Sabtu, Februari 15, 2025
spot_img
BerandaEkonomiBea Cukai: Infrastruktur Pelabuhan Lemah Hambat Pertumbuhan Bisnis di Aceh

Bea Cukai: Infrastruktur Pelabuhan Lemah Hambat Pertumbuhan Bisnis di Aceh

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh mendesak pemerintah daerah untuk segera memperbaiki dan membangun infrastruktur penunjang yang memadai.

Langkah ini dianggap penting untuk meningkatkan aktivitas bisnis dan menarik investasi ke Provinsi Aceh.

Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh, Safuadi, menekankan bahwa saat ini, infrastruktur yang ada di Aceh belum mendukung secara maksimal kegiatan bisnis yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurutnya, perbaikan infrastruktur ini penting agar Aceh dapat bersaing dengan provinsi lain dan menarik lebih banyak investasi.

Safuadi memberikan contoh mengenai Pelabuhan Malahayati di Aceh Besar. Pelabuhan yang memiliki kedalaman hanya 6-8 meter ini, menurutnya, terbatas untuk disandari kapal dengan kapasitas muatan 30 ribu ton. Padahal, kapal kargo modern saat ini rata-rata memiliki kapasitas 50 ribu ton ke atas.

“Kapal-kapal besar yang ingin merapat tidak bisa. Pelabuhan ini seharusnya memiliki kedalaman hingga 14 meter agar kapal bisnis kapasitas besar bisa masuk. Jika ini tidak segera dibenahi, aktivitas bisnis di Aceh akan terhambat,” ujar Safuadi dalam siaran pers yang diterima waspadaaceh.com, Jumat (24/1/2025).

Selain masalah pelabuhan, Safuadi juga menyoroti kondisi bandara yang ada di Aceh, terutama Bandara Syekh Hamzah Fansyuri dan Bandara Lasikin di Simeulue. Kedua bandara ini, kata Safuadi, masih memiliki landasan yang terlalu pendek untuk menampung pesawat kargo besar.

Bandara Syekh Hamzah Fansyuri hanya memiliki panjang landasan 1.400 meter, sedangkan Bandara Lasikin hanya 1.710 meter. Idealnya, panjang landasan tersebut perlu diperpanjang menjadi 2.500 meter untuk mendukung penerbangan kargo.

Menurut Safuadi, jika fasilitas ini tidak diperbaiki, hasil laut Aceh yang bernilai ekspor tinggi, seperti lobster, akan kesulitan untuk langsung terbang ke pasar internasional.

Safuadi juga menekankan pentingnya peran bandara untuk tidak hanya fokus pada pergerakan orang, tetapi juga pada pergerakan barang.

Ia menyebutkan bahwa ada lima faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi di daerah, yakni pergerakan barang, uang, dokumen, orang, dan pasar. Semua elemen ini harus bisa berfungsi secara terintegrasi agar kegiatan ekonomi dapat berkembang.

“Jika kelima faktor ini bisa terhubung dan berfungsi dengan baik, ekonomi Aceh akan bisa tumbuh dan berkembang,” jelasnya.

“Sinergi antara ketiga pihak ini sangat penting. Jika ketiga elemen ini terhubung dan bekerja sama, maka Aceh akan mampu bangkit dan mengoptimalkan potensi ekonomi yang dimilikinya,” pungkas Safuadi. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER