Aceh Tengah (Waspada Aceh) – Suasana meriah tampak di sungai Desa Buntul, Linge, Aceh Tengah, pada Minggu (14/7/2024).
Puluhan anak-anak desa dengan semangat membalik batu-batu di sungai yang dangkal, mencari ikan kepras atau ikan seren.
Mereka menyelempang tas kecil dari anyaman daun pandan untuk menampung hasil tangkapan.
Aktivitas ini merupakan bagian dari lomba “Ngelok” dalam rangkaian Festival Negeri Linge 2024. Desa Buntul Linge, desa tertua bagi suku Gayo dan pusat kerajaan Linge sejak abad ke-16, festival perdana ini bertujuan memperkenalkan budaya dan sejarah Linge.
Sebanyak 13 kelompok, masing-masing terdiri dari tiga anak, berkompetisi menemukan ikan kepras dengan tangan mereka.
Sofia, seorang warga Linge, menjelaskan bahwa Ngelok adalah cara tradisional menangkap ikan di sungai saat air sedang dangkal, di mana ikan kepras kerap bersembunyi di bawah batu.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi nostalgia bagi generasi tua, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda, seperti keahlian menangkap ikan dengan cara sederhana.
Tingkah lucu anak-anak dan gelak tawa penonton menambah semarak di sepanjang sungai.
Sorak sorai terdengar saat salah satu dari mereka berhasil menangkap ikan. “Yee demu!” seru anak-anak dalam bahasa Gayo, yang berarti “yey ada.”
Nadib dan dua temannya, Julian dan Caya, berhasil menangkap 11 ekor ikan dan menjadi juara.
“Kami sering bermain Ngelok di sungai ini kalau sore, siapa dapat ikan yang paling banyak dia menang, jadi hasilnya bawa pulang,” kata Nadib.
Meskipun tanpa akses internet, kehidupan di Desa Linge tetap dipenuhi kearifan lokal dan permainan tradisional yang dilestarikan turun-temurun. Permainan seperti Ngelok menjadi simbol kebahagiaan sederhana dan ikatan kuat antara anak-anak dan alam sekitar. (*)