Senin, Agustus 18, 2025
spot_img
BerandaInfo SabangSelain Keindahan Panorama, Jangan Lupa Cicipi Salaknya Jika ke Sabang

Selain Keindahan Panorama, Jangan Lupa Cicipi Salaknya Jika ke Sabang

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Kota Sabang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata favorit, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara, berkat keindahan alam bawah lautnya serta statusnya sebagai titik 0 kilometer Indonesia.

Namun, Sabang tak hanya menawarkan panorama alam, kota ini juga memiliki kekayaan lain yang sayang untuk dilewatkan, yaitu buah salak khas Sabang.

Salak Sabang memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan salak dari daerah lain. Ukurannya kecil, teksturnya renyah, dan rasanya manis. Keunikan ini menjadikan salak Sabang sebagai salah satu buah unggulan daerah yang mulai banyak diminati wisatawan, meski belum begitu dikenal secara luas.

“Salaknya mungil-mungil. Walaupun kecil-kecil tapi enak. Dagingnya tidak terlalu tebal tapi renyah. Mirip seperti salak pondok, tapi ini lebih manis,” ujar Kida, salah satu wisatawan yang sempat mencicipi salak tersebut, akhir April 2025.

Ia menilai, salak Sabang sangat cocok dijadikan oleh-oleh khas bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Sabang.

Buah salak ini biasa dijajakan di sekitar Pelabuhan Balohan, berdampingan dengan produk kuliner khas Sabang lainnya. Harga jualnya pun cukup terjangkau, yakni berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram.

Salak Sabang telah mendapatkan pengakuan resmi sebagai varietas lokal berkualitas dari Kementerian Pertanian melalui sertifikat Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian sejak tahun 2022.

Mantan Pj Wali Kota Sabang yang juga Direktur Event Daerah Kemenparekraf RI, Reza Fahlevi, menyatakan, salak merupakan komoditi pertanian unggulan yang telah memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat.

“Yang perlu ke depan kita lakukan adalah bagaimana tetap menjaga kualitas dari salak Sabang ini, dan juga memperluas area tanah agar produksinya lebih banyak,” ujarnya.

Begitu pun Pj Wali Kota Sabang selanjutnya Andri Nourman, menjelaskan lahan penanaman salak Sabang masih terkonsentrasi di kawasan Balohan dengan luas sekitar 25 hektare dan dikelola oleh 35 petani aktif. Ribuan pohon salak dengan usia tanam 25–30 tahun tumbuh subur di kawasan tersebut. Namun, upaya perluasan terus dilakukan ke wilayah lain.

Pemerintah Kota Sabang akan terus mendorong pengembangan komoditi salak agar mampu menembus pasar luar daerah.

“Pengembangannya ke depan oleh Dinas Pertanian telah merencanakan beberapa areal tanam lainnya,” katanya kepada media beberapa waktu lalu. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER