Minggu, Desember 22, 2024
spot_img
BerandaLaporan KhususAtasi Gangguan Distribusi BBM di Sumut, Begini Sinergi Hiswana dengan Pertamina

Atasi Gangguan Distribusi BBM di Sumut, Begini Sinergi Hiswana dengan Pertamina

Baik Hiswana Migas dan Pertamina berharap persoalan keterlambatan distribusi itu bisa menjadi bahan evaluasi ke depannya untuk menangani distribusi yang lebih baik.

Oleh Sulaiman Achmad

Akhir bulan September 2021 yang lalu, mendadak dunia maya ramai dengan kabar antrian kendaraan di SPBU. Berbagai akun media sosial atau medsos kala itu mengabarkan antrian kendaraan yang kesulitan mendapat BBM.

Angkot salah satunya, susah mendapat Premium. Di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, angkot memang masih mengkonsumsi Premium. Jenis BBM yang seharusnya tidak lagi beredar jika mengikuti standar Euro IV.

Sedikit informasi, standar Euro IV adalah regulasi emisi Euro IV sudah mulai diberlakukan sejak 2018 lalu. Aturan emisi Euro IV dikeluarkan melalui Peraturan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O atau yang lebih dikenal dengan Standar Emisi Euro IV.

Pemerintah mencanangkan standar emisi ini karena ingin memiliki komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada 2020 mendatang. Komitmen itu diungkapkan pada pertemuan di Pittsburgh 2009 lalu. Selain itu, Indonesia berusaha mengejar ketertinggalan dari negara lain di mana sudah menerapkan standar Euro IV bahkan sampai Euro VI.

Kenapa Euro IV, Premium sendiri memiliki oktan 88 dengan pengertian pembakaran bahan bakar pada kendaraan terlalu tinggi menghasilkan emisi gas buang. Berbeda dengan oktan pada Pertalite yang memiliki RON (Research Octane Number) 90 dan Pertamax 92.

Dengan pemahaman awam, jika memakai Pertalite dan Pertamax, pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan lebih sempurna. Mesin kendaraan pun tidak harus rutin dibersihkan atau diservis, karena tidak meninggalkan kotoran dari sisa pembakaran.

Nah, kita kembali ke cerita awal tadi tentang angkot. Memang pada jalur-jalur tertentu, SPBU di Medan masih menyediakan Premium yang dominan sering dilalui angkot. Namun, sudah banyak juga angkot yang terbiasa menggunakan Pertalite.

Sama halnya dengan Biosolar, pemahaman serupa seperti perbandingan bahan bakar Pertalite dan Pertamax. Ada Dex dan Dexlite untuk jenis bahan bakar diesel. Biosolar juga masih banyak ditemukan di seluruh SPBU di Sumut.

Antrian panjang dalam beberapa waktu itu akibat adanya keterlambatan distribusi BBM yang masuk ke SPBU ditambah terjadi peningkatan 11% dari konsumsi harian normal. Ada pula SPBU yang sampai tidak menjual BBM apapun, karena baik Pertalite dan Pertamax pun kosong sama sekali.

Tidak hanya di inti Kota Medan saja, beberapa rekan media bahkan melaporkan SPBU di jalan lintas Medan-Langkat-Aceh juga terjadi kekosongan BBM. Termasuk jalan lintas Medan-Berastagi-Aceh serta jalan lintas Sumatera bagian Timur.

Ketika itu muncul berbagai isu liar di lapangan, mulai dari rencana penghapusan Biosolar dan Premium hingga adanya masalah pada truk tangki pengangkut BBM yang dioperasikan Elnusa, perusahaan yang masih terafiliasi dengan PT Pertamina.

Miris sebenarnya, jika merujuk pada aturan standar Euro IV, dua jenis BBM itu sudah tak seharusnya lagi diproduksi dan dijual. Namun, konsumen Indonesia belum siap, bisa jadi nanti PT Pertamina malah jadi sasaran demo.

Kondisi kekosongan BBM berlangsung cukup lama hampir dua pekan, hingga PT Pertamina Patra Niaga Sumbagut memastikan bahwa stok aman. Hanya saja kapal tanker terlambar sandar di Terminal BBM (TBBM) Belawan.

Pimpinan PT Pertamina Patra Niaga yakni Excecutive General Manager (EGM), Asep Wicaksono, juga ikut dipanggil Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Simanjuntak pada medio Oktober 2021.

Dalam pemanggilan itu, PT Pertamina Patra Niaga Sumbagut memastikan gangguan distribusi ini akibat kapal tanker terlambat sandar karena cuaca buruk. Hal itu menyebabkan antrian penjemputan BBM impor dari Singapura. Namun, meski terlambat sandar, stok di TBBM Belawan tetap ada namun tipis hingga menunggu kapal tanker.

Ya, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kita, PT Pertamina Patra Niaga mengimpor BBM dari negara tetangga. Ketika kapal tanker sudah sandar dan pemenuhan BBM ke SPBU juga mulai tersalurkan, DPC Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Sumut menegaskan distribusi BBM ke SPBU berangsur normal.

Pernyataan Ketua DPC Hiswana Migas Sumut, Rajali Husein ini muncul beberapa hari setelah Pertamina Patra Niaga memastikan distrubusi akan kembali normal dalam beberapa hari ke depan. Tentu saja, pernyataan pengusaha SPBU itu krusial, yang ditunggu pewarta selama ini, setelah PT Pertamina Patra Niaga Sumbagut.

“Salah satu upaya sinergi dan kolaborasi bersama dengan Pertamina. Bahwa persoalan ini akan segera tuntas, distrubusi perlahan normal lagi. Itu saja yang membuat saya ingin memastikan,” kata Rajali kepada penulis saat ditemui di salah satu SPBU miliknya di kawasan Sei Semayang, Deli Serdang.

Peran Hiswana, kata dia, tidak hanya memastikan kepada masyarakat namun juga menyampaikan dan meluruskan isu liar ke pengurus dan anggota. Hal itu perlu dilakukan agar anggota Hiswana juga mendapatkan informasi yang akurat, bukan mengkonsumsi informasi yang tidak terverifikasi.

“Sebagai pelaku usaha dan lokomotif prekonomian industri nasional, kita sadar peran kita. Harus berkolaborasi dan menjalin komunikasi yang baik dengan PT Pertamina Patra Niaga. Sinergi yang baik tentu akan berdampak ke masyarakat juga,” ungkapnya.

Officer I Communication Relation (Comrel) Pertamina Patra Niaga Sumbagut, Haris Yunanza, mengakui Hiswana Migas menjadi salah satu mitra yang menjalin sinergitas baik dengan Pertamina. Dalam hal ini juga peran Hiswana sangat sentral dalam mendukung Pertamina untuk meluruskan informasi liar yang beredar di lapangan.

Baik Hiswana Migas dan Pertamina berharap persoalan keterlambatan distribusi itu bisa menjadi bahan evaluasi ke depannya untuk menangani distribusi yang lebih baik. Tentu saja, sinergitas yang baik akan mampu menepis isu-isu liar yang muncul di lapangan, seperti pada kelangkaan BBM di Sumut yang terjadi.

Lalu, bagaimana dengan penerapan standar Euro IV ?Salah satunya, bisa menjadi bahan kampanye Pertamina Go Green untuk memperkuat strategi dalam menurunkan emisi.

Apakah Pertamina siap, jika Euro IV berjalan, otomatis akan menjadi sasaran demo mahasiswa maupun sopir angkutan? Karena pasti Premium akan dihapuskan.

“Kita ikuti petunjuk dari pemerintah saja. Kita sebagai operator hanya melaksanakan tugas dari pemerintah saja,” jawab Haris.

Apakah kalian siap, tidak ada lagi Premium di pasar? Yuk, kita dukung Pertamina menjalankan standar Euro IV. (**)

  • Penulis adalah wartawan waspadaaceh.com
  • Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) Nasional Tahun 2021
BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER