Minggu, Mei 5, 2024
Google search engine
BerandaNasionalSafrina Salim, Perempuan Pertama Kepala BKKBN Aceh

Safrina Salim, Perempuan Pertama Kepala BKKBN Aceh

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Kembali ke tanah kelahirannya dan diamanahkan memimpin Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, suatu kado istimewa bagi perempuan kelahiran, Blangpidie, Aceh Barat Daya (dulu, Kabupaten Aceh Selatan, red), 16 Maret 1967.

Mantan Direktur Kesehatan Reproduksi BKKBN Pusat Safrina Salim SKM, MKes, dilantik oleh Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo di Jakarta pada September 2023.

Dan dikukuhkan oleh Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki di Pendopo Gubernur, Senin (11/9/2023) atau setelah 10 hari bertugas sebagai Kepala Perwakilan BKKBN Aceh.

Ibu tiga anak ini, memulai debut sebagai pegawai negeri sipil pada 1989. Ia bertugas di Balai Kesehatan Ibu dan Anak Langsa (saat itu, Langsa masih menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Timur).

Beberapa tahun kemudian, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh ke-12 ini, pindah tugas ke Puskesmas Langsa Barat sebagai bidan.

Pada 2004, Langsa dimekarkan dari Aceh Timur. Langsa berdiri sendiri dengan status pemerintah kota. Safrina Salim menjadi menjadi pegawai negeri sipil Dinas Kesehatan Kota Langsa.

Saat itu, ia menjabat Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat (Kesma) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Langsa. Empat tahun kemudian, Safrina dipromosikan menjadi Kepala Bidang Kesehatan Keluarga (Kesga) Dinas Kesehatan Kota Langsa. Karier Safrina terus melejit hingga akhirnya menjadi kepala dinas.

Pada 2013, Wali Kota Langsa Usman Abdullah melantik Safrina Salim sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A Dalduk dan KB).

Dan kemudian, pada Juli 2020, mengikuti penawaran terbukan di BKKBN Pusat dan lulus. Pada Agustus 2020, Safrina Salim dilantik sebagai Direktur Balnak (Balita dan Anak) BKKBN Pusat.

BACA: BKKBN Aceh Segera Tindak Lanjut MoU dengan 24 Faskes TNI

Safrina Salim menamatkan sekolah perawat kesehatan (SPK) di Meulaboh, Aceh Barat. Kemudian, melanjutkan ke D III Kebidanan di Banda Aceh. Lalu, kuliah S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan S2 di Universitas Sumatera Utara (USU).

Safrina mengatakan banyak persoalan kependudukan sedang dihadapi. Mulai kenakalan remaja, angka kematian ibu dan anak, pernikahan anak, angka perceraian, stunting dan kemiskinan ekstrem.

BKKBN tidak bisa bekerja sendiri, namun membutuhkan kerja bersama dengan kepala daerah, pemangku kepentingan, dan mitra kerja untuk bersinergi, koordinasi, dan berkolaborasi, menyelesaikan persoalan itu semua.

“Saya sangat berharap ke depannya, program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting di Aceh dapat mewujudkan keluarga berkualitas, sejahtera, dan harmonis. Serta BKKBN mempersiapkan sumber daya manusia Aceh yang unggul dan berdaya saing,” tuturnya.

Menurut Safrina, untuk mewujudkan program Aceh Hebat membutuhkan anak dan remaja yang sehat. Serta tumbuh kembang seimbang dan berkualitas serta berkarakter.

“Kami mengharapkan anak-anak Aceh terbebas dari stunting. sehingga sanggup bersaing dan bersanding di tingkat nasional maupun internasional,” kata Safrina Salim.

Safrina Salim, Perempuan Pertama Kepala BKKBN Aceh

Hari Pertama

Di hari pertamanya berkantor, ia melaksanakan rapat internal dengan ketua pokja. Hari kedua dan seterus, bersilaturrahim dan melakukan pertemuan khusus dengan kepala dinas, lembaga, perguruan tinggi, ketua PKK, dan Forum GenRe Aceh.

Tujuannya, menyampaikan arah kebijakan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting sesuai Keppres Nomor 72 Tahun 2021 tentang rencana aksi percepatan dan penurunan stunting.

Safrina menyebutkan sensus penduduk tahun 2020 diketahui jumlah remaja usia 10-24 tahun sudah mencapai sebesar 24 persen atau 67 juta jiwa dari total penduduk di Indonesia.

Terkait remaja, Safrina Salim menyebutkan, pada 2021, angka kelahiran remaja yang tergambar dalam angka rata-rata kesuburan usia spesifik (ASFR) pada perempuan berusia 15-19 tahun mencapai 20,49 per 1.000 wanita usia subur (WUS).

Akan tetapi, pada 2022, angka ASFR naik menjadi 26,64 per 1.000 WUS.

“Penyebab angka ASFR terus naik di antara karena akses informasi di media sosial yang semakin pesat dan kerap dijadikan sebagai wadah edukatif, informatif, serta inspiratif, dan tempat mencari hiburan yang mengarah pada unsur negatif,” paparnya. (*)

 

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER