Sabtu, April 27, 2024
Google search engine
BerandaProfilInmemoriam Bustami Saleh, Jurnalis Konflik yang Andal dan Berani Mengungkap Fakta

Inmemoriam Bustami Saleh, Jurnalis Konflik yang Andal dan Berani Mengungkap Fakta

Seiring mendung yang menyelimuti langit, bagaikan mengisyaratkan kesedihan mendalam. Betapa tidak, kabar duka telah menusuk hati para wartawan (jurnalis) di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara, pada Selasa pagi (13/10/2020).

Sosok yang cukup dikenal kalangan wartawan dan pejabat di daerah itu, Bustami Saleh, telah menghembuskan nafas terakhirnya. Almarhum adalah wartawan Harian Waspada yang selama beberapa tahun pernah menjabat Kepala Biro Harian Waspada untuk Lhokseumawe dan Aceh Utara.

Di mata rekan-rekannya, Bustami adalah pria yang cukup baik dan rendah hati. Meski sering bersuara lantang dengan tatapan bola matanya yang tajam, tapi hatinya dikenal lembut. Ketika konflik bersenjata di Aceh berkecamuk hebat, Bustami adalah wartawan yang tetap berani melaksanakan tugas jurnalistiknya.

Dia berani meliput dalam situasi dan kondisi berbahaya, untuk menyampaikan laporan sesuai fakta di lapangan. Bahkan karena kejujurannya dalam menyampaikan fakta, beberapa kali dia “dicari” oleh pihak yang merasa tersudutkan akibat pemberitaannya. Begitu pun Bustami tidak gentar, karena dia percaya dengan kebenaran.

Suatu hari, dalam perjalanan jurnalistik bersama wartawan lain, termasuk salah seorang rekannya dari media asing, mobil yang ditumpangi Bustami dipaksa berhenti oleh aparat bersenjata. Aparat ketika itu mencari wartawan Harian Waspada, tak lain yang mereka cari adalah Bustami. Itu berkaitan dengan berita di Harian Waspada, sehari sebelumnya, yang ditulis Bustami.

Bustami Saleh

Saat aparat menanyakan keberadaan Bustami, rekan wartawan media asing itu dengan cepat langsung menjawab, tidak ada wartawan Harian Waspada di mobil mereka. Aparat yang menenteng senjata laras panjang itu pun percaya dan mempersilahkan rombongan wartawan meneruskan perjalanan.

“Untung saja aparat BKO itu tidak kenal dengan wajah Bustami, sehingga dia bisa lolos dari sweeping. Maklum ketika itu di masa konflik. Kami bersama Bustami akhirnya tiba di tujuan dengan selamat,” kata wartawan itu.

Lain lagi dengan pengalaman Maskur Abdullah, yang ketika itu bekerja untuk salah satu media Inggris. Pertama kali mengunjungi Bukit Tengkorak, yang kemudian dikenal sebagai lokasi kuburan massal korban pembantaian, hanya Bustami yang bersedia menemaninya mengunjungi lokasi “angker” tersebut.

“Hanya Bustami yang berani menemani saya mengunjungi lokasi pembantaian tersebut. Almarhum benar-benar wartawan yang andal dan berani. Dia juga punya jaringan yang kuat, baik di kalangan pejabat militer mau pun di kalangan GAM,” kenang Maskur Abdullah.

Begitu juga ketika Maskur Abdullah bersama seorang wartawan Jepang, mengunjungi salah satu markas GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di wilayah Pase. Bustami saat itu ikut serta melakukan liputan. Tidak heran pada masa itu Harian Waspada selalu mendapatkan laporan-laporan yang akurat dan faktual terkait konflik di Lhokseumawe dan Aceh Utara.

Bustami, tidak hanya dikenal karena kebaikannya, tapi juga karena kegigihannya. Dia tetap gigih dan berani mengambil resiko asalkan dapat menghimpun data dan fakta untuk laporannya.

Sekitar tahun 2000 an, Kantor Biro Perwakilan Waspada di Jalan Listrik Lhokseumawe sempat menjadi pos singgah atau tempat mangkal banyak wartawan. Baik wartawan dari media lokal, media nasional mau pun media internasional. Bustami ketika itu menjadi referensi bagi para jurnalis yang meliput berita perang di Aceh.

Seiring perjalanannya menjalankan tugas wartawan, Bustami banyak merekrut pemuda andal dan mahasiswa yang bertalenta wartawan di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Bahkan Bustami adalah pintu masuk bagi sejumlah orang muda yang ingin menjadi wartawan hebat.

Kepala Biro Waspada Kota Lhokseumawe, Maimun Asnawi, mengatakan dia dan sejumlah wartawan lainnya juga berutang jasa pada kebaikan Bustami. Almarhum semasa hidupnya telah menjadi guru yang mengajarkan teknik meliput dan menulis berita.

Terlalu banyak kebaikan yang ditinggalkan almarhum Bustami Saleh untuk Harian Waspada, dunia wartawan dan masyarakat Aceh. “Atas jasa dan amal kebaikannya, semoga almarhum diterima di sisi NYA,” ucap Maimun.

Namun sayangnya, Bustami yang begitu peduli kepada orang lain, justeru sering mengabaikan dirinya sendiri, yakni kondisi kesehatannya. Bustami selalu lebih mengutamakan tugasnya. Termasuk ketika dia kemudian menjadi seorang birokrat, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Inspektorat di Lhokseumawe.

Belakangan dia menderita sakit asam urat dan kolesterol, yang kemudian memicunya jatuh stroke. Kondisi kesehatannya yang kian memburuk telah menghentikan gerakan Bustami dan membuatnya harus meninggalkan tugas jurnalistik.

Bustami pun sejak beberapa tahun terakhir ini harus berjuang untuk kesehatannya dan terus-menerus dalam pengobatan medis. Hingga tiba pukul 10.00 WIB, Selasa (13/10/2020), Bustami menghembuskan nafas terakhirnya. Dia meninggal di kediamannya Desa Meunasah Kumbang Keude Peuntet Kec. Blang Mangat Kota Lhokseumawe.

Semoga Allah SWT menempatkan Bustami bersama orang-orang yang beriman dan bertaqwa, amin! (Zainuddin Abdullah)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER