Seiring perkembangan zaman dan teknologi, banyak permainan atau hiburan tradisional rakyat Aceh yang terlupakan. Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII kali ini tak hanya menampilkan ragam adat, sejarah dan budaya tetapi juga menghadirkan sejumlah permainan tradisional masyarakat Aceh masa lalu.
Catur Aceh salah satunya. Permaian rakyat yang kerap dimainkan oleh orang tua zaman dulu. Catur Aceh ikut menarik perhatian warga di pagelaran Aceh Story Expo yang berlangsung di Museum Aceh, Selasa (7/8/2018).
Catur Aceh merupakan salah satu permainan tradisional Rakyat yang diperkenalkan kembali dalam PKA VII. Permainan ini dulunya kerap dimainkan di bale-bale, tempat pengajian, mushalla dan pos ronda di saat /Ist)istirahat sembari menunggu waktu shalat tiba.
Catur Aceh dimainkan di atas papan ukuran kecil dengan jumlah anak catur bervariasi mulai dari 28, 81, dan 100. Sementara bahan yang dijadikan sebagai anak catur adalah dari batu. Untuk ukuran besar diberi nama rimung (harimau), dan pionnya atau batu kecil adalah kambing.
Koordinator Permainan Rakyat, Suhirman, menjelaskan, catur Aceh berbeda dengan catur yang dimainkan pada umumnya. Hanya di atas papan kecil yang telah diukir seperti bentuk catur, kemudian dimainkan dengan cara melompat atau melewati lawan tetapi dengan hitungan ganjil.
“Bermain catur Aceh ini kita membunuh pemain lawan dengan sistem ganjil, yaitu melompati 3 pemain lawan bahkan sampai lima. Setelah melompat baru kita bisa membunuh pemain lawan. Apabila harimau itu sudah terkurung tidak bisa bergerak lagi karena dihambat oleh kambing maka pemilik kambing yang menang. Tetapi kalau kambing habis dan harimau masih leluasa bergerak berarti pemilik harimau pemenangnya,” tutur Suhirman.
Kata Suhirman, perlombaan catur Aceh ini pesertanya diikuti dari 16 kabupaten/kota yang telah mendafatar. Masing-masing daerah mengirimkan dua orang peserta. Selain catur Aceh, permainan rakyat pada PKA VII ini juga menghadirkan permainan geunteut, gasing, geulayang, dan lomba perahu.
“Prinsipnya pada PKA kali ini, kita ingin membudayakan kembali permainan tradisional yang dulunya kerap dimainkan oleh orang tua kita. Yang namanya tradisional itu harus tetap dilestarikan. Apalagi permainan ini di mana saja bisa dimainkan,” kata Suhirman.
“Tujuan utama ingin membudayakan dan mengangkat kembali permainan tradisional yang sudah terlupakan,” tambahnya. (*)