Sabtu, April 27, 2024
Google search engine
BerandaDisbudpar AcehMisteri Wisata Religi Gua Tujoh di Pidie, Tak Sekedar Berkunjung Tapi Berziarah

Misteri Wisata Religi Gua Tujoh di Pidie, Tak Sekedar Berkunjung Tapi Berziarah

Masyarakat setempat juga meyakini gua tersebut sebagai situs sejarah, karena pada masa Kesultanan Aceh, keberadaan gua tersebut selain digunakan sebagai tempat beribadah dan bersembunyi, juga dijadikan sebagai tempat mengatur siasat atau taktik perang melawan kolonial (penjajah)

——————-

Gua Tujoh merupakan salah satu situs bersejarah yang terletak di antara Kecamatan Bate dan Muara Tiga, Kabupaten Pidie. Pada hari-hari biasa, gua ini menjadi tempat bermeditasi bagi banyak orang tertentu. Namun sampai hari ke empat umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, Rabu (6/4/2022), Gua Tujoh tampak masih sepi.

Menurut cerita warga setempat, sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat di daerah berjuluk Serambi Mekah, itu setiap datang bulan suci Ramadhan, mereka melakukan perjalanan religi sekaligus ziarah mengunjugi Gua Tujoh.

Sebagian dari mereka, mengunjungi wisata religi ini bukan sekadar jalan-jalan, melainkan untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, terdapat beberapa gua yang biasa dikunjungi oleh sebagian masyarakat.

Gua-gua tersebut tidak hanya menarik dikunjungi orang-orang dari Aceh yang ingin bermeditasi saja, tetapi juga banyak dikunjungi oleh warga luar Aceh dan wisatawan mancanegara.

Ambia, 47, asal Gampong Cot, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, kepada Waspadaaceh.com, mengaku sudah lama menjadi penjaga Gua Tujoh. Tidak jauh dari pintu masuk Gua Tujoh tersebut, untuk mendukung penghasilannya sehari-hari, dia menderikan kios menjual minuman dan makanan ringanan bagi para pengunjung.

Dia juga menjadi pemandu bagi para pengunjung atau orang yang ingin bermeditasi di dalam gua tersebut. Kepada Waspadaaceh.com, dia menuturkan sejak memasuki bulan Ramdhan tahun 2022 ini, Gua Tujoh sepi pengunjung. Baik itu wisatawan yang ingin sekadar berkunjung maupun orang-orang yang ingin bermeditasi di dalam gua.

“Tetapi kalau wisatawan ada yang datang, dua sepeda motor. Sedangkan untuk orang meditasi tidak ada, sepi itu di dalam gua. Tetapi pada 15 Ramadhan nanti sudah ada orang yang mau meditasi di dalam gua, melaporkan ke saya,” kata Ambia.

Pemandangan di dalam Gua Tujoh di Pidie. (Foto/m.riza)

Tempat Keramat bagi Sebagian Orang

Ambia mengisahkan bahwa Gua Tujoh dipercaya sebagian masyarakat sebagai tempat keramat, tempat bersemayamnya para aulia (orang suci). Di dalam gua tersebut terdapat sejumlah peninggalan yang sudah berbentuk batu karst (batuan kapur), dan terdapat sejumlah lorong, yang diyakini sebagian orang bisa tebus hingga ke Arab.

Masyarakat setempat juga meyakini gua tersebut sebagai situs sejarah. Karena pada masa Kesultanan Aceh, keberadaan gua tersebut selain digunakan sebagai tempat beribadah dan bersembunyi, juga dijadikan sebagai tempat mengatur siasat atau taktik perang melawan kolonial (penjajah). Konon lagi lokasi Gua Tujoh letaknya tidak jauh dari bibir pantai.

Cerita Ambia, dalam gua itu terdapat beberapa pintu utama. Setiap pintu, kata dia, memiliki sisi yang berbeda-beda. Tetapi pintu gua itu kini tinggal empat, karena pintu lainnya tidak bisa dimasuki lagi. Konon cerita Ambia, banyak pengunjung yang mencoba mengukur seberapa panjang gua ini namun gagal. Ujung gua ini tidak diketahui sampai di mana, dan diyakini bisa sampai ke Arab.

Gua Tujoh di Kabupaten Pidie ini dikelilingi dengan perbukitan berbatuan karst dan bersemak-semak. Tidak jauh dari posisi gua tersebut terdapat areal milik perusahan PT Semen Indonesia Aceh, yang sudah ditinggalkan.

Kendati lokasinya penuh dengan semak-semak dan bebatuan karst, panorama alamnya terlihat sangat indah. Dari atas perbukitan itu pengunjung akan takjub melihat indahnya laut Selat Malaka. Beberapa kapal besar dan perahu nelayan dapat dilihat dari perbukitan Gua Tujoh tersebut.

Dinding-dinding dalam ruangan Guha Tujoh menjadi tempat bersarangnya burung walet. Masyarakat lokal memanfaatkannya sebagai sumber ekonomi. Sebagaimana diketahui, sarang burung walet merupakan komoditi yang bernilai ekonomi tinggi, karena harganya di pasaran sangat mahal.

 

Di dalam gua tersebut juga tersaji pemandangan yang unik, salah satunya batu yang merupai lembu, batu menyerupai calon pengantin wanita, onggokan hidangan ketan dan cadas yang menyerupai tempat tidur pengantin. (Foto/m.riza)

Kondisi Jalan Menuju Gua Tujoh

Menuju Gua Tujoh, pengunjung harus melewati medan jalan yang berat. Karena, sekira 3 kilometer jalan negara, terhitung dari Gampong Kule, Kecamatan Bate sampai Gampong Cot, Kecamatan Muara Tiga, kondisi jalannya rusak parah. Ditambah lagi sekira 200 meter dari jalan negara tersebut ke pintu Gua Tujoh, kondisi jalan juga sama parahnya.

Sepanjang jalan tersebut berlubang, berbatu dan terendam air. Bagi pengunjung yang datang ke lokasi tersebut diingatkan untuk berhati-hati, karena jika tidak hati-hati, kendaraan bisa terjebak lumpur. Butuh perhatian Pemerintah Aceh mapun Pemkab Pidie agar ruas jalan ke lokasi objek wisata ini bisa diperbaiki untuk kenyamanan para pengunjung. 

Suryati, 32, salah seorang pengunjung Gua Tujoh asal Kota Banda Aceh, menuturkan kendati kondisi jalan tidak bersahabat, namun dia bersama beberapa kerabatnya tetap datang mengunjungi Gua Tujoh.

Dia berharap Pemprov Aceh dan Pemkab Pidie membangun jalan sebagai akses menuju lokasi objek wisata yang menurutnya patut dikembangkan. Selain keberadaan objek wisata ini bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar juga bisa menambah pundi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pidie.

Bagi Suryati dan kawan-kawan, Gua Tujoh merupakan salah satu destinasi wisata lokal yang memiliki nilai spiritual tinggi yang patut dikunjungi oleh siapa saja terutama orang-orang yang mencari jejak aulia atau ulama. Begitu pun dia mengimbau kepada masyarakat yang mau mengunjungi lokasi tersebut harus berhati-hati karena kondisi jalan rusak menuju ke Gua Tujoh.

“Pengunjung akan dibuat takjub karena akan dapat menyaksikan isi gua melalui salah satu pintu masuk yang berdiameter 0,7 m dan lebar 17 m, dibantu Ambia sebagai pemandu,” kata Suryati. 

Disebut juga di dalam Gua Tujoh terdapat gua-gua kecil yang diyakini dahulunya pernah didiami oleh satwa liar, sebut saja namanya Guha Uleu (Gua Ular), Guha Mie (Gua Kucing) dan Guha Rimueng (Gua Harimau). Gua-gua mini tersebut tidak dapat diakses untuk masuk oleh pengunjung.

Selain terdapat misteri yang hingga kini belum terpecahkan, di dalam gua tersebut juga tersaji beberapa benda yang unik. Salah satunya batu yang merupai lembu, batu menyerupai calon pengantin wanita, onggokan hidangan ketan dan cadas yang menyerupai tempat tidur pengantin.

Selain itu terdapat sebongkah karang yang menyerupai sebuah batu besar, letaknya seakan-akan tergantung mengasing dari tanah tanpa ada ikatan. Batu yang anti gravitasi ini disebut Bate Meugantung (batu bergantung), batu berbentuk elang sujud dan sebagainya.

Kendati Gua Tujoh ini sangat dikeramatkan terutama oleh warga sekitar apalagi acap digunakan sebagai lokasi pertapaan, karena itu masyarakat setempat mengimbau kepada pengunjung untuk menjaga kesucian tempat tersebut dari berbagai tingkah yang tidak baik. (muhammad riza)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER