Banda Aceh (Waspada Aceh) – Lelang Sulfur Granule yang dilakukan PT Pembangunan Aceh (Pema) dinilai murni keputusan hasil lelang oleh Tim Lelang dan tidak ada intervensi direksi. Lelang itu pun diklaim sudah sesuai ketetapan dan prosedur.
Seperti diketahui, Panitia Lelang PT Pembangunan Aceh (Pema) dinilai melanggar aturan yang dibuat sendiri oleh Badan Usaha Milik Aceh (BUMA) itu. Aturan itu yakni menggunakan nilai penawaran dan nilai jaminan penawaran dalam bentuk Dollar Amerika (USD) bukan Rupiah (Rp).
Panitia Lelang PT PEMA yang dipimpin Ketua Penitia Pengadaan Sulfur Granule, Muhammad Iqbal Faresi, memenangkan perusahaan yang menggunakan nilai penawaran dan nilai jaminan penawaran dalam bentuk Rupiah.
“Maaf lagi rapat. Kita punya tim lelang di Pema dan secara teknis adanya di tim, direksi tidak melakukan intervensi. Tapi yang saya tahu,” ungkap Edwar Salim.
PT Pema melalui Direktur Bussiness Development, Edwar Salim kepada Waspadaaceh.com menyampaikan penjelasannya dalam beberapa poin.
1. Hasil seleksi memang PT BUK yang menang.
2. Yang dipertanyakan itu bukan tawaran, tapi Bid Bond (nilai jaminan penawaran) untuk jaminan penawaran.
3. Ternyata mereka mengajukan Bid Bond tersebut ke BSI dalam bentuk dollar USD, tetapi dari pihak Bank BSI mengonversikan ke Rupiah (Rp)
“Sehingga angka yang mereka applay ada pecahan sampai dengan koma di belakang nol, dan ada surat keterangannya dari Bank BSI. Itu duduk persoalannya. Tapi Tim Lelang tetap independen tanpa intervensi dari pihak manapun, termasuk dewan direksi,” jelasnya lagi.
Lalu, mengenai protes karena menilai telah menyalahi aturan tersebut, Edwar menilai itu semua punya hak menolak dan protes.
“Itu hak mereka, sejauh tim punya bukti dan kesepakatan bersama saat membuka penawaran dan tidak ada yang dilanggar. Saya rasa tidak masalah. Sekali lagi saya tidak dapat menyampaikan detailnya, itu di tim,” tegasnya. (*)
