Bustami lebih memilih sering mengunjungi daerah-daerah di provinsinya, ketimbang mondar-mandir ke Jakarta.
Beda tokoh beda gaya kepemimpinannya. Memang selayaknya di era supremasi sipil sekarang ini, gaya kepemimpinan harus pula lebih akomodatif. Pemimpin harus selalu mendengar aspirasi dari berbagai kalangan, terkhusus dari rakyatnya, lembaga vertical, akademisi dan dari para ulama.
Agaknya gaya itu yang sekarang ditunjukkan oleh Bustami Hamzah, tak lama setelah dia dilantik sebagai Pj (Penjabat) Gubernur Aceh. Hubungan dengan legislatif mencair, dan pembahasan anggaran pun berjalan lancar. Semua berjalan langgeng.
Sikap ini jauh berbeda dengan pejabat pendahulunya, yang terkesan menjalankan kepemimpinan ala militerisme. Di sana sini bagai terjadi pertentangan. Ada sikap beraroma arogansi di sana. Hubungan antar lembaga pun terkesan dipaksakan, kurang harmonis.
Berkaca dari tahun-tahun terakhir ini dan mundur ke belakang di masa orde baru hingga reformasi, agaknya Provinsi Aceh tidak memerlukan kepemimpinan gaya militerisme. Ingat saja bagaimana para tokoh pemimpin non militer ini membangun Aceh.
Itulah kini yang ditunjukkan oleh Bustami Hamzah. Baru sekitar dua bulan menjabat sebagai Penjabat Gubernur Aceh, Bustami terus membangun komunikasi dengan berbagai pihak, bahkan hingga ke daerah-daerah. Bustami lebih memilih sering mengunjungi daerah di provinsinya, ketimbang mondar-mandir ke Jakarta.
Selain melancarkan proses penyusunan anggaran bersama Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Pj Gubernur Bustami Hamzah juga menunjukkan totalitasnya dalam mendukung perhelatan akbar Pekan Olahraga Nasional (PON) XII Aceh-Sumut. Sebelumnya persiapan anggaran PON ini sempat tersendat bahkan “tak jelas” di tangan pemimpin pendahulunya.
Sikapnya yang tegas dalam mendukung pelaksanaan PON XII, kemudian diikuti dengan instruksinya ke SKPA (Satuan Kerja Perangkat Aceh) atau dinas-dinas agar mendukung seluruh proses dan pelaksanaan pesta olahraga nasional empat tahunan itu. Bisa dikata, atas dukungan penuh Pemerintah Aceh atas kebijakan Pj Gubernur Bustami Hamzah, maka PON XII Aceh-Sumut bakal berjalan lancar dan sukses.
Kebijakan penting lain yang perlu mendapat apresiasi, yakni dukungan Pj Gubernur Bustami pada proses pembangunan jalan tol Trans Sumatera (Aceh – Sumut hingga Lampung), yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) di era Presiden Joko Widodo.
Terkait jalan tol ini, Bustami telah berkomitmen untuk membantu proses ganti rugi pembebasan lahan di Aceh yang terkena jalur jalan tol. Sebab selama ini, masalah ganti rugi lahan menjadi salah satu hambatan dalam mempercepat proses pengerjaan jalan tol di Aceh.
Melihat sepak terjang Bustami selama sekitar dua bulan menjadi Pj Gubernur Aceh, tentunya layak bila pria humble kelahiran Pidie ini memperoleh aspirasi yang tinggi dari rakyat Aceh.
Tentu Bustami akan berbuat dan bertaruh apa saja untuk membangun ekonomi daerahnya. Bustami lahir di Tanah Rencong ini, maka dia akan berjuang keras untuk membangkitkan ekonomi rakyat di “Tanah Indatu” ini pula. Semoga. (*)