguasa adalah urusannya dengan Allah, sedangkan ketegasannya menjadi kebaikan bagi rakyat.

Dari Auf ibn Malik, berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian.”

Rajin Berdoa
Pada kesempatan di bulan Ramadhan mulia ini, harus banyak berdoa. Bila usaha maksimal sudah dilakukan untuk terbebas dari COVID-19, maka ihktiar selanjutnya adalah melalui doa. Doa adalah kekuatan, senjata andalan bagi kaum Muslim, di samping menenangkan, juga beroleh pahala besar di sisi Allah SWT.

Ihktiar selanjutnya adalah peran pemangku kepentingan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, utamanya di bulan Ramadhan, agar lebih fokus beribadah. Tentunya kebutuhan terhadap bahan pangan dengan harga terjangkau.

Di sisi lain, masyarakat dengan kondisi ekonomi kurang stabil, tetap memperoleh pendapatan lewat program-program pemerintah. Tentu saja program yang sesuai dengan kondisi saat ini. Bagi para pedagang proses transaksinya tetap berjalan. Pemerintah diharapkan menginisiasi cara-cara online dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bila itu bisa terwujud, rasanya ibadah akan dilalui dengan mudah, lancar dan nyaman.

Hikmah pandemi telah men-drive sebagian besar kegiatan secara online, dari jual beli hingga urusan silaturrahmi. Terakhir, penulis mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa, mohon maaf lahir dan batin. Semangat.

  • Dosen Pada Universitas Malikussaleh-Lhokseumawe
  • Email: dahrumpnsmail@gmail.com
BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER