Selasa, Mei 21, 2024
Google search engine
BerandaSumutImbas Corona, Harga Kedelai di Medan "Meroket"

Imbas Corona, Harga Kedelai di Medan “Meroket”

Medan — Ekses virus Corona atau COVID-19 yang terus menyebar di Indonesia, khsusnya di Sumatera Utara, memberikan dampak pada harga kedelai di pasaran.

Harga bahan baku untuk produk tempe dan tahu ini, di Medan dan Deliserdang, Sumatera Utara, dalam beberapa pekan terakhir terus “meroket.” Harganya naik hingga mencapai sekitar 50 persen.

“Kedelai sekarang Rp9.000 per Kg. Naik hampir dua kali lipat. Itu kedelai impor. Kalau gak salah kedelai dari Amerika katanya saya dengar,” kata seorang pengusaha tahu di Medan, Suyatno, Sabtu malam (28/3/2020).

Suyatno yang akrab disapa Leksu ini, biasanya per-harinya membutuhkan sekitar 200 Kg kacang kedelai untuk usaha industri rumahan (home industry) dengan produksi tahu. Usaha pabrik tahu rumahan miliknya yang berlokasi di Jalan Kapten Rahmad Buddin Marelan Pasar V, Kota Medan ini, terpaksa harus mengurangi ukuran tahunya agar tidak merugi. Suyatno biasanya menjual tahu ke pedagang eceran di Pasar Simpang Kantor dan Pasar Belawan.

Berita Lainnya: Besok! Pabrik Tempe Soya Tutup, 50 Karyawan Dirumahkan

“Sejak merebaknya Corona, penjualan setiap hari tidak habis. Bahkan sering tinggal setengah. Pajak sekarang sepi. Orang pada takut keluar dan belanja, takut tertular virus,” ujarnya.

Leksu mengeluhkan harga kedelai yang tinggi, sementara omset penjualannya juga menurun, sehingga dia harus mengurangi produksi. Apalagi dia juga harus mengeluarkan biaya membeli kayu bakar untuk memasak tahu.

Hal serupa juga disampaikan Mismanto. Pengusaha tahu di Marelan Pasar 4 ini juga mengeluh. Misman bahkan menuturkan, omset penjualan belakangan ini turun, tapi dia harus tetap produksi seperti biasa, karena biji kedelai yang sudah dibeli tidak bisa bertahan lama.

“Kedelai mahal. Omset turun kali. Kita punya karyawan, jadi harus tetap produksi tiap hari. Kedelai lokal sebenarnya murah, tapi tidak bisa buat tahu. Kedelai lokal itu cocok untuk buat kecap dan tempe,” ungkapnya.

Sementara itu seorang pengusaha tempe dengan branding (merk) Wan Tempe di Marendal Deli Serdang, Irwan, mengaku harga kedelai saat ini melonjak Rp8.500/Kg dari sebelumnya Rp6.300/Kg. Harga kedelai itu bahkan untuk produk kedelai kelas 2 merek Bola Dunia.

“Sekarang Rp8.500 per kg, itu harga untuk pengambilan banyak. Sekarang stok hanya tinggal untuk beberapa hari ke depan,” ujarnya.

Pengusaha Wan Tempe yang merupakan seorang mahasiswa dan memperkerjakan 12 karyawan ini, mengaku bingung, sampai kapan kondisi seperti sekarang terus terjadi. Dia berharap pemerintah mencari solusinya sehingga para pengusaha tempe dan tahu di Sumatera Utara tetap bisa bertahan.

“Banyak pelaku usaha mikro di sini. Harga kedelai ini harusnya menjadi perhatian pemerintah. Harganya terus meroket. Padahal dengan kondisi ekonomi sekarang, tahu dan tempe menjadi bahan lauk alternatif yang bergizi bagi masyarakat,” lanjut Irwan.

Kondisi saat ini, ketika virus Corona sedang mewabah, banyak orang yang tidak mampu beli lauk, maka beralih ke tahu dan tempe. Karena ekonomi sedang sulit,” tegasnya.

Ketua Forum Daerah Usaha Kecil dan Menengah (Forda UKM) Sumatera Utara, Sri Wahyuni Nukman, memperkirakan ada ratusan pengusaha tempe dan tahu di Medan dan Deliserdang yang akan terkena imbas dari meroketnya harga kedelai.

Dia mengatakan, bila tidak cepat ditangani oleh pemerintah, maka akan banyak pengusaha tempe dan tahu yang kolaps (bangkrut). Kalau hal itu terjadi, lanjutnya, maka akan bertambah banyak jumlah pengangguran dalam situasi sulit seperti sekarang ini.

“Jadi pemerintah harus segera menstabilkan harga kedelai, karena ini menjadi bahan baku lauk alternaitif. Apalagi dalam kondisi sekarang, dimana seharusnya pemerintah memberikan proteksi atau bahkan memberi subsidi terhadap para pelaku usaha yang umumnya masih skala UMKM ini,” tegas Yuni, panggilan akrab Sri Wahyuni Nukman.(sulaiman achmad)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER