Aceh Besar (Waspada Aceh) – Ketua Perkumpulan Pemberantasan Tuberkolosis Indonesia (PPTI) Aceh, Dyah Erti Idawati, meminta masyarakat mewaspadai gejala-gejala penyakit TBC atau Tuberkolosis (TB) atau TBC.
“Penularannya (Tuberkolosis) sangat cepat dan sangat gampang menular,” kata Dyah pada kegiatan bakti sosial memperingati Hari TBC Sedunia di Gampong Meunasah Kulam Kecamatan Krueng Raya, Sabtu (23/3/2019).
Penyakit infeksi itu, kata Dyah, adalah penyakit menular yang menyerang organ tubuh, terutama paru-paru. Apabila tak ditangani dengan pengobatan yang tuntas, TBC akan menimbulkan komplikasi berbahaya hingga menyebabkan kematian.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, di Indonesia ada 4,8 juta penderita penyakit ini. Aceh termasuk daerah penyumbang pasien terbanyak. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Aceh pada tahun lalu, jumlah penderita penyakit paru terutama TBC sebanyak 7.253 orang. Kasus terbanyak ditemukan berada di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 1.257 kasus.
Kepada puluhan warga Krueng Raya, Dyah memaparkan ada beberapa hal yang harus diwaspadai masyarakat agar terhindar dari TBC. Yaitu batuk selama dua minggu yang disertai demam tinggi dan berat badan menurun. Apabila sudah terpapar, masyarakat dihimbau untuk segera memeriksa kesehatannya ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Penyakit TBC, ujar Dyah, adalah penyakit yang bisa diobati hingga penderitanya sembuh total. “Asalkan tertib mengonsumsi obat selama 6 bulan,” kata istri Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah ini.
Konsumsi obat bukan sebatas untuk mengobati namun juga untuk menghindari penularan TBC ke orang lain, ujar Dyah.
Bagi orang tua yang terkena TBC, sebisa mungkin untuk mengurangi intensitas bermain bersama anak usia dini. Usia dini dengan ketahanan tubuh masih lemah membuat anak lebih rentan tertular.
Untuk memeriksa dan pendeteksian secara dini penyakit TBC, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia melakukan pemeriksaan dan layanan gratis bagi masyarakat Krueng Raya. Sedikitnya 21 dokter terdiri dari dokter spesialis paru dan peserta didik spesialis paru melakukan kegiatan bakti sosial.
Zulfikar dari panitia kegiatan, mengatakan akses masyarakat Krueng Raya yang sedikit jauh dari Rumah Sakit Zainoel Abidin, membuat daerah tersebut dipilih sebagai kawasan bakti sosial.
Persoalan paru dan pernapasan termasuk penyakit yang menyebabkan kematian paling tinggi di dunia. Diperkirakan, pada tahun 2030, penyakit ini akan menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia.
Meski demikian, para dokter paru optimistis, jumlah penderita penyakit itu dapat dikurangi. Mereka bahkan menargetkan angka penderita paru akan berkurang hingga mencapai 0 persen pada 2035. (Ria)