Senin, November 25, 2024
spot_img
BerandaLaporan KhususDari Pandemi ke Endemi COVID-19: Pembelajaran Tatap Muka Bisa Lebih Optimal

Dari Pandemi ke Endemi COVID-19: Pembelajaran Tatap Muka Bisa Lebih Optimal

“Kita bersyukur karena proses belajar di masa transisi dari pandemi ke endemi lebih bisa dilakukan secara optimal melalui PTM”

— Anggota DPRA, Ali Basrah —

Pada September tahun 2021, perkembangan kasus COVID-19 relatif menurun. Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas pembelajaran tatap muka kembali bisa diterapkan.

Walau pemerintah sudah melonggarkan kebijakan terkait pembatasan, termasuk aktivitas sekolah, masyarakat diharapkan tetap menerapkan kebiasaan di masa pandemi COVID-19, salah satunya mengenakan masker, menjaga kebersihan dan lain sebagainya. 

Sebagaimana disampaikan Ketua Fraksi Partai Golkar DPRA, Ali Basrah, kepada Waspadaaceh.com, Rabu (25/5/2022), dalam kurun waktu tahun 2020-2021 pandemi COVID-19 telah memberikan dampak kepada dunia pendidikan. Anak-anak didik selama setahun lebih terpaksa harus melakukan pembelajaran daring. Kondisi itu menyebabkan proses transfer ilmu dari guru kepada para siswa menjadi kurang maksimal.

Namun saat memasuki awal tahun 2022, pemerintah pusat mulai memberikan kelonggaran terkait pembatasan di ruang publik. Baik terkait penerapan protokol kesehatan maupun ruang gerak masyarakat yang sebelumnya harus dilakukan secara ketat.

Sekarang, kata Ali Basrah, sudah menuju ke endemi atau situasi yang mendekati normal. Maka dengan itu dunia pendidikan juga untuk semua jenjang pendidikan sudah melakukan PTM secara normal.

“Kita bersyukur karena proses belajar di masa transisi dari pandemi ke endemi ebih bisa dilakukan secara optimal melalui PTM,” tuturnya.

Dengan diberlakukannya PTM, maka segala ketertinggalan materi selama COVID-19 bisa disampaikan secara menyeluruh. Baik itu memberikan try out, ujian-ujian, latihan sehingga kualitas pendidikan juga semakin membaik.

Ketua Fraksi Partai Golkar DPRA, H.Ali Basrah. (Foto/Kia Rukiah)

Berikan Jam Tambahan kepada Siswa

Berbagai upaya dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan kemampuan para siswa. Hal ini dilakukan dalam rangka menyusul ketertinggalan saat penerapan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.

Untuk mengejar ketertinggalan itu, kata mantan Kepala Dinas Pendidikan Agara ini, siswa perlu diberikan jam tambahan di samping jam wajib yang ditetapkan saat PTM. Jam tambahan ini diberikan setelah jam pulang, baik itu berupa ekstra kurikuler yang di fasilitasi dari pihak sekolah maupun inisiatif dari orangtua sendiri.

“Tentunya perlu dukungan dari orang tua dan partisipasi serta pengawasan dari orang tua. Komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah harus ada untuk mengetahui sejauh mana prestasi anak, apa kekurangan anak,” sebutnya.

Apalagi orangtua yang memiliki perekonomian yang mapan, tutur Ali Basrah, bisa memberikan bimbel di tempat yang tersedia.

Perlu Pantauan dari Disdik

Mantan Wakil Bupati Agara ini menyampaikan kepada pihak Dinas Pendidikan Provinsi Aceh dan dinas kabupaten/kota harus betul-betul mengawasi proses belajar mengajar di era endemi ini. Pantauan itu bisa melibatkan pengawas, unsur pejabat dinas sesuai dengan kewenangannya.

Dalam melakukan pemantauan, para stakeholder tersebut harus memperhatikan apa yang menjadi kendala atau faktor penghambat kepada siswa, guru dalam menunjang pendidikan.

“Misal ada yang kurang, harus difasilitasnya. Soal kekurangan media dan alat-alat belajar tidak ada, apakah buku atau faktor pendukung lain,” sebutnya.

Menurutnya, jika itu dilakukan secara maksimal, ketertinggalan bisa dikejar. Mengingat saat ini pembelajaran bisa dilakukan secara sempurna.

Di samping untuk meningkatkan mutu pendidikan, alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Akuntansi Unsyiah ini tetap mengingatkan kepada siswa untuk memperhatikan kesehatan meski sudah memasuki masa endemi.

“Karena di tubuh yang sehat terdapat pikiran yang cerdas,” tutupnya.

Langkah Sekolah di Aceh Kejar Ketertinggalan

Sementara itu, di masa transisi dari pandemi ke endemi beberapa sekolah di Aceh telah menyusun langkah-langkah untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Di antaranya SMK Negeri 1 Kota Banda Aceh, SMA Negeri 16 Banda Aceh, SLB-B YPAC Banda Aceh, SMA Negeri 6 Banda Aceh dan sekolah lainnya.

SMK Negeri 1 Kota Banda Aceh sendiri untuk memperbaiki kualitas pendidikan, siswanya ditekankan pada 6 kompetensi. Di antara kompetensi tersebut, ucap Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Kota Banda Aceh, Nurleila, terdiri akuntansi dan keuangan lembaga, otomatisasi dan tata kelola perkantoran, bisnis daring dan pemasaran, usaha perjalanan wisata, desain grafis, serta teknik komputer dan jaringan.

“Para siswa ditekankan menguasai salah satu dari bidang itu. Misal pada kompetensi bisnis daring dan pemasaran, siswa dituntut untuk mempersiapkan produk, mempromosikan, serta berkomunikasi dengan pelanggan dan membuat laporan penjualan,” jelasnya.

Dia menambahkan pada bidang lain, seperti kompetensi komputer dan jaringan, siswa difokuskan bagaimana mereka bisa mengaplikasikan terutama pemasangan sitem jaringan pada komputer.

“Begitu juga dengan desain grafis, siswa kita sudah mulai memanfaatkan peluang tersebut sebagai bisnis,” tutupnya.

Selain SMK Negeri 1 Banda Aceh, SLB-B YPAC juga mempunyai 9 projek unggulan yang siap dijalankan saat ini. Semua projek tersebut bertujuan untuk menunjang keterampilan siswa yang sempat terhalang sebelumnya akibat COVID-19.

9 projek yang difokuskan itu, disusun berdasarkan kearifan lokal, kewirausahaan serta industri. Selain itu ada tata boga, tata rias dan tata busana. Di luar program tersebut juga tetap dilakukan program tambahan, seperti membuat sabun dan melukis. (Kia Rukiah)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER