Banda Aceh (Waspada Aceh) – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Muhammad Yunus, mengklarifikasi pernyataan sebelumnya atas isu penjualan daging babi di Peunayong.
Keuchik Peunayong mengundang M.Yunus dalam konferensi pers yang digelar di Aula Kantor Keuchik, Rabu (12/4/2023). Acara itu dihadiri Satpol PP diwakili Tarmizi, Koramil Kuta Alam diwakili Babinsa, Polsek diwakili Babhinkabtimas, perangkat gampang, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan tokoh Hakka.
Maksud pertemuan tersebut dalam rangka meluruskan kekhilafan dalam penyampaian nama gampong atas informasi yang berkembang tentang penjualan daging babi beberapa waktu lalu.
“Saya selaku manusia biasa yang lemah dalam segala hal meminta maaf. Di mana benar-benar salah dalam penyebutan nama gampong. Kita berpatron ketika ada yang merasa tersakiti saya selaku manusia biasa wajib melakukan permintaan maaf ini,” ucap M.Yunus.
Sementara itu Keuchik Gampong Peunayong T. Sabri Harun menyebutkan, di gampong tersebut banyak suku agama dan suku bangsa. Untuk itu harus saling menjaga toleransi dan saling menghormati atas perbedaan dengan penuh kedamaian.
“Bila bisa kita selesaikan dengan musyawarah bersama masyarakat, saya rasa sungguh sangat baik dan mulia. Mencari solusi dengan baik sebagai jalan tengah, agar terjaga kerukunan beragama di tengah masyarakat Peunayong,” terang Keuchik Peunayong itu.
Dia mengapresiasi M.Yunus yang telah hadir ke Gampong Peunayong. “Beliau ramah dan tidak sombong,” sebutnya.
Pemerintahan gampong dan masyarakat telah menerima klarifikasi tersebut dan memaafkan. “Semua makanan dan minuman di Aceh halal. Tidak ada orang menjual daging babi seperti diberitakan sebelumnya,” tutur Sabri Harun.
Sabri Harun menyatakan, Pemerintah Gampong Peunayong bersama masyarakat dan DPRA siap mengawal pelaksanaan syariat Islam di Aceh, khususnya di Kota Banda Aceh. Baik dalam menertibkan peredaran barang haram maupun pergaulan bebas di Banda Aceh.
Di balik hikmah kehadirannya anggota DPRA M.Yunus, Sabri Harun berharap bisa membangun kebersamaan dalam perbedaan sebagai sikap toleransi antara suku, bangsa, agama, adat dan budaya di Peunayong.
“Bisa saling menjaga solidaritas persaudaraan yang damai,” lanjut keuchik.
Usai melaksanakan konfrensi pers, acara ditutup dengan buka puasa bersama dan memberi santunan kepada anak yatim. (*)