Sigantang Sira dikoneksikan dengan objek wisata lain terdekat, seperti Benteng Kerajaan Trumon, komplek Raja-Raja Trumon, Conservation Response Unit (CRU) Trumon, dan wisata Pulo Dua di Bakongan.
Kabupaten Aceh Selatan tidak hanya memiliki keindahan pantai dan lautnya, namun juga keindahan panorama yang berada di dataran tingginya.
Salah satu objek wisata terbaru yang sedang ramai diperbincangkan di Aceh Selatan, yaitu Puncak Sigantang Sira. Objek wisata ini berlokasi Desa Gunung Kapo, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan. Karena berada di dataran tinggi, lokasi objek wisata ini memang agak tersembunyi.
Kawasan wisata ini memiliki konsep agrowisata, ekowisata dan eduwisata (Agroekoeduwisata) yang dikembangkan secara swadaya oleh pengusaha wisata bernama Tgk. Abrar Muda. Praktisi wisata ini bertekad untuk menciptakan objek wisata baru yang mampu mendorong kemajuan ekonomi masyarakat di Kabupaten Aceh Selatan dari sektor pariwisata.
Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung perlu menempuh perjalanan sekitar 2-3 jam dari ibukota Aceh Selatan, yakni Tapaktuan. Objek wisata ini berada di kawasan jalan nasional Tapaktuan – Medan.
Dari puncak Sigantang Sira, pengunjung dapat menyaksikan panorama alam dari ketinggian 225 Mdpl. Tampak hamparan hutan dan perkebunan kelapa sawit, laksana permadani hijau yang berpadu apik dengan birunya lautan Samudera Hindia.
Pengunjung juga dapat melihat jejeran Bukit Barisan, juga hamparan pantai dengan pasir putih yang berlekuk-lekuk dengan polesan bibir pantainya seakan membentuk “love”. Dari sisi sebelah sini pula keindahan panorama semakin lengkap dengan keberadaan Pulau Dua yang begitu memesona.
Meski ruas jalan untuk mencapai puncak Sigantang Sira belum beraspal, namun objek wisata alam tersebut nyaris tidak pernah sepi. Masyarakat sekitar, termasuk dari luar Kabupaten Aceh Selatan, khususnya pada sore hari, meramaikan lokasi wisata ini.
Di lokasi itu juga disediakan tempat duduk dan pondok-pondok tempat bersantai sambil menikmati sejuknya hawa pegunungan. Hembusan angin sepoi-sepoi, semakin memanjakan pengunjung, sambil menikmati pemandangan alam yang begitu memesona.
Tampak para pengunjung memanfaatkan momen tersebut untuk mengabadikan keberadaan mereka dengan latar belakang pemandangan alam dari puncak Sigantang Sira.
Di lokasi itu juga tersedia warung bagi yang ingin menikmati pemandangan sambil menikmati air kelapa, menyeruput kopi atau minuman ringan lainnya.
Sigantang Sira Spot Camping Strategis
Tempat ini juga merupakan salah satu lokasi paling strategis untuk berkemah. Pengalaman paling dinanti wisatawan saat berada di puncak ini adalah dengan menyaksikan matahari terbit dan tenggelam.
Baru-baru ini jurnalis Waspadaaceh.com ikut berkemah bersama Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) yang juga diikuti oleh mahasiswa dari beberapa universitas di Aceh, yang digelar selama dua hari, mulai tanggal 10 – 12 September 2021.
Pendiri Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh, Fendra Tryshanie mengatakan, kemah jurnalistik lingkungan itu memang sudah menjadi agenda rutin FJL Aceh. Tujuannya untuk membangun interest generasi muda terkhusus mahasiswa agar lebih tertarik menulis atau diskusi tentang isu lingkungan.
Kata dia, Sigantang Sira di Aceh Selatan, objek wisata berbasis lingkungan dan lokasinya sangat cocok untuk kemah konservasi. Sigantang Sira dikelilingi kawasan hutan, dan pengunjung bisa menikmati indahnya lautan Samudra Hindia, sekaligus juga bisa melihat perkampungan warga di wilayah Kecamatan Trumon.
“Kita gelar di Sigantang Sira, Aceh Selatan, karena destinasi wisata ini berbasis lingkungan dan lokasinya sangat cocok untuk kegiatan kemah jurnalistik. Konsep yang dibangun juga sangat pro-lingkungan,” tuturnya.
Sejarah Sigantang Sira
Penamaan lokasi ini dengan sebutan Sigantang Sira tidak terlepas dari jejak sejarahnya. Tgk. Abrar Muda, putra asli Trumon ini menjelaskan, kaki Gunung Kapo tersebut sebelumnya diberi nama “Pintu Angen”.
Para pedagang garam dari pesisir, dahulunya melewati jalur ini dengan membawa garam dalam sebuah wadah sebagai alat ukur yang disebut “gantang”. Sedangkan kata “sira” berarti garam. Sigantang sira, artinya satu gantang garam.
Zaman dahulu di kawasan tersebut sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai penambang garam. Membuat garam menjadi pekerjaan secara turun temurun masyarakat ketika itu. Pada saat itu penambang garam selalu membawa sigantang sebagai alat ukur ketika membarter garam dengan kebutuhan pokok lainnya. Biasanya penambang garam akan membarter produknya dengan beras, kopi, gula dan lainnya. Karena itu para penambang harus selalu membawa sigantang.
“Di sini dulunya merupakan jalan tembus/jalan tikus yang disebut berada di kaki Gunong Pintoe Angen. Nenek kami dan pedagang lainnya berniaga membawa garam melalui jalur ini menuju pasar Kuala Keupeng, di mana mereka membawa garam dalam sebuah gantang. Gantang terbuat dari anyaman batang pandan. Dulu belum ada timbangan dan belum ada uang, jadi takarannya dengan membawa sigantang, dan garam itu dibarter dengan kebutuhan pokok lainnya,” tuturnya.
Sehingga penamaan sigantang sira tersebut, tambahnya, agar tidak menghilangkan jejak sejarah pendahulu terutama untuk nama jalan yang dilalui oleh para pedagang.
Ingin Tingkatkan Ekonomi Daerah
Tgk Abrar Muda mengatakan, dengan keberadaan lokasi wisata itu, dia berharap bisa meningkatkan ekonomi daerah dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di Aceh Selatan. Selain membuka lapangan kerja juga menjadi ingin adanya pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh Selatan.
Pihaknya akan terus membenahi dan membangun berbagai infrastruktur di objek wisata baru itu, tahap demi tahap. Kata Tgk Abrar Muda, dia bertekad dalam lima tahun ini akan tuntas dikerjakan. Namun demikian tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak.
Fasilitas yang ditawarkan nantinya antara lain, di kawasan itu terdapat tiga tingkatan di mana setiap tingkatan memiliki nama masing-masing, mulai dari kawasan Pintoe Angen, Alue Jalue dan Puncak Sigantang Sira. Dia menjelaskan, fasilitas yang diperlukan di antaranya area parkir, dengan ikon monumen Pintoe Angen.
Puncak Sigantang Sira memiliki masjid, dirancang dengan desain yang terinspirasi dari kapal Nabi Nuh. Hal itu, tambahnya, juga menjadi ikon yang unik di kawasan tersebut.
Selain itu, terdapat vila yang dirancang dengan arsitektur Rumoh Aceh, taman bermain, sarana outbond. Juga tersedia restoran, kolam renang, dan fasilitas lainnya.
Sigantang Sira berkonsep agroekoeduwisata, yakni daerah wisata berbasis aktivitas pertanian, pelestarian lingkungan dan menjadi kawasan riset untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan teknologi serta inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Kita juga merancang objek wisata Sigantang Sira ini sebagai kawasan percontohan dan pengembangan riset serta teknologi melalui kerja sama dengan Politeknik Aceh Selatan,” ucap Abrar Muda.
Konsep kedepan, Abrar Muda menjelaskan pengembangan dataran tinggi Sigantang Sira dikoneksikan dengan objek wisata lainnya yang terdekat, seperti Benteng Kerajaan Trumon, komplek Raja-Raja Trumon, Conservation Response Unit (CRU) Trumon, dan wisata Pulo Dua di Bakongan.
“Kawasan Trumon ini memiliki sejarah panjang bagi Aceh dan Indonesia. Sebab di sini pernah ada kerajaan besar yang memiliki mata uang sendiri. Jadi akan dikembangkan wisata alam yang indah dengan sejarah Trumon sebagai daerah bekas kerajaan,” ujarnya.
Sigangang Sira Terpopuler API Award 2021
Baru-baru ini, objek wisata Sigantang Sira masuk dalam daftar nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) Award tahun 2021 dalam kategori dataran tinggi terpopuler. Untuk mendukung destinasi ini, maka bisa dengan cara ketik API 10 H, lalu kirim ke 99386.
Bupati Aceh Selatan Tgk Amran mengatakan, tahun ini ada dua destinasi asal kabupaten tersebut yang masuk dalam nominasi API. Yaitu Puncak Sigantang Sira dan Anjungan Tapak Tuan Tapa. Kata Amran, Pemkab Aceh Selatan menargetkan agar kedua destinasi itu meraih juara.
Bupati menambahkan, dengan masuknya objek wisata Sigantang Sira di API Award 2021, salah satu bukti bahwa objek wisata ini memiliki nilai lebih dan mampu bersaing dengan objek-objek wisata lainnya di Indonesia.
“Dengan dukungan maksimal yang berikan secara bersama-sama mudah-mudahan Sigantang Sira terpilih meraih gelar juara di kategori yang diperlombakan,” tutur Amran.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Selatan Amiruddin, mendukung dan mengapresiasi kerja keras pengelola Sigantang Sira atas keberanian dan keseriusannya untuk mengembangkan potensi wisata di Aceh Selatan.
“Kami mewakili masyarakat Trumon umumnya Aceh Selatan sangat mendukung dan sangat bangga kepada Tgk Muda, satu-satunya putra Aceh Selatan yang berani menginvestasikan di sektor pengembangan destinasi wisata ini,” ujarnya kepada Waspadaa.com saat menikmati keindahan panorama Puncak Sigantang Sira, Sabtu (12/9/2021).
Targetkan Aceh Juara Umum API Award 2021
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, menargetkan Aceh menjadi juara umum pada ajang Anugerah Persona Indonesia (API) Award 2021.
Sebagai mana diketahui, beberapa objek wisata di Aceh telah berusaha membenahi fasilitasnya untuk bisa masuk sebagai nominator dalam API Award 2021, termasuk Sigantang Sira (kategori Dataran Tinggi), Anjungan Tapak Tuan Tapa (Destinati Kreatif), Kopi Seladang, Bener Meriah (Destinasi Unik), Air Terjun Silelangit, Subulussalam (Destinasi Baru), Gua Sarang, Sabang (Surga Tersembunyi) dan objek wisata lainnya.
Untuk mencapai juara umum, kata Jamaluddin, maka Pemerintah Aceh bersama pemerintah daerah harus bekerja maksimal melakukan promosi untuk mendapatkan dukungan masyarakat.
Disbudpar Aceh telah melakukan upaya dalam mempromosikan dan juga membuat inovasi berupa barcode (kode batang). Dengan adanya inovasi barcode ini, kata Jamaluddin, bisa memudahkan masyarakat untuk lebih maksimal dan efektif dalam memberikan voting (pemungutan suara) melalui handphonenya masing-masing.
Pemungutan suara juga dapat dilakukan melalui akun instagram @ayojelajahindonesia dengan cara like pada postingan yang akan divoting. Kemudian sms dengan cara ketik kode nominasi dan kirim ke 99386, kemudian like video youtube di chanel @apiawards. (Adv)