Jakarta – Situasi di Prancis masih memanas, paska penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad SAW oleh sebuah majalah satire Charlie Hebdo, yang terbit di Paris, Prancis, ditambah kasus pembunuhan dan komentar kontroversial Presiden Prancis, Emmanuel Marcon, baru-baru ini.
Dipicu penerbitan karikatur Nabi Muhammad itu, kemudian terjadi pemenggalan terhadap seorang guru, Samuel Paty, 47, yang diketahui menjadikan karikatur Nabi Muhammad sebagai bahan diskusi dengan para murdnya. Pelaku penyerangan itu, seorang Muslim bernama Abdoullakh Abouyezidovitch, 18.
Kasus itu kemudian meningkatkan ketegangan dan sentiment anti-Islam (Islamofobia). Pada Minggu (18/10/2020), terjadi penyerangan rasis terhadap dua petempuan Muslim. Kedua wanita muslimah ini ditusuk berulangkali oleh dua perempuan kulit putih, persis di bawah menara Eiffel, Paris. Insiden ini terjadi hanya dua hari setelah pembunuhan terhadap guru Samuel Paty.
Menurut laporan media, kedua wanita kulit putih itu memanggil korbannya dengan sebutan “Arab kotor,” kemudian keduanya menyerang wanita muslimah tersebut. Polisi Prancis telah menangkap kedua tersangka atas tuduhan dugaan serangan rasis.
Seorang korban ditikam enam kali dan menderita tusukan pada paru-paru sedangkan korban lainnya harus menjalani operasi pada bagian tangannya.
Dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (3/11/2020), teror tersebut terjadi di tengah meningkatnya retorika anti-Islam di Prancis menyusul pernyataan kontroversial Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Kemudian pada 29 Oktober pagi, penyerangan terjadi di Gereja Notredame Basilica di Nice yang menyebabkan tiga orang tewas dan satu di antaranya dipenggal oleh pelaku.
Selanjutnya penyerangan terbaru terjadi di kota Lyon, di mana seorang pendeta Kristen Ortodoks Yunani, Nikolaos Kakavelaki, 52, mengalami luka-luka setelah ditembak penyerang misterius. Dia diserang saat sedang menutup gerejanya pada Sabtu (31/10/2020).
Namun sayangnya, media-media barat lebih fokus pada penyerangan yang dilakukan oleh apa yang mereka sebut ekstrimis Islam, tapi melupakan penyerangan dan teror rasis menimpa kaum Muslim di Prancis.
Kasus terbaru, sebuah masjid di Prancis Utara, bahkan menghadapi serangan atau terror kepala babi. Kepala babi yang diharamkan menurut hukum Islam, ditemukan di Masjid Agung di Kota Compiegene, Oise, Prancis, pada Senin kemarin (2/11/2020).
Dalam sebuah pernyataan, kelompok payung Turki-Muslim DITIB di Compiegne mengatakan, kepala babi itu ditemukan ketika terjadi pekerjaan restorasi di masjid tersebut. Pengelola masjid mengajukan pengaduan dan mengutuk teror tersebut.
Dewan Kepercayaan Muslim Prancis juga mengeluarkan kecaman atas insiden tersebut. Mereka menyatakan solidaritas dengan manajemen masjid dan komunitas.
Presiden Macron mengklaim Islam sebagai “agama dalam krisis” dan membela penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad SAW yang mengarah pada kecaman internasional. Kini aksi protes, dan seruan untuk memboikot produk buatan Prancis sudah dimulai di seluruh dunia, terutama di negara-negara mayoritas berpenduduk Muslim. (**)