Banda Aceh (Waspada Aceh) – Wali Nanggroe Aceh, Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, menegaskan komitmennya untuk mendorong lahirnya regulasi dan kebijakan yang mendukung pengembangan komoditas kakao di Aceh.
Hal itu disampaikannya saat melakukan kunjungan kerja ke pabrik pengolahan kakao lokal, Socolatte, yang terletak di Gampong Meunasah Baroh Musa, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya, Minggu lalu.
Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Wali Nanggroe, Zulfikar Idris, Rabu (23/7/2025), menyampaikan bahwa kunjungan tersebut merupakan bentuk dukungan konkret dari Wali Nanggroe terhadap eksistensi produk lokal Aceh agar mampu bersaing di pasar nasional dan internasional.
Dalam kunjungan itu, Wali Nanggroe turut didampingi oleh Staf Khusus Wali, Dr. Mohammad Raviq, dan disambut langsung oleh pemilik pabrik Socolatte, Irwan Ibrahim. Irwan menyampaikan apresiasi atas perhatian Wali Nanggroe terhadap pelaku usaha kakao lokal.
Ia menyebut kunjungan tersebut menjadi penyemangat bagi mereka untuk terus mengembangkan kakao sebagai komoditas unggulan Aceh dengan cita rasa khas.
“Kehadiran Wali Nanggroe memberi semangat baru bagi kami, para pelaku usaha, untuk terus mengembangkan kakao Aceh sebagai komoditas unggulan dengan karakteristik khas,” ujar Irwan.
Irwan juga menyampaikan sejumlah aspirasi yang selama ini menjadi keluhan pelaku usaha dan petani kakao, khususnya di Kabupaten Pidie Jaya. Ia berharap Pemerintah Aceh segera memperkuat regulasi dan kebijakan yang berpihak pada sektor ini.
Ia menyebutkan bahwa produk cokelat dari Socolatte telah dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia, dan bahkan menembus pasar Jepang.
“Tak hanya itu, permintaan juga datang dari Iran, Rusia, Lebanon, dan Korea. Namun kami masih menghadapi kendala besar, yakni kapasitas produksi dan keterbatasan sumber daya manusia,” tuturnya.
Menanggapi hal itu, Wali Nanggroe menyatakan akan menyuarakan aspirasi petani dan pelaku usaha kakao kepada pemerintah daerah. Ia menilai penting untuk menjadikan kakao sebagai tanaman unggulan Aceh yang memiliki nilai ekspor tinggi, sebagaimana kopi.
“Kakao Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi ikon ekonomi daerah. Kami akan mendorong agar regulasi dan kebijakan mendukung pengembangannya, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi yang luas bagi masyarakat Aceh,” tegasnya.(*)