Banda Aceh (Waspada Aceh) – Tokoh Partai Golkar dari pusat, Andi HS, menekankan pentingnya peran aktif partai Golkar dalam mendukung pemerintahan daerah dan mendorong pembangunan di Aceh.
Hal ini disampaikannya dalam diskusi publik bertajuk “Proyeksi Golkar Aceh Pasca Pilkada” yang digelar di Gedung AMPI, Simpang Lima, Banda Aceh, Senin (5/5/2025).
Dalam diskusi yang dihadiri akademisi, masyarakat umum, serta mahasiswa tersebut, Andi mengungkapkan bahwa Golkar tidak boleh hanya menjadi penonton dalam proses pembangunan daerah.
“Saya ingin Golkar punya kontribusi yang positif untuk membantu pemerintah daerah yang sudah terpilih, supaya janji-janji kampanye itu bisa terpenuhi,” ujarnya.
Ia menambahkan, meski pandangan dan cara dalam berpolitik bisa berbeda, yang terpenting adalah tujuan yang sama yaitu membangun Aceh.
“Soal caranya atau cara pandang yang berbeda itu biasa. Ibaratnya orang mau ke Aceh Selatan bisa lewat Medan, bisa lewat Meulaboh. Jalannya boleh berbeda, yang penting tujuannya sama,” tambahnya.
Andi juga menegaskan tiga peran penting yang harus dijalankan Partai Golkar di Aceh ke depan. Pertama, menjadi trendsetter dalam mewarnai kebijakan publik yang proaktif terhadap pembangunan daerah. Kedua, membangun kualitas demokrasi yang sehat dari dalam tubuh organisasi sendiri. Ketiga, memberikan contoh dalam menciptakan iklim pemerintahan yang terbuka, transparan, dan akuntabel.
“Kalau partainya sendiri tidak membangun kultur demokrasi, bagaimana bisa menciptakan demokrasi yang sehat?” katanya.
Sementara itu, Dosen Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (USK), Nofriadi, turut mengkritisi strategi politik Golkar pada Pilkada sebelumnya. Ia mempertanyakan mengapa Golkar yang memiliki sembilan kursi di DPR Aceh tidak memajukan kadernya sendiri sebagai calon gubernur, dan justru mendukung tokoh dari luar partai.
“Artinya tidak ada keberanian. Harusnya dengan modal sembilan kursi, Golkar percaya diri mengusung kadernya sendiri,” tegas Nofriadi.
Menurutnya, jika hal ini terus berlanjut, Golkar akan sulit menunjukkan eksistensi dan kekuatan politik yang sesungguhnya.
“Ke depan, Golkar harus berani. Kalau tidak, ya akan seperti ini terus,” tutupnya. (*)