Abu Razak bukan hanya seorang pejuang, tetapi juga tokoh penting dalam merawat perdamaian, dunia politik dan juga di dunia olahraga.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Kabar duka menyelimuti warga Aceh. Sang pejuang Aceh telah kembali kepada penciptanya, Allah SWT.
Kamaruddin Abu Bakar atau yang akrab disapa Abu Razak, telah berpulang ke rahmatullah di tanah suci Makkah, Rabu (19/3/2025) sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
Abu Razak meninggal di Makkah, saat sedang menjalankan Ibadah Umrah. Abu Razak sudah berada di Arab Saudi sejak 3 Maret dan direncanakan kembali ke Aceh pada 3 April mendatang.
Sosok yang dikenal sebagai mantan Panglima GAM Wilayah Pidie, tokoh politik, dan Ketua KONI Aceh ini meninggalkan jejak panjang dalam perjuangan dan pembangunan di Aceh.
Abu Razak bukan hanya seorang pejuang dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM), tetapi juga tokoh penting dalam merawat perdamaian, dunia politik dan juga di dunia olahraga.
Ketika menjabat sebagai Komandan Operasi GAM Komando Pusat di Tiro, ia menjadi salah satu figur kunci dalam perjuangan Aceh sebelum perdamaian. Setelah perjanjian damai, ia terlibat dalam membentuk dan membesarkan Partai Aceh bersama Muzakir Manaf (Mualem). Di partai lokal ini, Abu Razak menduduki posisi penting sebagai Sekretaris Jenderal.
Bisa disebut Abu Razak adalah tokoh penting dan selalu mendampingi Mualem dalam situasi dan kondisi apapun. Dia juga berperan penting dalam mendukung Mualem mencapai tahta tertinggi atau mengantarkan Muzakir Manaf menduduki kursi no 1 di Aceh.
Di bidang olahraga, kepemimpinannya sebagai Ketua KONI Aceh juga mencatat sejarah baru. Abu Razak mampu membawa Aceh ke posisi enam besar dalam prestasi olahraga nasional. Posisi ini sebuah capaian prestasi yang gemilang, yang sebelumnya sulit diraih.
Di kalangan kerabat, sejawat dan teman-temannya, banyak yang mengenang Abu Razak sebagai sosok yang ramah, terbuka, dan mudah diajak bicara.
Bahkan mantan Wali Kota Sabang, Munawar Liza Zainal, dalam catatannya menyebut Abu Razak sebagai seorang yang tidak pernah menutup pintu silaturahmi.
“Abu Razak selalu ramah kalau bertemu dengan siapa saja. Mudah diakses dan tidak pernah menutup pintu silaturahmi,” tulisnya.
Kedekatannya dengan berbagai kalangan membuat kepergiannya terasa begitu dalam. Bukan hanya keluarga dan rekan seperjuangan yang berduka, tetapi juga masyarakat Aceh yang pernah berinteraksi dengannya.
Kepergian Abu Razak di bulan suci Ramadhan, dan di tanah suci, menjadi tanda kehormatan. Semoga Allah menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya, bersama para syuhada. Aamiin. (*)