“Para pejalan kaki harus mengalah, turun dari trotoar berjalan di aspal, ketika terhalang mobil yang parkir, atau karena ada kios pedagang di atas trotoar”
—————
Masih banyak masyarakat yang beraktivitas dengan berjalan kaki di sepanjang pinggiran jalan raya atau yang disebut dengan trotoar. Contohnya mereka yang memanfaatkan trotoar ketika berolahraga jalan santai, jogging, atau berjalan menuju pasar, kantor, sekolah dan lain sebagainya.
Karena itu trotoar selain harus menjanjikan kelancaran bagi para pejalan kaki, tapi juga memberikan kenyamanan serta keamanan. Di beberapa kota, baik kota besar mau pun kota kecil, trotoar ditata begitu apik dan asri, tanpa adanya hambatan, sehingga memberikan rasa nyaman bagi para pejalan kaki.
Bagaimana kondisi trotoar di Banda Aceh? Jurnalis Waspadaaceh.com, selama beberapa hari ini telah mengamati keadaan trotoar di kota Serambi Mekah ini. Sayang sekali, keberadaan trotoar di kota ini jauh dari harapan masyarakat.
Tidak hanya kondisi trotoar yang tidak terawat, dan berlubang, tapi juga banyak hambatan bagi pejalan kaki. Tak jarang di atas trotoar menjadi tempat parkir mobil atau sepeda motor, dan banyak pula yang menjadi tempat berdirinya kios-kios pedagang. Kondisi trotoarnya juga kadang terlihat jorok karena sampah.
Sebagian lagi, keberadaan antara trotoar dengan teras ruko yang berada di pinggir jalan protokol tidak jelas. Karena banyak juga pemilik ruko yang kemudian memanfaatkan trotoar ini menjadi tempat pajangan barang dagangannya. Nyaris tidak bisa lagi dilintasi pejalan kaki.
Kondisi itu bisa dilihat di seputaran kawasan Peunayong, yang menjadi pusat kota di Banda Aceh. Padahal daerah ini banyak dikunjungi para turis, tapi sayangnya kondisi trotoarnya cukup memprihatinkan. Para pejalan kaki harus mengalah, turun dari trotoar berjalan di aspal, ketika terhalang mobil yang parkir, atau karena ada kios pedagang di atas trotoar.
Namun kenyataannya, kondisi trotoar di kota Banda Aceh masih kalah jauh dibandingkan dengan kota besar lainnya, dimana kondisi trotoar ada yang sudah retak dimakan usia, dan banyak disalah gunakan oleh masyarakat setempat, misalnya digunakan untuk tempat istirahat kendaraan mereka, tempat berjualan, dan lain sebagainya.
Hadi, laki-laki paruh baya pendatang dari kota Langsa, mengeluh ketika berjalan di atas trotoar. Katanya, saat berjalan di trotoar, dia terhalang dengan kendaraan yang parkir di atas trotoar.
“Saya merasa was-was saat hendak melintasi trotoar yang berada sekitar jalan raya ini, karena ada mobil yang mendahului parkir di sana. Jadi saya harus turun ke badan jalan dan mencari celah di tengah terik matahari, untuk melanjutkan perjalanan menyusuri Kota Banda Aceh. Kondisi ini sangat membahayakan para pejalan kaki seperti saya,” tuturnya.
Di beberapa lokasi, memang terlihat juga trotoar yang sudah rusak. Seperti terlihat di Jalan T.Moh Daud Beureueh, sehingga pejalan kaki harus turun ke badan jalan untuk menghindari trotoar yang sudah rusak. Sedangkan di Jalan Chairil Anwar, Penayong, banyak kios-kios berjejer dan menjadi lokasi parkir kendaraan.
Hanya ada beberapa trotoar yang tampak bersih dan nyaman bagi pejalan kaki. Trotoar itu terlihat rapi dan bersih, berada depam Makodam Iskandar Muda, depan Sat Brimob Polda Aceh dan di sepanjang jembatan menuju Simpang Lima, tepatnya di depan Asrama TNI.
Kepala Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) Kota Banda Aceh melalui Kasubbag Umum, Iwan, mengatakan kepada Waspadaaceh.com, awal Februari 2021, sebenarnya pemerintah bagian penataan kota sudah berusaha mengatur dan menyediakan trotoar bagi pejalan kaki. Namun, kata dia, yang terjadi malah sebaliknya ada pula masyarakat yang melanggar ketentuan tersebut.
“Kami dari PUPR kota Banda Aceh, sudah berusaha menyediakan trotoar untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki dalam beraktivitas. Kenyataannya ada pula yang melanggar aturan, salah satunya parkir sembarangan di atas trotoar. Padahal untuk area parkir telah disediakan. Maka dari itu kesadaran masyarakat sangat diperlukan,” kata Iwan. (Fanz)