Banda Aceh (Waspada Aceh) – Polemik pemindahan empat pulau dari Aceh Singkil ke Sumatera Utara memicu keprihatinan dari kalangan akademisi.
Guru Besar Sosiologi Universitas Syiah Kuala, Prof. Ahmad Humam Hamid, menilai persoalan ini tak bisa hanya dilihat dari sisi administratif.
Menurutnya, Singkil bukan sekadar wilayah geografis, tapi memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang sangat penting bagi Indonesia.
“Jika Indonesia sedang mencari akar, maka harus menoleh ke Singkil. Di sanalah ruh Indonesia pertama-tama dirintis,” kata Prof. Humam dalam keterangannya, dikutip Kamis (13/6/2025).
Ia menyebut nama besar Hamzah Fansuri, penyair sufi abad ke-16 asal Singkil, sebagai tokoh penting dalam sejarah bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.
Selain Fansuri, juga ada nama Syamsuddin As-Sumatrani dan Abdurrauf As-Singkili, tokoh keilmuan Islam Nusantara yang lahir dari kawasan tersebut.
“Mereka bukan hanya tokoh Aceh, tapi fondasi intelektual bangsa. Bahasa yang mereka kembangkan adalah bahasa Sumpah Pemuda dan Proklamasi,” jelasnya.
Prof. Humam menilai, pengalihan wilayah tanpa narasi sejarah dan penghormatan terhadap nilai lokal adalah bentuk pemutusan akar bangsa.
Ia mendorong Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk menjadikan Singkil sebagai kawasan budaya nasional, bahkan pusat studi dan perayaan warisan sastra dan spiritualitas Melayu.
“Kita sibuk bangun Ibu Kota Nusantara, tapi lupa pada tanah di mana bahasa dan iman bangsa ini bertunas,” tambahnya.
Tak hanya itu, ia juga mengajak Presiden Prabowo melihat proyek pelestarian budaya ini sebagai bagian dari strategi ketahanan nasional berbasis peradaban.(*)