Tanjungmorawa — Ceo PT Trans Continen, Ismail Rasyid, optimis kawasan industri Kia Ladong di Aceh Besar memberi prospek cerah dalam meningkatkan perekonomian Aceh.
“Saya optimis, apalagi potensi yang dimiliki Aceh luar biasa besar,” kata Ismail. Rasyid kepada para wartawan di markas PT Trans Continent di Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara, Minggu (2/2/2020).
Sejumlah wartawan Aceh, antara lain Waspada, Serambi Indonesia, Rakyat Aceh, Antara, Aceh Trend dan TVRI diundang khusus oleh CEO PT Trans Continent.
Hampir lima jam pihak perusahaan itu menyampaikan paparan dan diskusi tentang bidang perusahaan yang digeluti. Antara lain pengangkutan logistik, pertambangan hingga bahan berbahaya atau bahan peledak, seperti sianida, radio aktif atau nuklir.
Perusahaan yang dirintis sejak 2005 di Balikpapan, Kalimantan, ini sekarang sudah memiliki 19 cabang di Tanah Air dan dua cabang di luar negeri, yakni di Australia dan Philipina. Juga memiliki hampir 400 karyawan. Ada 450 unit dump truck ukuran besar, sedang dan kecil.
Kembali soal KIA Ladong, lanjut Ismail Rasyid, harus mendapat dukungan semua pihak, selain dukungan serius dari pemerintah. Antara lain menyiapkan insfrastruktur dasar, seperti jalan, penyediaan listrik yang memadai dan fasilias pendukung lain, termasuk air bersih.
Diakuinya, kondisi Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong masih minim insfrastruktur. Namun, kata Ismail, ada kawasan di daerah lain yang awalnya lebih parah insfrastrukturnya seperti kawasan ekonomi khusus (KEK) Bitung, Manado, Sulawesi Utara dan KEK Banyuwangi, Malang, Jawa Timur.
“Di Manado kita berjibaku selama empat tahun dan sekarang hasilnya luar biasa dan Trans Continent sudah mapan atau settle di sana. Lalu di Kawasan Ekonomi Banyuwangi, setelah setahun berjibaku hasilnya sudah mulai nampak dan kehadiran KEK di sana sudah memberi kontribusi untuk daerah,” lanjutnya.
Dalam kaitan itu, Trans Contitent akan terus menginves di KIA Ladong. Selain alat grane dan forklift yang sudah dua bulan di lokasi KIA Ladong, Maret bulan depan, akan dipasok alat berat lainnya.
“Resiko pasti ada, tapi kita anggap resiko sebagai tantangan untuk menjadi peluang meningkatkan perekonomian daerah,“ ujar pengusaha kelahiran 1968 di Matang Kuli, Aceh Utara itu.
Ismail Rasyid sore kemarin banyak memberi gambaran dan liku-liku serta aturan dalam dunia ekspor impor. Lalu soal pelabuhan bebas dan KLB atau kawasan logistik berikat, seperti halnya KIA Ladong, di situlah bisnis Trans Continent bersentuhan.
Pengusaha ini menguasai soal perpajakan dan bea masuk barang-barang atau logistik, yang diperolehnya saat meniti karir di perusahaan milik warga Prancis di Batam. Alumni Fakultas Ekonomi 1995 ini juga paham betul liku-liku bisnis perusahaan transporter logistik ini, yang meraih sukses karena mengutamakan trust atau kepercayaan. Dengan trust ini perusahaan di dunia percaya.
Kalau sudah begitu, tuturnya, kadang kala kapital atau modal sudah tidak menjadi persyaratan pokok kalau sudah mendapat kebercayaan dari luar.
“Selain trust tagline perusahan kita junjung tinggi komitmen dan selalu fokus hingga perusahaan menjadi besar seperti sekarang ini,” ungkapnya. “Integritas dan jejaring juga tidak kalah urgent dalam mendukung sukses yang diraih perusahan ini.”
Wartawan dalam kunjungan di PT Trans Continent juga diajak melihat setiap kamar kerja di kantor yang dibangun memanfaatkan kontainer bekas yang disulap seperti ruangan di hotel bintang 4.
Luas areal kantor di Tanjungmorawa ini 1,5 hektare. Pantauan Waspadaaceh.com, sejumlah alat berat yang harganya di atas satu miliar per unit, berjejer di halaman kantor. Termasuk puluhan interkuler ukuran besar bertuliskan Trans Continent. (aldin nl)