Selasa, April 16, 2024
Google search engine
BerandaPariwaraHardiknas 2021: Ketika Guru Ujung Tombak Peningkatan Kualitas Pendidikan di Aceh

Hardiknas 2021: Ketika Guru Ujung Tombak Peningkatan Kualitas Pendidikan di Aceh

“Saat ini guru kita sudah banyak berbuat, namun hasilnya masih belum mengembirakan. Guru harus tetap belajar sebelum dia mengajar. Guru harus memiliki motivasi sebelum memberikan motivasi kepada siswanya”

— Gubernur Aceh Nova Iriansyah —

“Aceh Carong tetap menjadi misi kita dan kita fokus. saat ini, kondisi pendidikan kita sudah semakin baik, dan hal itu dapat dilihat dari dua variabel pendidikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM),” kata Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, secara tertulis menjawab pertanyaan Waspadaaceh.com terkait Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2021.

IPM yang dimaksud, kata Gubernur Nova, yaitu angka rata-rata lama bersekolah (9,18: 2019 naik ke 9,33: 2020) dan Harapan Lama Bersekolah (14,30 : 2019 naik ke 14,31 : 2020). Kedua angka tersebut yang selama ini mendongkrak angka IPM Aceh sehingga berada di peringkat 11 (sumber: BPS), katanya.

Begitu juga dengan tingkat kelulusan siswa Aceh di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), lanjut Nova, dari jumlah peserta yang mendaftar sebanyak 15.290 berhasil lulus sebanyak 5.626 atau 37,80%.

“Sehingga kita bisa berada di posisi lima untuk jumlah siswa yang lulus di Perguruan Tinggi Negeri tahun 2021 (data dari Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi/LTMPT). Namun demikian, kita masih mengejar beberapa program unggulan lainnya terutama yang berfokus pada peningkatan mutu dan kualitas guru serta ketersediaan saran pendukung yang layak dan memadai.” tegas Gubernur Nova.

Nova menyebutkan, untuk saat ini Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan focus pada tiga target keberhasilan utama. Untuk jenjang SMA mengukur tingkat keberhasilan dengan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi. Untuk jenjang SMK mengukur dari jumlah lulusan yang diterima di dunia kerja, yakni industri atau berwiraswasta. Sedangkan untuk Sekolah Luar Biasa (SLB), mengukur dengan tingkat kemandirian lulusan, lanjutnya.

Guru Unjung Tombak Peningkatan Kualitas

Menurut Gubernur Aceh, dunia pendidikan harus menyesuaikan proses belajar mengajar dengan kebiasaan baru di masa pedemik COVID-19. Memaksimalkan pembelajaran secara virtual, mengoptimalkan pustaka digital, pelatihan secara daring dengan tetap berpedoman pada standar mutu yang telah ditetapkan.

Gubernur Aceh, Ir.H.Nova Iriansyah, MT, didampingi Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs.H.Alhudri, MM, ketika meninjau salah satu SMA untuk melihat proses belajar mengajar di masa pandemi COVID-19. (Foto/Ist)

“Selain itu kita mengajak semua organisasi guru seperti PGRI, IGI, JSDI, dan Kobar GB untuk saling bahu membahu meningkatkan kemapuan guru dalam penguasaan Teknologi Informasi (TI) untuk mendukung pembelajaran dalam masa COVID-19,” ujar Nova.

Guru adalah komponen yang berhubungan langsung dengan siswa melalui proses PBM (proses belajar mengajar), sehingga guru menjadi ujung tombak peningkatan mutu pendidikan Aceh, kata gubernur.

“Saat ini guru kita sudah banyak berbuat, namun hasilnya masih belum mengembirakan. Guru harus tetap belajar sebelum dia mengajar. Guru harus memiliki motivasi sebelum memberikan motivasi kepada siswa. Guru menjadi panutan bagi siswa dan lingkungan sekolah. Insyallah dengan demikian pendidikan kita akan lebih baik lagi,” pesan Gubernur Aceh.

Perlu Dukungan Kementerian

Terkait dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nova Iriansyah menyebutkan, ada beberapa bentuk dukungan yang dibutuhkan untuk peningkatan kualitas pendidikan di Aceh.

Dukungan itu antara lain, kata Nova, terutama bagi kepala sekolah untuk dapat memperoleh sertifikat CAKEP (Calon Kepala Sekolah) melalui LP2KS (Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah) Solo.Dukungan Program Profesi Guru (PPG) bagi guru yang belum memiliki Sertifikat Pendidik.

Berikutnya, kata gubernur, dukungan Program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak yang terdistribusi merata di semua daerah. Dukungan DAK Fisik dan Non Fisik dengan memperhatikan kebutuhan real sekolah. Dukungan untuk penyedian guru produktif melalui P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) serta dukungan sekolah-sekolah boarding yang bermutu di semua kabupaten/kota.

Pandemi COVID-19 dan Proses Belajar Mengajar

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Alhudri, mengatakan kepada Waspadaaceh.com, kendala umum yang juga dihadapi oleh semua daerah adalah wabah COVID-19.

Kata Alhudri, proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka menjadi sangat terbatas, kemudian diperparah dengan kondisi dan kemampuan guru di wilayah pedalaman yang masih sangat kurang kemampuannya dalam penguasaan teknologi.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs.H.Alhudri, MM. (Foto/Ist)

“Selain itu kita juga mengalami kendala di mana banyak kepala sekolah yang memiliki sertifikat calon kepala sekolah sudah memasuki masa pensiun. Pengawas sekolah yang sangat terbatas terutama pengawas SMK dan SLB. Serta kesadaran lingkungan sekolah terutama komite sekolah dalam mendukung sekolah masih terlihat belum optimal,” kata Alhudri yang baru awal tahun ini (2021) menduduki jabatan Kadis Pendidikan Aceh ini.

Begitu pun, Kata Alhudri, pendidikan Aceh sudah menuju arah yang lebih baik, bila lihat dari naiknya angka rata-rata lama bersekolah, angka harapan lama bersekolah, jumlah lulusan yang lolos masuk ke perguruan tinggi negeri dan beberapa indikator lainya seperti APK (Angka Partisipasi Kasar) dan APM (Angka Partisipasi Murni).

Menurut mantan Kadis Sosial Aceh ini, APK dan APM sudah di atas rata-rata nasional. Namun pada jenjang SMK, capaiannya masih belum menggembirakan.

“Banyak lulusan SMK masih belum mampu mandiri dan bersaing di lingkungan kerja global,” lanjut Alhudri. (Adv)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER