Tolong menolong atau ta’awun dalam setiap kebaikan dan takwa adalah sebuah anjuran dan kunci utama tegaknya ajaran agama di dalam Islam. Islam sangat memperhatikan masalah tolong menolong.
Allah Subhanahu Wata’ala dalam Alquran memerintahkan kita untuk saling berta’awun (bekerja sama) di dalam kebajikan dan ketakwaan, dan melarang dari saling berta’awun di dalam perbuatan dosa dan permusuhan sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al-Maidah ayat 2 yang disertai ancaman adanya siksaan Allah yang sangat berat jika kita tidak mematuhinya.
Ta’awun di dalam kebajikan dan ketakwaan merupakan kalimat yang mencakup seluruh kebajikan, yang akan membawa kebaikan bagi masyarakat muslim dan keselamatan dari keburukan serta sadarnya individu akan peran tanggung jawab yang diemban di atas bahunya. Sebab, ta’awun di dalam kehidupan umat merupakan manifestasi dari kepribadiannya dan merupakan pondasi di dalam membina perabadan umat.
Demikian antara lain disampaikan Ustaz H Aslam Nur yang juga Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Aceh saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Banda Aceh, Rabu (16/01/2019) malam.
BACA: Pemko Banda Aceh Gelar Tausiah dan Zikir di Setiap Kecamatan
“Adanya persatuan yang menjadi sumber kekuatan umat Islam itu adalah dengan saling berta’awun atau tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, dan jangan pernah umat ini tolong menolong dalam kejahatan, dosa dan permusuhan karena ini akan menyebabkan kita lemah dan membawa kehancuran hidup di dunia, lebih-lebih kehidupan di akhirat kelak,” ujar Ustaz Aslam Nur.
Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Ar-Raniry ini mengungkapkan kunci utama terwujudnya ta’awun ini adalah dengan persaudaraan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah di Madinah ketika mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar.
“Dengan persaudaraan, akan saling tolong menolong, baru kemudian dibangun bangunan Islam. Dalam proses tolong menolong ini, tidak selalu terkait materi, tapi juga bersifat non materi seperti memberi semangat?, saling menasihati dan saling mendoakan untuk saudaranya. Sebab, kata Rasul, doa seseorang untuk saudaranya ketika saudaranya tidak tahu, itu mustajabah, dan akan dikabulkan Allah. Ini bentuk ta’awun yang sering dilupakan?,” ungkapnya.
Disebutkannya, persaudaraan yang melahirkan persahabatan dalam Islam itu bukan karena ada kepentingan politik, ekonomi, bisnis, pekerjaan dan bentuk materi dalam kesenangan hidup dunia lainnya. Tapi persahabatan di dunia untuk kepentingan akhirat, cinta yang dibangun karena Allah ata Tahabba Fillah.
Jangan terjebak hanya pada materi, tapi non materi itu lebih penting?. Dua orang yang saling bertemu dan berpisah dan saling tolong menolong karena Allah semata, akan mendapat naungan dari-Nya di Hari Kiamat kelak? ketika saat itu tidak ada naungan selain dari naungan dan pertolongan Allah,” ungkap Ustaz Aslam Nur yang juga Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry ini.
Disebutkannya, jika umat Islam sering terjebak pada ta’awun dalam hal materi semata dan karena kepentingan dunia lainnya, ini juga yang akan menjadi penyebab hancurnya suatu negeri.
“Jangan terjebak ta’awun materi? semata. Kita juga harus bantu orang yang mendhalimi dan didhalimi. Bantu orang dhalim, ingatkannya agar tidak melakukan kedhaliman lagi?. Rusak negeri, kalau soal materi saja yang kita pikir, tidak peduli dan membantu dalam aspek non materi?. Soallah penguasa yang salah itu tidak salah, kita semua biarkan dia berbuat dhalim, dan tidak mau cegah. Tidak berani tegur seseorang yang terjebak dalam kemaksiatan dan kesalahan,” tegasnya.
Ia juga menyebutkan, diantara bentuk manifestasi ta’awun dalam kebajikan dan ketakwaan adalah menghilangkan kesusahan kaum muslimin, menutup aib mereka, mempermudah urusan mereka, menolong mereka dari orang yang berbuat aniaya, mengajari orang yang bodoh dari mereka, mengingatkan orang yang lalai diantara mereka, mengarahkan orang yang tersesat di kalangan mereka, menghibur atas duka cita mereka, membantu atas musibah yang yang menimpa mereka, menyokong jihad dan dakwah mereka, menyertai mereka di dalam shalat berjamaah, mengunjungi orang yang sakit, memenuhi undangan, mengantarkan jenazah, mendo’akan orang yang bersin dan menolong mereka dalam segala hal yang baik.
Kerja sama dan saling menolong ini tidak akan terealisasi, jika masing-masing elemen terkena penyakit hati, seperti hasad (dengki), benci dan dendam, amarah dan saling buang muka. Semua itu akan menyebabkan perpecahan serta menjadi penghalang dari terjalinnya ta’awun.
“Untuk itu, kita perlu segera memperbaiki hubungan sesama muslim yang sangat mendukung terlaksananya ta’awun. Dengan hubungan yang baik, akan mencegah permusuhan dan menyambung tali ta’awun dan ukhuwah. Dengan anjuran agar saling mempererat hubungan dan tolong-menolong serta menjauhi perpecahan umat, maka persatuan sangat mungkin diraih. Kita sadar, bahwa di antara tipu daya orang-orang kafir dan munafik adalah dengan mencerai beraikan persatuan dan melemahkan semangat ta’awun,” pungkasnya. ***
Sumber: Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam [KWPSI]