Banda Aceh (Waspada Aceh) – Minggu dini hari (2/4/2023), mobil dinas berplat BL 1 A terlihat keluar dari rumah dinas wali kota kawasan Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Tepat pukul 04.00 WIB, pagi itu, mobil yang membawa Pj Wali Kota Banda Aceh Bakri Siddiq meluncur ke arah pusat kota.
Didampingi beberapa staf, Bakri Siddiq terlihat singgah sejenak di Simpang Surabaya. Di keheningan malam itu, Bakri Siddiq memborong sejumlah makanan untuk santap sahur.
Apakah sahur untuk keluarganya? Ternyata bukan. Bakri Siddiq membawa makanan itu untuk disantap bersama warga di sebuah rumah warga biasa di kawasan Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
Ibnu Abbas, 42, beserta keluarganya menunggu di rumah yang berdinding papan. Dia baru saja diberitahu Camat Syiah Kuala TM Syukri, ada tamu dari Pemko Banda Aceh yang akan sahur di rumahnya. Namun sang camat tidak menyebut tamu tersebut adalah Pj Wali Kota Banda Aceh Bakri Siddiq.
Dengan kondisi seadanya, tikar lusuh terlihat dibentangkan untuk menyambut kehadiran tamu dimaksud. Dia pun hanya bisa menyediakan air putih. Ibnu Abbas dan keluarga masih menerka-nerka siapa gerangan tamu yang akan datang.
Sesaat kemudian, seorang pria berkaca mata turun dari mobil dinas plat BL 1 A dan menyapa Ibnu. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” suara berat serak terdengar di depan pintu, tak lama kemudian.
“Nyo Pak Pj Wali Kota Banda Aceh ka troh meupajoh bu saho bak rumoh Pak Ibnu (Ini Pak Pj Wali Kota Banda Aceh sudah sampai ingin makan sahur bersama di rumah Pak Ibnu),” ucap Camat TM Syukri memperkenalkan sosok yang tiba.
Diburu waktu imsak, Bakri Siddiq langsung mengajak tuan rumah untuk menyantap sahur bersama. “Ayo kita makan sahur dulu sambil ngobrol-ngobrol. Ini saya sudah bawa makanannya.” ujarnya.
Raut muka Bakri Siddiq mendadak sendu saat melihat langsung kondisi rumah warganya itu. Selain berdinding kayu dan atap seng seadanya, fasilitas MCK pun tak tersedia. Ia juga terkejut tatkala tahu pria yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan itu belum tersentuh bantuan dari pemerintah.
“Pak Camat, tolong diprioritaskan pembangunan rumah Pak Ibnu ini, segera. Nanti coba dikaji apa bisa dari Baitul Mal, Dinas Perkim, atau sumber anggaran lain,” pinta Bakri Siddiq kepada camat. “Siap pak akan kita laksanakan,” jawab yang diberi instruksi.
Selanjutnya, pembicaraan antara pemimpin dan rakyatnya itu berlangsung penuh keakraban, tanpa ada sekat.
“Pak Ibnu apa ada keluhan selama ini?” tanya Bakri. “Alhamdulillah tidak ada pak. Bapak sudi datang dan melihat rumah kami saja, kami sudah sangat bahagia dan bersyukur,” jawab Ibnu.
“Saya salut kepada Pak Ibnu dan keluarga. Di tengah kondisi yang serba kekurangan, tetap tabah menjalani hidup. Semoga Ramadan ini akan membawa berkah bagi kita semua,” ujar Bakri.
Sayup-sayup, suara sirene tanda masuknya waktu imsak, terdengar di desa pesisir tersebut. Sebelum meninggalkan lokasi, Bakri Siddiq turut menyerahkan bantuan paket sembako untuk keluarga Ibnu Abbas.
Beberapa lembar uang lima puluh ribu juga diserahkan kepada tiga anak-anaknya. “Ini untuk jajan sekolah ya. Belajar yang rajin agar kelak bisa mengangkat derajat keluarga,”pesan Bakri Siddiq.
“Pak Ibnu, saya izin pamit. Insya Allah kita akan bertemu lagi nanti di suasana yang lebih bahagia.” “Terima kasih banyak pak, doa terbaik dari kami untuk bapak dan keluarga,” ujar Ibnu Abbas sambil mengantar tamunya hingga ke depan rumah. (*)