Banda Aceh (Waspada Aceh) – Masalah pengemis di Aceh menjadi salah satu perhatian serius Pemerintah Aceh. Untuk mencari solusi komprehensif dan strategis, Dinas Sosial Aceh menggandeng Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry.
Kedua pihak sepakat untuk berkolaborasi dalam penelitian, pemetaan, pendampingan, evaluasi, dan integrasi para pengemis.
Hal ini disampaikan dalam pertemuan silaturrahmi dan koordinasi yang digelar di aula Dinsos Aceh pada Kamis, (11/1/2024).
Pertemuan ini dipimpin oleh Kepala Dinas Sosial Aceh, Dr. Muslem Yacob, dan dihadiri oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Kusumawati, serta pejabat dan dosen dari kedua institusi.
Dr. Muslem Yacob mengatakan, fenomena pengemis di Aceh sangat mengganggu, baik dari sisi sosial maupun pariwisata. Ia menduga ada jaringan atau makelar di balik maraknya pengemis. Ia berharap, dengan melibatkan akademisi dari UIN Ar-Raniry, bisa ditemukan akar masalah dan strategi penanganan yang efektif.
“Kita perlu kajian mendalam, dan yang mengerti langkah serta kiat-kiatnya dari Bapak/Ibu akademisi di UIN. Kita juga perlu program kolaborasi lebih lanjut, agar penanganan pengemis tidak parsial, tapi komprehensif dan berkelanjutan,” jelas Dr. Muslem.
Prof. Dr. Kusmawati menyambut baik usulan kerjasama tersebut. Ia menawarkan lima program utama untuk menanggulangi masalah pengemis, yaitu penelitian, pemetaan sosial, pendampingan, evaluasi, dan integrasi. Ia menjelaskan, program-program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, merubah mindset, dan mengintegrasikan para pengemis ke dalam masyarakat.
“Kalau pengemis itu tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya maka akan terulang kembali, oleh karena itu perlu didampingi melalui program ini. Kita juga perlu melokalisasi mereka, agar mudah dibina. Kemudian kita evaluasi dan integrasikan dengan tetap didampingi oleh SDM dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi,” papar Prof. Kusmawati.
Ia menambahkan, program ini membutuhkan sinergi antara sumber daya, program, dan keuangan dari Dinsos Aceh dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry. Ia optimis, program ini bisa menjadi terobosan baru dalam menangani masalah sosial di Aceh.
“Kalau kita masih menggunakan metode lama bantuan sosial seperti dulu, tidak akan efektif merubah kebiasaan mereka. Karena bagi mereka uang yang diberikan Pemerintah sangat kecil dibandingkan pendapatan dari hasil mengemisnya. Kita perlu pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan,” tegas Prof. Kusmawati. (*)