Senin, November 25, 2024
spot_img
BerandaPariwaraPenerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Lingkungan Pesantren Al-Manar

Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Lingkungan Pesantren Al-Manar

“Penerapan PHBS di Pesantren Modern Al-Manar sudah sangat bagus, karena para santri bukan hanya menerapkan pola hidup sehat waktu COVID-19 saja, tetapi kebiasaan cuci tangan, menjaga pola makan dan olahraga teratur masih terbawa sampai saat ini”

— Kabag TU dan Statistik, Pesantren Modern Al-Manar, Safrijal Ahmad —

Santri adalah sebutan bagi siswa yang mengenyam pendidikan agama Islam di sebuah pondok pesantren. Bagi para santri, pondok pesantren menjadi rumah mereka selama mengenyam pendidikan.

Tinggal di pondok pesantren tentunya jauh dari pengawasan orangtua. Pola hidup bersih dan sehat adalah suatu hal yang paling sering dipertanyakan. Karena di lingkungan pesantren tidak hanya hidup dengan satu orang saja, bahkan mungkin sampai ribuan orang, sehingga akan lebih sulit untuk menjaga kesehatan dan kebersihan.

Namun dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) segala kekhawatiran bisa teratasi. Salah satu, pesantren atau lingkungan dayah yang sudah menerapkan PHBS dengan ketat di Aceh adalah Pesantren Modern Al-Manar yang beralamat di Gampong Lampermai, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar.

Kabag Tata Usaha dan Statistik, Pesantren Modern Al-Manar, Safrijal Ahmad, kepada Waspadaaceh.com, Selasa (19/12/2023) mengatakan PHBS di lingkungan Pesantren Al-Manar sejak awal sudah diupayakan, mengingat pada tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Jika tubuh tidak sehat, maka santri juga sulit untuk menerima pelajaran.

Dia mengakui, penerapan PHBS di Pesantren Modern Al-Manar sudah sangat bagus, karena para santri bukan hanya menerapkan pola hidup sehat waktu COVID-19 saja. Akan tetapi kebiasaan cuci tangan, menjaga pola maka, olahraga yang teratur masih terbawa sampai saat ini.

“Artinya COVID-19 memberikan kita pelajaran dan kesadaran untuk budaya sehat yang baru,” jelasnya.

Kabag Tata Usaha dan Statistik, Pesantren Modern Al-Manar, Safrijal Ahmad. (Foto/Kia)

Di pesantren ini kata Safrijal, bukan sekadar cuci tanggan namun juga ada program sebelum tidur dianjurkan bagi santriwan maupun santriwati untuk berwudu. Kemudian sistem baca doa yang dipimpin sama ustad, baru menuju ke tempat tidur masing-masing.

Kalau berbicara hidup sehat kata Safrizal bukan melulu soal cuci tangan tapi juga olahraga. Di Al-Manar sendiri, pada sore hari siswa tidak dibebankan lagi untuk belajar formal maupun belajar akademik.

“Sore itu full untuk ekstakulikuler. Semua santri diwajibkan memiliki dua bidang olahraga, seperti bola basket, bola kaki, volly, memanah, badminton,” jelasnya.

Selain olahraga, perlu juga menjaga pola makanan yang sehat dan bergizi. Nah di Al-Manar tidak diberikan akses pedagang luar untuk berjualan di kawasan pesantren. Ada pun, jajanan yang boleh dikonsumsi adalah jajanan yang tersedia di kantin, tentunya dengan pengawasan para guru.

“Untuk sarapan disini tersedia dapur umum dan yang masaknya ada 8 orang. InsyaAllah makanannya bisa terjaga dan santri bebas dari mengkonsumsi makanan jahat,” sebutnya.

Tentunya, kawasan Pesantren Modern Al-Manar juga bebas dari rokok. Jadi baik itu guru, wali santri yang berkunjung tidak diperbolehkan merokok di kawasan pesantren. Jika ada yang terlibat, maka pesantren akan menindak tegas berupa pemecatan bagi guru dan siswa dikeluarkan dari sekolah.

“Jika ada yang terlibat merokok, untuk guru akan ditegur dan di off kan, karena melanggar disiplin pesantren. Sementara untuk santri akan diberi peringatan berat dan akan diberikan toleransi selama dua kali. Jika masih mengulangi maka akan dikeluarkan,” jelasnya.

Pola hidup sehat selanjutnya yang diterapkan di Pesantren Modern Al-Manar adalah, menggalakkan gotong royong setiap hari libur. Ditambah lagi, setiap harinya ada delapan putra dan putri yang piket membersihkan sekeliling asrama.

Jika merujuk kepada sistem yang diterapkan, lanjut Safrijal, seharusnya tidak ada lagi kotor atau sarang virus di sekolah. Namun yang namanya anak-anak yang masih dalam tahap pendidikan pastinya penerapan PHBS belum maksimal.

Kendati demikian, dapat dipastikan anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya sudah digaungkan setiap hari. Tempat sampah juga tersedia pada setiap kelas dan bangunan yang ada.

Bantuan Kesehatan dari Puskesmas 

Dia mengakui, selama ini dukungan fasilitas seperti tong sampah belum ada diterima oleh Pesantren Modern Al-Manar. Namun pembuatan drainase ada bantuan dari pemerintah.

“Dukungan dari pemerintah seperti tong sampah itu belum, tapi untuk drainase ada dibiayai oleh pemerintah, walaupun sudah lama sekali,” sebutnya.

Namun, yang sangat dia apresiasi adalah bantuan yang datang dari Puskesmas Krueng Barona Jaya. Para tenaga medis ini, rutin seminggu sekali memberikan pelayanan kesehatan secara gratis terhadap santri di Pesantren Modern Al-Manar.

Dia mengakui saat ini yang paling dibutuhkan oleh Pesantren Modern Al-Manar adalah ambulans. Kemarin kata Safrijal sudah diajukan kepada Dinkes Aceh tapi belum ada tanggapan.

Ambulans yang bisa standby di pesantren ini sangat penting kata Safrijal, mengingat jumlah santri yang hampir mencapai 1.000 orang. Jika tidak ada, dia mengakui, sedikit kewalahan.

Kedua, pendampingan dari pihak Dinkes baik provinsi maupun kabupaten sangat dibutuhkan. Ketiga, jika memungkinkan, dia berharap adanya bantuan tenaga medis untuk ditempatkan di klinik Pesantren Al Manar.

“Jika pemerintah mau memfasilitasi satu atau dua perawat yang ditugaskan disini, itu sangat membantu pihak sekolah,” harapnya.

Dinkes Harap Personal Hygines Ditingkatkan

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Aceh, Sulasmi menyebutkan pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pesantren/dayah di Aceh.

Sulasmi menyadari, bahwa bahaya paling rentan yang dialami santri adalah penyakit kulit seperti scabies, kurap, panu, berkutu dan sebagainya. Karena itu, pentingnya meningkatkan personal hygiene (kebersihan diri).

“Oleh karena itu, penting bagi mereka menjaga kebersihan di lingkungan pesantren/dayah, kebersihan diri bagi santri (personal hygine) agar terbebas dari penyakit bahaya yang mengintai,” kata Sulasmi.

Jika ini tidak diterapkan secara cepat, maka dia khawatir penyakit akan mudah menular yang tentunya sangat berdampak pada efektivitas proses belajar santri.

“Gimana mau konsentrasi belajar jika gatal-gatal terus, ada yang kurang darah, ada yang garuk-garuk saja kerjaannya, makanya itu harus kita tingkatkan kebersihannya,” sebutnya.

Tentunya di samping menjaga kebersihan diri sendiri, pihak pesantren maupun dayah juga harus terlibat demi mewujudkan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, fasilitas pendukung juga harus memadai, seperti ketersediaan air yang mencukupi.

“Jumlah air juga mestinya sesuai dengan jumlah santriwan santriwati yang ada disana, begitu juga dengan prasarana yang lainnya,” tutupnya. (Adv)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER