Suara deburan ombak yang menghantam tebing menambah suasana damai di Puncak Geurutee.
Di tengah perjalanan menyusuri jalanan Lintas Barat Selatan Aceh, pemandangan hamparan laut biru membentang indah, memanjakan setiap mata yang melintas.
Singgah sejenak di kafe-kafe yang berdiri kokoh di tebing gunung, tepatnya di pinggir jalan nasional, menjadi pengalaman yang menyenangkan sembari melepas penat.
Kafe-kafe ini menawarkan spot tempat duduk yang menghadap langsung ke lautan Samudera Hindia. Bersantai sembari menyesap kelapa muda atau kopi menjadi pilihan menyenangkan.
Puncak Geurutee, yang terletak di wilayah Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, adalah salah satu destinasi menarik di Aceh. Dari Kota Banda Aceh, dibutuhkan waktu kurang lebih dua jam perjalanan untuk mencapai lokasi ini.
Perjalanan menuju Geurutee membawa kita melewati dua pegunungan yang menakjubkan, yaitu Gunung Paro dan Gunung Kulu.
Jalanan aspal yang lebar dan mulus merupakan warisan proyek rekonstruksi pasca-tsunami, membuat perjalanan semakin nyaman.
Di sepanjang jalan, tersedia berbagai tempat untuk beristirahat, menyeruput kopi, dan menikmati mie sambil memandang pemandangan yang memesona.
Gradasi biru lautan, hamparan pantai yang memikat, serta segarnya hijau pepohonan dan bukit-bukit memberikan keindahan alam yang tak tertandingi.
Suara deburan ombak yang menghantam tebing menambah suasana damai di Puncak Geurutee.
Dari kejauhan, terlihat para nelayan yang sedang memancing. Meskipun cuaca mendung saat itu, sesekali gerimis menerpa.
Di depan Puncak Geurutee, terlihat pesona Pulau Klah, sebuah pulau tak berpenghuni yang dikelilingi pasir putih yang menawan. Pulau ini merupakan lahan perkebunan kelapa dan sering dijadikan sebagai tempat camping serta memancing.
Banyak warga yang kerap singgah di tempat ini, terpesona oleh pemandangan yang menenangkan.
Ijal, salah satu pengunjung, mengaku sering mampir ketika melewati lintas barat selatan ini.
“Tempatnya tenang dan teduh, sangat enak melihat panorama alam di sini. Kami biasanya juga bertemu dengan siamang, tetapi mungkin mereka sedang tidak ada hari ini,” ungkapnya saat ditemui, Sabtu (26/10/2024).
Siamang, sejenis primata yang habitatnya di Geurutee, sering naik ke kafe setempat untuk mencari makanan, sehingga pengunjung kerap berebut memberikan makanan.
Ijal juga mengatakan bahwa jika berkunjung ke sini, tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi mi bokom, yaitu mie instan yang disajikan dalam kemasan praktis yang cukup diseduh dengan air panas sebelum dimasak.
Rasanya yang sederhana namun menggugah selera menjadikan hidangan ini menjadi salah satu favorit pengunjung.
Menurutnya, harga makanan dan minuman di Puncak Geurutee yang masih sangat terjangkau bagi semua kalangan.
Puncak Geurutee tidak hanya dikenal oleh wisatawan lokal atau pelintas dari barat selatan Aceh, tetapi juga sering menjadi salah satu destinasi yang dikunjungi oleh wisatawan dari luar provinsi.
Suasana yang damai dan pemandangan yang menawan membuat setiap kunjungan ke tempat ini menjadi momen indah di hati setiap pengunjung. (*)