Jumat, Oktober 18, 2024
BerandaKetika "Rindu" dan "Kasih" Mengaku Sebagai PSK Online

Ketika “Rindu” dan “Kasih” Mengaku Sebagai PSK Online

Lhokseumawe (Waspada Aceh) – Praktik prostitusi online tentunya bukan hal yang baru di kota-kota besar di Indonesia. Polisi telah banyak mengungkap praktik ini. Bahkan untuk ukuran kota yang melaksanakan syariat Islam, seperti di Provinsi Aceh, praktik prostitusi ini ternyata ada.

Pada Oktober 2017, Polresta Banda Aceh berhasil mengungkap praktik tersebut. Kala itu petugas berhasil mengamankan satu orang mucikari, dan enam perempuan yang masih remaja, karena terlibat dalam praktik prostitusi online tersebut.

Mereka ditangkap di salah satu hotel bintang di Banda Aceh. Menurut pengakuannya, mereka telah menjalani profesi tersebut selama dua tahun. Para PSK (pekerja seks komersial) online itu dibayar dengan tarif Rp800 ribu sampai Rp1,5 juta.

Begitu juga pada tahun 2018, Polresta Banda Aceh juga kembali membongkar praktik PSK online di kawasan Banda Aceh. Polisi juga mengamankan tujuh perempuan yang masih berstatus mahasiswi, dan mereka berprofesi sebagai PSK online.

Masih di tahun 2018, pihak Kepolisian Resor Lhokseumawe, lagi-lagi berhasil mengungkap kasus serupa. Polisi berhasil mengamankan sembilan orang yang terlibat dalam praktik prostitusi online tersebut.

Penggerebekan prostitusi online tersebut dilakukan di dua lokasi terpisah. Pertama di Gampong Keude Cunda, Kecamatan Muara Satu, dan lokasi kedua berjarak satu kilometer dari lokasi pertama. Ada lima perempuan dan empat laki-laki yang diamankan.

Kini praktik-praktik prostitusi online tersebut juga telah merambah di kawasan pinggiran kota Lhokseumawe, yaitu dalam wilayah Aceh Utara. Wartawan waspadaaceh.com, baru-baru ini berhasil melakukan wawancara langsung dengan PSK online tersebut.

Bertarif Rp2 Juta

Hujan baru saja reda. Dinginnya malam terasa menusuk sampai ke tulang. Terlihat di sudut ruangan salah satu warung kopi di Kota Lhokseumawe, seorang wanita berusia 37 tahun, sedang serius memaikan gawai.

Sebut saja namanya Rindu (bukan nama sebenarnya). Ternyata dia sedang membalas chat para tamu yang akan menggunakan jasanya. Menurut wanita ini, secara umum tamunya itu sudah memasuki usia sekitar 40 tahunan.

Perempuan berambut pirang tersebut tinggal di salah satu kawasan di Kabupaten Aceh Utara. Dia telah memiliki suami dan anak. Pada tahun ini anaknya sudah mulai memasuki pendidikan di perguruan tinggi.

Rindu mengaku, pekerjaannya sebagai PSK online telah dilakoninya sejak dua tahun terakhir. Biasanya dia menggaet tamu dengan menggunakan aplikasi jejaring sosial facebook dan whatsApp. Kemudian baru dilanjutkan dengan komunikasi telepon dan mereka bertemu apabila telah ada kesepakatan.

Awalnya Rindu terjun ke dunia gelap tersebut, karena dia tidak memiliki kepuasan seksual dengan suaminya sendiri. Kemudian dia juga melakukannya untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

“Saya tidak mendapat kepuasan saat berhubungan intim dengan suami, makanya saya menjalani ini. Selain itu supaya bisa mendapatkan uang yang lebih, untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Rindu.

Kata Rindu, yang menggunakan jasa syahwatnya itu adalah pria yang tinggal di Kota Medan. Namun mereka berjumpa di salah satu hotel di Kota Binjai, Sumatera Utara. Hal tersebut dilakukan, untuk menjaga para tamunya itu agar tidak ketahuan istrinya.

Saat dia pergi melayani para lelaki hidung belang yang memesannya di Kota Binjai, Rindu memberikan alasan kepada suaminya untuk bekerja ke rumah temannya selama beberapa hari. Untuk sekali memberikan layanan seksualnya itu, dia diberikan uang sebesar Rp2 juta dan bahkan ada yang memberikannya hingga Rp5 juta.

Suami Rindu biasanya tidak curiga sama sekali. Karena dia sangat rapi dalam menyimpan rahasia pekerjaannya tersebut. Apalagi anak-anaknya juga sama sekali tidak tahu pekerjaannya seperti itu.

Dia juga mengaku melayani pria hidung belang lokal yang ingin menggunakan jasanya. Namun dia lebih suka dibawa ke wilayah Binjai, karena menurutnya lebih terjamin keamanannya.

Di Aceh Utara, wanita ini mengaku melayani pria hidung belang di rumah kawannya yang berada di kawasan Aceh Utara wilayah barat. Teman wanitanya itu telah bersuami, hanya saja suaminya sedang bekerja di Malaysia.

Untuk melakukan praktik syahwat di rumah tersebut, pelanggan lokalnya harus membayar sejumlah Rp200 ribu untuk satu jam, dan biaya jasa Rindu sebesar Rp300 ribu untuk satu jam. Apabila ingin memperpanjang waktu layanan, harga tersebut tingal diakumulasikan saja.

“Kalau rumah ini cukup aman, karena orang tahu kalau kawan saya itu punya suami hanya saja kerja di Malaysia. Lagian pula di rumah itu ada anak-anaknya juga, jadi orang tidak curiga kalau kita bawa laki-laki,” tutur Rindu.

Lain lagi pengakuan Kasih (bukan nama sebenarnya), salah seorang warga Aceh Utara. Dia juga sering dibawa ke salah satu hotel di pusat Kota Medan, Sumatera Utara. Biasanya dia bersama lelaki yang telah berusia cukup dewasa.

Berbeda dengan Rindu, yang menggunakan jasanya orang luar Aceh, sedang Kasih tidak seperti itu. Yang penting baginya apabila harga sudah deal maka dia bersedia dengan siapa saja.

Kasih mengaku sudah sering memberikan layanan kepada pelanggannya. Dia lebih sering melakukannya di Kota Medan, karena lagi-lagi menganggap sebagai tempat yang paling aman dan tidak ingin ketahuan orang lain.

“Aku melakukan itu di Medan dan tidak pernah di sini. Kalau di Medan kan aman. Biasanya aku dikasih panjar dulu untuk ongkos, kemudian saat sudah tiba baru dibayar semuanya,” tutur Kasih.

Praktik prostitusi sepertinya belum bisa diberantas tuntas. Apalagi permainan yang dilakukan terlihat sangat rapi agar kerahasiaannya tetap terjaga.

Telah Ada Sejak Tahun 2006

Praktik prostitusi online di Aceh tersusun cukup rapi dan terorganisir. Secara umum pelakunya adalah kalangan remaja, serta praktik tersebut telah ada sejak tahun 2006.

Direktur Yayasan Permata Aceh Peduli, Khaidir menyebutkan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pihaknya, praktik-praktik prostitusi online tersebut bukan sebagai hal baru di Aceh.

“Kasus seperti ini bukan hal yang baru. Kami telah menemukannya sejak tahun 2006 lalu. Bahkan saat ini kami juga telah melakukan pendampingan kepada mereka yang telah terjangkit HIV/AIDS,” ujar Khaidir.

Khaidir menambahkan, jumlah PSK online tersebut tergolong tinggi. Hanya saja mereka melakukan praktik yang cukup rapi, sehingga tidak sampai diketahui oleh publik. Biasanya mereka memanfaatkan jejaring sosial untuk berinteraksi.

Biasanya, kata Khaidir, PSK online tersebut berasal dari beberapa kalangan, seperti siswa SMA, mahasiswa dan ada juga wanita dewasa. Mereka semua terorganisir dengan baik dan tumbuh subur.

“Berdasarkan hasil penelitian kami, mereka itu terbagi menjadi dua golongan. Ada yang pekerja seks secara langsung, yaitu untuk kepentingan materi, seperti uang dan lainnya. Ada juga secara tidak langsung, mereka hanya untuk kesenangan, seperti tukar dengan sabu-sabu,” tutur Khaidir.

Tambahnya, kalangan remaja saat sekarang ini juga sudah sangat riskan, dan untuk persoalan seksual bukan merupakan hal yang tabu lagi bagi kalangan remaja. Terutama bagi mereka yang sudah beranjak SMA.

“Persoalan PSK online ini sudah menjadi ancaman. Kasus ini merupakan salah satu penyumbang HIV/AIDS di Aceh. Kami juga sering melakukan pendampingan bagi PSK online yang terkena penyakit seksual menular,” kata Khaidir.

Penting Pengawasan Orang Tua

Praktik PSK online dinilai sudah sering terjadi di kawasan Aceh. Maka setiap orang tua harus mampu menjaga anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam dunia yang terlarang, apalagi yang telah dilarang oleh agama Islam.

Pengamat Sosial dan Akademisi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Masriadi Sambo, mengatakan, hal tersebut sudah sering terjadi. Bahkan pihak kepolisian juga telah berhasil mengungkap hal tersebut.

“Praktik PSK online tersebut memang terjadi, maka semua pihak harus berperan besar untuk mengantisipasi persoalan tersebut. Terutama untuk menyelamatkan moral para generasi muda di Aceh,” ujar Masriadi.

Masriadi menambahkan, hal yang terpenting adalah, peranan orang tua harus lebih besar. Setiap apa pun aktivitas anak-anaknya harus diawasi dengan baik, terutama kalau sering pulang malam. (Agam Khailullah)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER