Bireuen (Waspada Aceh) – Meskipun kondisi ekonomi dunia mengalami pasang surut, namun ternyata itu tidak menyurutkan hasrat manusia untuk mengunjungi destinasi wisata di muka bumi ini.
Dunia pariwisata memang memiliki nilai ungkit ekonomi yang memberikan multiplier effect terhadap sektor ekonomi lainnya. Di antara beberapa jenis pariwisata, kuliner menjadi salah satu yang paling diminati oleh pelancong ketika mengunjungi suatu daerah.
Provinsi Aceh memiliki berbagai macam kuliner andalan di setiap daerah, salah satunya kuliner sate matang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Sate Matang adalah kuliner tradisional di daerah ini. Di sebut “matang” bukan karena satenya memang telah masak, namun karena sate tersebut berasal dari Kecamatan Matang, Kabupaten Bireuen.
Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh dalam rangka mendukung pengembangan potensi kuliner tersebut, telah menggelar Festival Sate Matang di Lapangan Galacticon, pada Sabtu dan Minggu (30-31 Maret 2019).
Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh, Irmayani, mengatakan, festival tersebut bertujuan untuk mempromosikan sate matang sebagai ikon kuliner Bireuen ke setiap daerah, tingkat nasional maupun manca negara. Selanjutnya, festival tersebut diharapkan dapat mempersiapkan sate matang sebagai salah satu wisata kuliner andalan di Aceh.
Menurut Irma, festival tersebut juga bertujuan untuk menggali dan melestarikan keanekaragaman kuliner khas Bireuen. “Kami tidak hanya menampilkan sate matang, tapi juga menampilkan peunajoh lainnya di Bireuen,” kata dia pada pembukaan Festival Sate Matang di Bireuen, Sabtu, (30/3/2019).
Posisi Bireuen yang strategis dapat dijadikan potensi untuk menggaet pengunjung mencicipi kuliner andalan kota tersebut.“Kabupaten Bireun ini berada pada jalan lintas Banda Aceh ke Medan atau lintas Sumatera. Jadi banyak yang singgah di Bireuen atau di Matang untuk mencicipi sate matang,” ujar Irmayani.
Kabid Disbudpar Aceh itu berharap festival sate matang dapat menjadi event tahunan di Kabupaten Bireuen. Menurutnya, setiap wisatawan yang mengunjugi suatu tempat, mengalokasikan 60 persen anggaran perjalanannya untuk menikmati kebudayaan dan atraksi lainnya. Dan 40 persen sisanya dimanfaatkan untuk kuliner dan oleh-oleh. Oleh sebab itu, Irmayani mengajak setiap komponen untuk mendukung pengembamgan wisata kuliner setiap daerah di Aceh.
Sementara itu, Wakil Bupati Bireuen, Muzakkar A. Gani, menyampaikan rasa terimakasih kepada Pemerintah Aceh yang telah mengadakan Festival Sate Matang di kabupaten yang dia pimpin. Dia merasa yakin acara tersebut akan berlangsung meriah selama dua hari.
Muzakkar menuturkan usaha sate yang berasal dari Bireuen itu telah berkembang dan warungnya telah menjalar ke mana-mana. “Hal ini menjadi kebanggaan masyarakat Bireuen karena menjadi kuliner andalan,” katanya.
Sate Matang, ujar wakil bupati, telah menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat Bireuen. Salah satunya dicontohkan Muzakkar pada Sate Matang Apa Leh. Usaha yang digalakkan oleh Apa Leh itu telah memberikan efek ekonomi lainnya kepada masyarakat, seperti terbukanya lapangan kerja. Selain itu, kata Muzakkar, seorang Apa Leh juga telah memberdayakan puluhan anak yatim melalui usahanya itu.
Muzakkar mengatakan Kabupaten Bireuen akan terus berbenah untuk menjadi destinasi wisata kuliner yang unggul. Di samping itu, para pedagang kuliner juga diimbau untuk terus berinovasi dalam mengemas produknya serta menjaga kebersihan.
“Marilah kita bersama semuanya, menyukseskan kegiatan Festival Sate Matang dua hari ini. Marilah kita jaga keamanan dan kenyamanan kemeriahan ini. Semoga masyarakat Bireuen dan sekitarnya dapat menikmati acara ini senikmat sate matang,” pungkas nya.
Langkah Pemerintah Disambut Baik Masyarakat
Mulyadi Zakaria, salah seorang pengunjung festival sate tersebut, mengapresiasi event perdana festival sate matang yang dilaksanakan pemerintah di Kabupaten Bireuen. Menurutnya, event tersebut telah memberi kesempatan kepada para pedagang untuk menggali potensi kuliner Bireuen.
“Kami sebagai pengunjung dan warga Kabupaten Bireuen sangat mengapresiasi pemerintah yang telah ikut mengangkat potensi kuliner Kabupaten Bireuen,” ujar dia.
Festival Sate Matang merupakan salah satu agenda dari 100 event kalender wisata Aceh. Festival tersebut menghadirkan 25 pedagang sate dan menampilkan berbagai kuliner khas Bireuen lainnya, seperti nagasari, meuseukat, halua, bhoi, rujak manis Kuta Blang, manisan salak dan timphan sri kaya serta bu payeh. Kegiatan tersebut juga diisi dengan berbagai aneka lomba. (Ria)