Banda Aceh (Waspada Aceh) – Momen lebaran selalu menjadi waktu yang dinanti-nantikan umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Momen ini diidentik dengan tradisi silaturahmi dan hidangan khas yang melimpah.
Namun masa lebaran seringkali membawa dampak bagi kesehatan, terutama akibat perubahan pola makan yang drastis.
Menurut Spesialis Penyakit Dalam, dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, terdapat lima penyakit harus diwaspadai, yang paling sering muncul pasca lebaran.
Dalam Talkshow Eksklusif yang disiarkan langsung di Instagram @Kemenkes_RI dan radiokesehatan.kemkes.go.id serta aplikasi radio kesehatan, dia menyampaikan beberapa hal.
Pertama, Gangguan Pencernaan (Dispepsia). Penyakit ini menempati posisi teratas. “Yang paling umum sakit perut, karena perubahan pola makan secara mendadak selama dan setelah lebaran,” ujar dr. Andi.
Konsumsi berlebihan makanan berlemak, pedas, dan tinggi gula menurutnya seringkali memicu gangguan pencernaan.
Kedua, Diabetes Melitus (DM). Penderita diabetes yang berhasil mengontrol gula darahnya selama puasa, bisa mengalami lonjakan pasca lebaran. Hal ini disebabkan konsumsi berlebihan kue-kue manis seperti nastar dan hidangan tinggi gula lainnya.
“Walaupun nastar itu kecil, kandungan gulanya signifikan,” katanya.
Ketiga, Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). Konsumsi makanan tinggi garam dan micin serta hidangan bersantan dapat memicu naiknya tekanan darah.
“Orang yang doyan asin-asin, micin, biasanya tekanan darahnya ikut naik,” jelasnya.
Keempat, Kolesterol Tinggi (Dislipidemia). Menurut dia gorengan dan santan menjadi bagian tak terpisahkan dari hidangan lebaran. Makanan ini memicu peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
“Hampir semua daerah di Indonesia punya makanan bersantan dan gorengan. Jarang daerah yang masakannya bebas dari gorengan dan bersantan, seperti ketupat dan opor,” sebutnya
Kelima, Asam Urat Tinggi (Hiperurisemia). Makanan berlemak dan tinggi purin juga menyebabkan kadar asam urat meningkat.
“Mungkin lima itu sih juaranya. Sakit perut, sakit gula, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi sama asam urat,” tuturnya.
Selain makanan, dr. Andi juga menyoroti perubahan aktivitas fisik saat mudik dan lebaran. Duduk berjam-jam di perjalanan, kurang istirahat, serta kebiasaan ngemil berlebihan turut memengaruhi kesehatan pasca lebaran.
Ketika ditanya kelompok usia mana yang paling rentan, dr. Andi menyebutkan bahwa semua kelompok usia memiliki kerentanan masing-masing.
“Orang tua karena faktor usia dan penyakit bawaan, sementara yang muda sering terlena dengan makanan enak di banyak tempat,” tuturnya.
Sebagai penutup, dr. Andi menyarankan agar masyarakat tetap mengendalikan porsi makan pasca lebaran jika ingin sehat dalam jangka panjang.
“Jika tidak bisa dihindarkan dan ingin sekali icip, maka ambil porsi paling kecil dulu,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa bulan puasa seharusnya menjadi pelatihan hidup sehat yang bisa dilanjutkan setelah Ramadhan usai.
“Intinya adalah bagaimana mengendalikan hawa nafsu dan meneruskan kebiasaan baik yang telah dilatih selama Ramadhan. Inilah kunci untuk hidup sehat dalam jangka panjang,” tutupnya. (*)