Indra Makmu (Waspada Aceh) – Tim dari Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PKSPL-LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) masih melakukan observasi, menyasar dugaan bau busuk, di kawasan lingkar Tambang Migas Blok A, Aceh Timur.
“Kita menggunakan alat deteksi kualitas udara yang handal, dengan teknik analisis seluruhnya mengacu pada metode sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI),” kata Yeremiah R.Tjamin, salah seorang anggota Tim Observasi kepada Waspada, Kamis (22/5/2019).
Yeremiah mengklaim, alat manual tersebut lebih akurat dari peralatan deteksi udara portable dan Flowmeter nya juga telah dikalibrasi oleh lembaga terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). Bahkan, Yeremiah juga mengklaim alat yang digunakan tim IPB tersebut mampu menangkap lima jenis gas sekaligus dengan daya deteksi mencapai 0,003 ppm.
“Sedangkan alat ukur portable hanya mampu ‘mencium’ kandungan gas tertentu dengan limit di atas 1 ppm. Artinya, alat yang kita gunakan bukan saja mampu menganalisis gangguan kesehatan, tapi juga gangguan kenyamanan,” urai Yeremiah.
Ketua Tim Observasi, Khairuzzaman, menambahkan, walau kehandalan dan akurasinya lebih baik dari alat portable, namun hasil penelitian tidak bisa diketahui langsung di lapangan. Sampel udara yang diambil mesti diteliti dulu lebih lanjut secara menyeluruh di laboratorium.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah warga desa lingkar tambang migas Blok A, terutama di kawasan Central Processing Plant (CPP) Blang Nisam, Kec. Indra Makmu, resah karena berulang kali mencium bau busuk yang diduga H2S atau gas beracun Hidrogen Sulfida.
Sebagian warga mengeluh sesak dan mual-muntah bahkan ada yang terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Menyusul protes masyarakat, PT Medco E&P Malaka selaku pengelola Blok A kemudian mendatangkan Tim Observasi Kadar Udara dari ITB untuk memastikan sumber bau sekaligus mencari formulasi yang tepat untuk penanganan lebih lanjut.(b19/J).