Banda Aceh (Waspada Aceh) – Flower Aceh menggandeng stakeholder dalam menyusun perencanaan dan program ke depan.
Ketua Dewan Pengurus Flower Aceh, Khairani Arifin menyebutkan, keterlibatan berbagai kalangan sangat diperlukan dalam memberikan masukan terkait program unggulan selanjutnya.
Kata Khairani, kegiatan konsultasi multipihak ini dilakukan sebelum Flower Aceh melaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) di tahun 2022 yang juga akan digelar pada hari bersamaan. Hal ini bertujuan agar program yang dimasukkan saat Mubes nantinya tepat sasaran dan sesuai harapan publik.
“Selama ini, ketika Flower Aceh membuat perencanaan ataupun program itu dalam internal. Kemudian hari ini kita akan mendengar pendapat semua orang terkait apa yang harus dilakukan, permasalahan yang dihadapi dan apa kelemahan serta apa yang harus dilakukan untuk memperkuat akar rumput,” ucap Khairani saat membuka kegiatan konsultasi multipihak yang diselenggarakan di Hotel Ayani Banda Aceh, Sabtu (20/8/2022).
Dia menilai, perencanaan yang selama ini hanya melibatkan pihak internal kurang efektif tanpa mendengar masukan dari pihak lain. Maka dari itu, pihaknya mengundang kurang lebih 40 peserta yang berasal dari unsur pemerintah, legislatif, CSO/LSM, para tokoh adat, agama serta tokoh perempuan akar rumput.
Selain itu, juga mengikutsertakan kelompok muda, perguruan tinggi, media dan berbagai pihak lainnya. Dia berharap peserta yang hadir dalam kegiatan konsultasi multipihak ini dapat memberikan masukan yang akan dipertimbangan saat menyusun perencanaan dalam Mubes nantinya.
Sementara itu, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Nora Idah Nita, yang juga hadir dalam konsultasi multipihak ini, mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan yang dilakukan oleh Flower Aceh.
“Flower Aceh mengambil langkah yang tepat dengan mengikutsertakan berbagai pihak sebelum menyusun perencanaan. Tema yang diambil juga cukup menarik yaitu ‘Kontribusi Gerakan Perempuan Akar Rumput dalan Memperkuat Perdamaian dan Pembangunan Berkelanjutan di Aceh,” ucapnya.
Selain isu tersebut, dia juga menegaskan kepada Flower Aceh sebagai organisasi perempuan tertua untuk fokus terhadap isu pelecehan dan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak. Apalagi kata anggota Komisi I yang membawahi Bidang Hukum dan Politik ini angka kekerasan anak dan perempuan di Aceh cukup tinggi.
“Ini sangat memprihatinkan, oleh karenanya saya berharap kepada semua stakeholder termasuk Flower Aceh memperjuangkan upaya pencegahan terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual. Tentunya DP3A juga harus pro aktif dalam hal ini,” harap Fraksi Partai Demokrat ini. (Kia Rukiah)