“Pada dasarnya mata pelajaran seni budaya lebih mengandalkan praktikum, begitu pun siswa perlu memiliki wawasan secara teori tentang kesenian dan kebudayaan”
— Dek Putri Nurfajri Guru SMAN 1 Krueng Barona Jaya —
Pendidikan seni dan budaya tak hanya menjadi komponen penting untuk menciptakan generasi muda yang kreatif, tetapi juga untuk menumbuhkan kebanggaan siswa terhadap budaya lokal.
Melalui seni budaya, siswa juga diajak mengembangkan jiwa kreatifitas, kepekaan serta mampu berkreasi dalam lingkungan dan kondisi tertentu. Keahlian itu sebagai bekal siswa pada saat berperan langsung dalam kehidupan bermasyarakat.
Fasilitas belajar yang lengkap dipadukan dengan metode yang efektif, dapat membantu meningkatkan motivasi belajar siswa. Seperti yang diterapkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Krueng Barona Jaya.
SMAN 1 Krueng Barona Jaya berada di Desa Meunasah Manyang, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar. Para siswa dilatih berbagai keterampilan hingga menghasilkan banyak karya. Sekolah ini juga memiliki segudang prestasi hasil karya seni budaya siswa.
Belajar Kasab Aceh
Jurnalis Waspadaaceh.com berkunjung ke sekolah ini, Sabtu (15/10/20220), dan bertemu Dek Putri Nurfajri,29, guru mata pelajaran Seni Budaya. Saat ditemui wartawan dia sedang berada di ruangan kelas XII MIA. Kebetulan hari itu merupakan jadwal Ujian Tengah Semester (UTS). Suasana kelas begitu hening, siswa yang berjumlah 20 orang ini sedang fokus menjawab beberapa pertanyaan mengenai wawasan Seni Budaya.
“Pada dasarnya mata pelajaran seni budaya lebih mengandalkan praktikum, begitu pun siswa perlu memiliki wawasan secara teori tentang kesenian dan kebudayaan,” tutur Putri kepada Waspadaaceh.com.
Usai menjawab soal UTS, para siswa melanjutkan tugas membuat karya sulamannya. Salah satu siswa, Egi Safitri, tampak tangannya begitu lincah memainkan jarum untuk merekatkan payet berwarna kuning keemasan ke kain beludru. Manik-manik itu disusun mengikuti pola atau bentuk yang telah digambar sebelumnya sesuai dengan motif khas Aceh.
Kasab merupakan kerajinan sulaman tangan yang menghiasi kain beludru. Disulam dengan benang emas atau manik-manik emas dengan pola motif khas Aceh seperti Bungong Jeumpa, Bungong Pucok Reubong dll.
Kain kasab itu kerap dipakai sebagai penghias dalam acara adat, budaya dan acara keagamaan di Aceh. Seperti sebagai penghias pelaminan, suvenir, dll. Putri juga mengatakan hasil karya siswa itu nantinya akan dikombinasikan menjadi lapisan penghias dalong, sebuah tempat yang digunakan untuk menaruh berbagai makanan untuk dibawa pada acara adat, budaya dan acara keagamaan.
“Hasil karya ini nantinya kita jadikan lapisan dalong. Apalagi dalam waktu dekat kita akan gelar peringatan maulid,” tuturnya.
Putri yang juga alumni Prodi Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik (Sendratasik) FKIP USK mengatakan, proses pembuatan kasab yang patutnya dipelajari dan dilestarikan tidak sekedar menggali nilai budaya. Tetapi juga nilai ekonomis sehingga mampu memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat terutama bagi pengrajin.
Menurutnya, para siswa sebagai generasi penerus bangsa ini perlu mengetahui proses pembuatan kerajinan Aceh. Jika sebelumnya hanya melihat saja, kini siswa juga perlu tahu cara membuatnya.
“Membuatnya dengan penuh ketelitian, kesabaran dan keahlian sehingga mereka dapat menghargai dan menjaga kerajinan kasab Aceh sebagai karakter identitas budaya dan aset kekayaan berharga bagi masyarakat Aceh,” jelasnya.
Apresiasi Karya Siswa
Lonceng berbunyi, pertanda beralihnya mata pelajaran. Putri mengajak jurnalis Waspadaaceh.com, berkunjung ke beberapa kelas untuk melihat berbagai hasil karya kreatif para siswa di SMAN 1 Krueng Barona Jaya itu.
“Mendesain ruang kelas yang kreatif, serta apresiasi karya mereka dengan memajang karya tersebut di setiap ruang kelas,” tuturnya.
Pada setiap kelas tampak begitu meriah dengan berbagai jenis karya siswa. Ada lukisan berbahan kaca, daur ulang sampah plastik menjadi aksesoris ruangan. Produk kerajinan ini tampak sangat estetik, kipas raksasa berbahan kasab Aceh, lukisan di atas caping atau topi yang terbuat dari anyaman bambu, dan juga kerajinan berbahan sabut kelapa.
Laboratorium Seni Budaya dan Perfilman
Sekolah ini juga memiliki laboratorium Seni Budaya dan Perfilman (SBF). Jurnalis Waspadaaceh.com juga diberi kesempatan untuk melihat keberadaan laboratorium tersebut yang berisi panggung/pentas, sound system, studio rekaman, tata cahaya, dan peralatan rekaman. Sound system, tata cahaya dan ruangan didesain laksana bioskop atau pentas profesional. Laboratorium juga dilengkapi dengan fasilitas keamanan memadai serta bangku penonton.
Dek Putri Nurfajri yang juga sebagai Kepala Laboratorium SBF mengatakan, keberadaan laboratorium ini untuk melatih bakat dan mental siswa, sehingga juga siswa berani untuk tampil dengan percaya diri disaksikan oleh teman-temannya.
“Secara tidak sadar kepercayaan diri mereka dilatih, sehingga kedepannya kita jadi lebih percaya diri apabila kita mau berkomunikasi dengan orang lain dan sebagainya,” jelasnya. (Adv)