Banda Aceh (Waspada Aceh) – Aroma rempah yang khas menyeruak dari halaman Masjid Al-Furqan, Gampong Beurawe, Kota Banda Aceh, setiap sore di bulan Ramadhan.
Dalam kuali besar, bubur berwarna kekuningan itu terus diaduk perlahan oleh dua pemuda dengan spatula kayu raksasa.
Mereka adalah generasi kelima yang meneruskan tradisi memasak kanji rumbi, kuliner khas Aceh yang telah menjadi bagian dari sejarah masjid ini sejak 1998. Tradisi ini bermula dari jamaah tabligh yang menginisiasi pembagian kanji rumbi gratis untuk masyarakat dan jamaah yang berbuka puasa.
“Pencetusnya adalah Ustaz Said Yusuf Assegaf sejak 1998. Hingga kini, tradisi ini tetap berjalan,” ujar Muhammad Al-Kausar, pengurus masjid, Minggu (9/3/2025).
Setiap hari selama Ramadhan, 500 porsi kanji rumbi disiapkan. Sebagian didistribusikan kepada warga sekitar, sementara sisanya dinikmati oleh jamaah yang berbuka di masjid.
Cita rasa khas yang dihasilkan dari racikan rempah-rempah pilihan menjadi alasan mengapa tradisi ini terus bertahan hingga lebih dari dua dekade.
“Alhamdulillah, Masjid Al-Furqan Beurawe menjadi yang paling lama bertahan dalam memasak kanji rumbi saat Ramadhan,” kata Al-Kausar.
Warisan yang Diteruskan
Di balik setiap kuali besar yang mengepul, ada lima orang petugas yang bekerja dengan tugas masing-masing. Ada yang bertanggung jawab meracik bumbu, memotong sayuran, hingga mengaduk bubur hingga matang sempurna.
Para pemuda yang terlibat hari ini meneruskan ilmu dari pendahulunya, menjaga agar tradisi ini tak hilang begitu saja.
“Kami belajar dari generasi sebelumnya, mulai dari cara memilih bahan, meracik bumbu, hingga teknik mengaduk agar bubur tidak gosong,” ujar salah satu pemuda yang bertugas.
Pembiayaan tradisi ini sepenuhnya berasal dari donasi masyarakat yang mulai dikumpulkan sejak sebelum Ramadhan. Setiap hari, sekitar Rp1,6 juta dibutuhkan untuk memasak dua kuali besar kanji rumbi.
Tak Hanya di Ramadhan
Keistimewaan tradisi ini tidak hanya berlangsung di bulan suci. Masjid Al-Furqan juga memasak kanji rumbi saat puasa enam hari di bulan Syawal, melanjutkan semangat berbagi kepada masyarakat.
“Kami berharap tradisi ini terus berlanjut. Semoga masyarakat tetap berpartisipasi dan berdonasi agar kita bisa terus berbagi,” harap Al-Kausar.
Kanji rumbi di Masjid Al-Furqan bukan sekadar sajian berbuka, tetapi juga simbol solidaritas dan kebersamaan yang telah melewati perjalanan panjang. Di setiap sendokannya, ada rasa syukur, kebersamaan, dan harapan agar tradisi ini terus lestari di masa depan. (*)