Minggu, November 24, 2024
spot_img
BerandaTausiahBencana Tsunami Tinggalkan Duka dan Luka Mendalam 

Bencana Tsunami Tinggalkan Duka dan Luka Mendalam 

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Setiap Desember mengingatkan masyarakat Aceh dan dunia dengan peristiwa dahsyat gempa dan tsunami 26 Desember tahun 2004, bertepatan dengan 14 Dzulqaidah 1425 H.

Bencana gempa bumi dahsyat disusul tsunami Aceh sulit diungkap dengan kata-kata. Bencana ini telah meninggalkan duka dan luka mendalam. Tidak hanya bagi Aceh, tetapi juga bagi dunia. Solidaritas kemanusianan membantu Aceh hingga bisa bangkit kembali.

Widyaiswara Ahli Utama LAN RI  Ustadz Faizal Adriansyah, menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh (29/12/23) bertetapan dengan 16 Jumadil Akhir 1445 H.

“Tak terasa sudah 19 tahun berlalu, seakan bagi kita yang menjadi saksi sejarah tsunami, peristiwa duka tersebut baru beberapa tahun yang lalu,” ujarnya.

Menurut Kepala LAN Aceh 2014-2022 , mereka yang hari ini umurnya 19 tahun ketika tsunami terjadi baru lahir kedunia. Yang umurnya 29 tahun hari ini ketika tsunami terjadi baru berusia 10 tahun. Hari ini bisa jadi sudah berkeluarga dan menggendong anak. Yang umur 69 tahun hari ini ketika tsunami terjadi masih lincah dan gesit karena umurnya saat itu 50 tahun.

Waktu berjalan begitu cepat seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Setahun terasa sebulan, sebulan terasa seminggu, seminggu serasa sehari. Perjalanan waktu telah mengantar umat manusia pada penghujung tahun 2023 dan sebentar lagi menuju tahun 2024.

Pergantian waktu bagi orang beriman dan berakal bukanlah sekadar pergantian angka, tetapi dalam pergantian waktu tersebut ada pesan Allah berupa tanda-tanda kebesaranNya, sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 190, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal”.

Karena itu, Ustaz Faizal mengatakan, bahwa menyambut pergantian tahun dengan cara berpesta pora, kembang api, mercon, musik, bernyanyi sukaria yang kadang bersentuhan dengan alkohol dan hal haram lainnya tidak sesuai dengan ajaran Islam.

“Setiap pergantian tahun seharusnya disikapi dengan  muhasabah diri. Apa yang sudah kita siapkan dalam menghadapi kehidupan kita setelah kematian. Dalam hal ini, Khalifah Umar bin Khatab berpesan hasibu anfusakum qabla antuhasabu yang maknanya hitunglah atau hisablah dirimu sebelum kamu kelak dihisab di hadapan Allah Swt,” ujarnya.

Ustaz Faizal menguraikan, paling tidak dalam pergantian tahun ada dua hal penting yang kita renungkan. Pertama, pergantian tahun adalah bukti betapa Allah mengendalikan seluruh alam ini.

Pergantian tahun mengingatkan kita akan kebesaran Allah sebagai Rabbul Alamin. Alam dan segala isinya hanya tunduk dan patuh pada Allah sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan Pemelihara seluruh Alam.

Kedua, kita mendapat pesan bahwa pergantian tahun adalah isyarat bahwa waktu kita hidup dimuka bumi ini sudah berkurang dan saat perjumpaan dengan Allah semakin dekat.

“Waktu telah mengubah kita, waktu telah merubah fisik kita. Kita dulu lahir sebagai  bayi lalu menjadi anak-anak yang lucu, remaja, dewasa, kemudian tua. Inilah keadaan kita yang diubah oleh perjalanan waktu,” ungkapnya.

Ustaz Faizal mengibaratkan gerakan shalat yang kita lakukan berdiri-ruku dan sujud. Berdiri simbol bahwa kita awalnya muda, kuat, bekerja, punya harta, pangkat dan jabatan.

Ruku adalah simbol bahwa kita sudah tua, lemah, pensiun, tidak banyak lagi harta, tidak ada lagi pangkat dan jabatan dan sujud adalah perjalanan akhir kita di atas muka bumi ini bahwa kita pada akhirnya akan kembali kepada Allah.

“Kita berasal dari tanah dan kita akan kembali kepada tanah,” pungkasnya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER